BaleBengong kembali melakukan siaran langsung untuk memantau dan memverifikasi pernyataan calon pemimpin Bali dalam debat yang terakhir. Debat ketiga dilaksanakan pada Rabu, 20 November 2024 dan disiarkan langsung melalui Youtube KPU Bali. Tema debat kali ini adalah “Ngardi Bali Shanti lan Jagadhita” dengan lima sub tema, yaitu ketenagakerjaan; perempuan, anak, dan kaum marginal; smart agriculture; digitalisasi pelayanan publik; pendidikan dan kesehatan fisik dan mental. Verifikasi debat ketiga melalui Instagram BaleBengong dihadiri oleh dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ, psikiater Bali Mental Health Clinic. Hadir pula I Komang Ardhinata Wibawa, anak muda pemerhati tata ruang.
Janji-janji politik pasangan calon
I Gusti Rai Putra Wiguna: Cukup distract tadi ada kesamaan. Tapi kalau melihat kok saya merasa senada. Kalau saya bukan orang Bali, saya akan sulit membedakan mana yang incumbent, mana yang penantang karena tadi sama-sama menyajikan datanya apa yang kurang, lalu apa programnya. Tetapi tadi kan baru secara umum ya, artinya banyak bidang dari enam itu diulas, masih sub judulnya ya. Kalau melihat datanya ya sama-sama kita bisa melihat sudah tahu datanya. Tapi antara permasalahannya dengan solusinya kelihatannya belum nyambung ya. Karena saya nature-nya di kesehatan mental tadi misalnya sama- sama tahu bunuh diri tinggi. Kalau paslon 02 tadi lebih lengkap soal kesehatan gangguan jiwa berat itu 11/1000 itu, yang beliau nggak lengkap dari 2018, sekarang 2024. Itu menarik. Ada juga narkoba. Sama-sama programnya tadi untuk hal itu adalah konseling gratis, ada yang online 24 jam, paslon 01. Paslon 02 di sekolah, perguruan tinggi, di tempat kerja. Paslon 01 menambahkan soal optimalisasi rumah sakit untuk penanganan kesehatan mental, bukan cuma RSJ, tapi juga rumah sakit umum. Dari situ ya masih parsial.
Yang lain juga tadi saya simak soal pekerjaan. Semua menyoroti hal yang sama, UMP yang sangat kecil. Kalau paslon 01 membandingkan sama Jakarta perubahannya, jadi sama-sama tahu. Ini lah yang membuat saya sulit membedakan, sama-sama merasa incumbent atau sama-sama merasa penantang. Kan salah satu paslonnya mewakili incumbent sebenarnya. Itu yang menarik nantinya kita ungkap. Penantang itu lebih berat, apa yang sudah dikerjakan harus lebih baru dan lebih berhasil, bukan cuma judul programnya ada. Seringkali kan gitu. Yang penting sudah dilakukan, apakah itu bermanfaat untuk masyarakat itu nomor dua. Kalau soal pendidikan, tadi sama-sama membahas akses, tetapi sebagai orang tua yang mempunyai empat orang anak. Kegelisahan orang tua itu bukan soal akses. Kalau akses itu kita perbincangkan di 10 tahun yang lalu, bagaimana orang bisa tetap sekolah, tapi soal kualitas. Sekarang saya semakin ragu loh untuk menyekolahkan di negeri karena saya merasa kualitasnya semakin menurun, gratis tapi menurun. Sekarang kita berpikir apakah ini saatnya menyekolahkan ke swasta, jadi bukan soal gratis saja, tapi berkualitas. Nah itu yang sebenarnya ingin saya dengar. Apakah tetap gratis dan bisa diakses, tapi berkualitas.
