Teks Anton Muhajir, Foto Ilustrasi Internet
Tangan itu melambai ke arah kami. Tapi, tak terlihat tubuh di pemilik tangan itu.
Sore itu suasana sepi. Tak ada kendaraan satu pun di tempat parkir taman reptil di Mengwi, Badung tersebut.
Kios oleh-oleh di kiri kami terlihat lama tak beraktivitas. Dia tutup. Sebagian atap jebol. Rumput-rumput liar tumbuh di halamannya.
Di loket masuk, tak ada satu pun orang yang terlihat. Namun, sebuah tangan langsung keluar dari lubang tempat membeli karcis. Kami, saya dan satu teman, masih duduk di atas motor. Melihat tangan tanpa tubuh itu, saya agak merinding. Horor.
Kami batal masuk taman reptil tersebut. Kami merasa tempat ini terlalu sepi untuk sebuah tempat tujuan wisata. Kami tak ingin masuk melewati loket itu. Cukuplah kami melihat patung ular dan buaya berukuran raksasa di halaman taman ini.
Sebenarnya, taman yang berlokasi di kanan jalan dari jakan ke arah Bedugul dari Denpasar ini masih buka. Terlihat masih ada penunggu di pos loket. Dua teman saya juga bercerita kalau beberapa bulan lalu mereka berkunjung ke sini.
Tapi, melihat suasana yang sepi dengan halaman kering dan kios souvenir yang tak terawat itu, kami langsung membatalkan niat masuk ke dalamnya. Kami tak bisa merekomendasikan tempat sepi begini pada orang lain.
Batalnya kami masuk taman reptil ini mengulangi kejadian seminggu sebelumnya di Blangsinga, Gianyar. Kami juga terpaksa membatalkan niat menulis objek wisata bungy jumping di sana karena tempatnya sudah tutup.
Lucunya, semua tulisan yang kami baca di internet tak satu pun yang menyatakan bahwa bungy jumping di sini sudah tutup. Semua tulisan yang membahas bungy jumoing itu sepertinya dari satu sumber saja. Website lain cuma menyaltemnya alias menyalin dan menempelnya.
Semua website itu mengatakan bahwa ada bungy jumping di alam terbuka di daerah Blangsinga, Blahbatuh, Gianyar ini.
Lalu, kami pun ke sana. Jalan menuju lokasi bungy jumoing ini adalah di jalan raya menuju Gianyar dari Blahbatuh. Di lampu merah setelah patung bayi di Blahbatuh, kami ke kanan menuju lokasi air terjun.
Pas mau masuk lokasi, kami tanya sama petugas karcis masuk. “Sudah tutup, Pak. Bangkrut,” jawab si penjaga.
Walah. Jauh- jauh dari Denapasar, ternyata kami hanya menemukan lokasi wisata yang sudah tutup. Sebenarnya di sana masih ada objek wisata air terjun. Tapi, air terjun itu tak masuk dalam hitungan kami untuk ditulis. Jadi, ya, kami pun mencari objek wisata yang lain. [b]
Foto diambil dari sini.
Sangat disayangkan memang sebuah tempat wisata yang telah dibangun dengan dana yang tidak sedikit harus tutup dan bangkrut. Kalau boleh tahu, dua tempat wisata tersebut dikelola oleh swasta atau pemerintah ?
saya rasa bangkrutnya sekian banyak obyek wisata (termasuk taman bali festival) terkait juga dengan kebiasaan orang bali yang (menurut saya) hanya ingin tau pada awalnya saja… setelah tau ya selesai, gak ingin berkunjung lagi…
setiap berangkat & pulang kerja selalu lewat sini, reptil2nya udah pada ke mana ya?