I Komang Ardhinata Wibawa: Cukup menarik sih sebenarnya buat visi misinya tadi ada karikatur-karikatur juga ya, ngikutin style-nya Pak Prabowo ya tadi ya. Terus kalau yang saya catat sih ada beberapa poin yang memang menarik buat saya lihat nantinya penjelasannya gimana selanjutnya. Kalau dari yang pasangan yang pertama tadi itu terkait peningkatan UMP. Nah seberapa sih kekuatannya Bali mau meningkatkan UMP kita, sampai mana sih dia akan merencanakan gitu. Apakah dia berani sampai menantang segini 3 juta, 4 juta. Tapi itu catatan aja mungkin ya. Terus kemudian tadi beberapa kali terkait link and match itu juga sepertinya harusnya bisa dijelaskan maksudnya seperti apa, tapi mari kita lihat nantinya apakah akan menjelaskan. Kemudian terkait dengan yang tadi belum disebutkan mungkin dari pelayanan publiknya ya tadi akan digitalisasi. Jadi harapannya sih sebagai anak-anak muda sekarang nggak usah kita fotokopi KTP lagi, sekarang kan sudah bisa e-materai, KTP kita juga e-KTP, itu pelayanan publik bisa lebih gampang melalui online aja gitu.
Terus kalau dari paslon yang kedua, ada beberapa yang saya catat juga ada terkait dengan satu keluarga satu sarjana. Nah ini apakah saya belum lihat ya datanya tadi saya coba cari-cari kira-kira berapa sih keluarga yang benar-benar sarjananya gitu saya memang belum dapat datanya, tapi harus ini harus dicari juga realistisnya. Apakah memang bisa menyekolahkan satu keluarga satu sarjana gitu, mengingat kalau dari jumlah penduduk kita kan. Nah, ini berkaitan juga nantinya dengan penganggaran ya. Kemudian ada terkait satu yang paling terkait dengan menindak tegas bule yang ada di Bali. Apakah benar-benar bisa gitu karena apakah bisa ditantang nih keadaannya. Bahkan ada Kampung Rusia kalau nggak salah ya sempat ada berita itu. Nah, ini kita mau lihat nantinya apakah benar-benar ada program kita terkait itu karena kalau pendatang-pendatang itu sudah mengambil salah satu pekerjaan kita gitu kan otomatis dari penduduk asli kita juga enggak bisa bekerja. Apalagi kita kebanyakan bekerja di sektor pariwisata, mereka kerja ada yang ngajar yoga, kemudian nyewa motor juga udah mulai ada Pak. Saya kemarin baru saja lihat properti iklannya bahasa Rusia, di salah satu di Kuta gitu. Nah ini kan saya terkejut juga gitu. Wah kok ini bisa dia pakai Bahasa Rusia.
Peningkatan kompetensi di Bali
I Komang Ardhinata Wibawa: Baik mulai seru ya debatnya. Tadi ada satu yang unik ketika Pak De Gadjah bilang dibohongi langsung dilihat sama wakilnya. Tapi memang menarik sih, kalau saya secara umum dulu ya dua-duanya punya kemiripan tadi programnya, hampir serupa kayaknya Pak ya. Yang pertama tadi sertifikasi kompetensi, dua-duanya menyebutkan hal yang sama. Memang ini yang lagi banyak digencarkan terkait sertifikasi kompetensi ya, dari KBLI juga. Kemudian kebutuhan-kebutuhan industri itu juga semuanya mau di sertifikasikan. Terus tadi ada beberapa yang saya catat juga. Sebenarnya masih normatif juga sebenarnya ya terkait dengan revitalisasi pendidikan, pelatihan, kemudian ada untuk kerja sama dengan terkait dengan vokasi juga.
Tapi tadi dari paslon 01 saya melihat ada satu yang menarik gitu ada 1000 startup di Bali. Nah, ini janji-janji politiknya mungkin kita lihat nanti programnya seperti apa gitu karena bagi anak muda startup tuh kan jadi kayak trend di kami gitu ya, apalagi Gen Z, anak-anak muda. Apakah nantinya ada program insentifnya ataupun pelatihan membuat startup itu yang sebenarnya kami tunggu gitu sebagai anak muda. Kemudian kalau dari paslon 02 yang saya catat adalah menggratiskan sertifikasi. Nah ini lumayan juga ya kalau misalkan dokter-dokteran biaya sertifikasi. Ini cukup menarik juga nih untuk pembiayaannya, tapi ini program yang itu harus diapresiasi gitu. Apakah semua sertifikasi atau nanti ada sektor-sektor tertentu gitu. Nah, saya kira keduanya punya kemiripan program, jadi saya juga enggak bisa terlalu banyak komentar juga ya karena kemiripannya. Jadi memang menarik sih untuk anak-anak muda, tapi memang kita perlu pendalaman lagi untuk program-program ini.
I Gusti Rai Putra Wiguna: Iya nih menarik yang mulai kelihatan yang mana incumbent, yang mana penantang ya. Tetapi tadi nih menarik sebenarnya kita lihat kalau biasanya dari incumbent itu apa yang sudah dilakukan, itu yang kita belum dengar ya kan dan penantang sebetulnya bisa enggak menawarkan sesuatu yang baru gitu. Kita, saya belum bisa lihat dari penantang paslon 01 ini karena sebenarnya program yang kemarin sudah bagus tapi tidak dilaksanakan serius atau memang program yang tidak bagus gitu karena kalau dari detail-detail tadi, dari masalah ya cuman beda di nominal aja, satunya dua. satunya tiga terus sebenarnya sama lah ya kan jumlah lowongan kerja sama dibandingkan dengan kualitas ya dan spesifikasi. Yang saya sebenarnya agak kecewa sebagai warga Bali, ini kan mau jadi gubernur ini berdua, kelihatannya mereka belum punya datanya gitu belum punya data berapa sih jumlah pengangguran dan berapa penganggurannya itu yang strata sarjana, berapa yang ya kan, sehingga ini secara logika saja ya kalau masih stratanya rendah ya kita tingkatkan ya kan.
Jadi sinkron enggak misalnya dengan satu keluarga satu sarjana, jangan-jangan yang nganggur itu kebanyakan sarjana misalnya, berarti kan kita nambah pengangguran baru nih atau meningkatkan derajat penganggurannya yang tadinya pengangguran SMA jadi pengangguran sarjana itu misalnya. Maksud saya adalah kelihatannya nih jangan-jangan program visi-misinya baru dibuat nih gitu. Kalau saya mau jadi gubernur, saya persiapan dari enam bulan lalu misalnya, dari tahun lalu saya sudah cari datanya, sehingga saya tinggal melaksanakan gitu. Jangan sampai lima tahun nanti setahunnya dipakai untuk cari-cari sama merencanakan, baru eksekusinya empat tahun gitu sih.
Malnutrisi dan menyempitnya lahan pertanian
I Gusti Rai Putra Wiguna: Stunting ya kayaknya yang pertama, sama yang kedua tentang tanah gitu ya. Nah mungkin yang stunting ya saya melihat kurang lebih sama ya kan stunting permasalahannya, dari pencegahannya ya, bagaimana penanganannya ya. Itu sebenarnya program nasional loh kalau yang saya lihat, apa yang disampaikan itu sebenarnya sudah program nasional gitu. Apa yang penekanan-penekanannya di Bali ya. Saya berusaha cari gitu angka stunting gitu sebenarnya di Badung rendah tapi tidak dibahas ya, paling rendah se-indonesia ya. Tetapi apakah bagaimana kultur ini kan mau jadi calon gubernur ya, yang di mana kita juga akan mengelola tidak hanya satu kabupaten yang homogen karena yang angka stunting yang tinggi juga ada di Bali, sekian kali lipat daripada di Badung, bahkan melebihi angka nasional. Karangasem, apa yang mereka lakukan misalnya untuk Karangasem ya kan. Karena ini kan mengkoordinir ya.
Kemudian nah ini saya jadi search gitu apa yang dikatakan ya yang memang benar ya ada pertama mungkin dari soal tanah itu ya. Saya walaupun bukan bidang itu tapi kita kan logika ya. Ya saya cari memang betul klaimnya Badung ya kan jadi optimalisasi organiknya tinggi, tapi betul juga alih fungsi lahan pertaniannya juga tinggi ya nomor dua setelah Gianyar. Jadi jangan-jangan memang makin kecil. Nah yang kecil itu kemudian jadi organik misalnya tantangannya untuk Bali gimana, kita masih punya lahan pertanian yang luas ya di kabupaten-kabupaten lain, bagaimana. Kemudian tadi ada gimiknya ya bicara soal tanah kenapa Bumdes gitu, tapi Giri Prasta juga menyebut tadi soal bagaimana Mangu Giri Sedana membeli gabah gitu dua digit gitu ya, itu juga perumda nih. Jadi sebenarnya mereka membicarakan hal yang sama sebenarnya, satu bumdes satu perumda ya soal membeli hasil pertanian gitu, cuman mungkin lebih seru kalau ada perbedaan gitu sih.
I Komang Ardhinata Wibawa: Jadi satu terkait dengan malnutrisi tadi pertama. Ini kalau dari paslon 01 memang sepertinya memang akan melanjutkan program dari Pak Prabowo ya karena memang kebetulan juga satu koalisi ya. Jadi maksudnya sudah jelas, sudah tertebak juga jawabannya seperti apa. Kemudian yang kedua dari paslon 02 harusnya bisa banyak menjelaskan apa yang sudah dilakukan sih, ketercapaian tadi ada sempat dikasih juga datanya sama Pak Dokter. Jadi ada satu program juga terkait sebelum saat dan setelah hamil. Nah ini programnya seperti apa tadi juga belum terlalu jelas ya mungkin ya, tapi kalau kita mengikuti pola yang setahu saya itu di Jepang ya sudah menerapkan seperti itu, itu memang mereka memberikan intensif ya buat ibu-ibu hamil kemudian ketika dia lahir kalau tidak salah ya mohon maaf ya. Nah itu dibiayai juga gitu ketika lahiran pun pasca hamil juga.
Kemudian karena tadi terkait tata ruang juga, lahan pertanian yang menurun. Jadi kalau di Bali itu dari 1.000.400 hektar itu 300.000-nya tuh kawasan pertanian, 300.000 pertanian dan datanya dari literatur-literatur saya baca memang menurunnya 5%. Salah satu faktornya memang dari pariwisata mulai banyak menggerus dan itu sebetulnya udah tertuang juga dari di Perda 2 2003 tentang tata ruang di provinsi Bali, ditetapkan ada KP2B namanya, kawasan pertanian pangan berkelanjutan. Ini sebagai cadangan pangan kita gitu dan udah sebenarnya beberapa tadi yang disampaikan udah tertuang di Perda itu sebenarnya. Ada terkait tadi memberikan insentif, kemudian memberikan pelatihan untuk petani-petani itu juga sudah tertuang untuk menjaga kedaulatan pangan di Bali gitu. Untuk solusinya sepertinya kalau menuju smart agrikultur SDM-nya dulu sih yang harus dimulai dulu karena kalau kita mau start ke smart agrikultur itu kan pasti banyak teknologi, ada IOT. Sementara dia di awal sempat disebutkan juga datanya, kebanyakan tadi 50 ke atas kalau enggak salah ya itu kebanyakan berumur segitu dan untuk mengikuti teknologi saya rasa udah agak susah ya. Jadi pertama SDM dulu sih yang harus disiapin gitu.
Smart agriculture, pendidikan, dan kesehatan
I Komang Ardhinata Wibawa: Sudah mulai berasa ya debatnya. Ada beberapa sih yang saya catat. Di sini mungkin akan saya buka setahun dua tahun lagi apakah benar. Yang pertama terkait smart agriculture, dari paslon dua tadi bertanya kayak ujian gitu ya, kenapa sih perlu smart agriculture. Ada text book-nya sebenarnya jawabannya. Dari paslon 01 menjawab terkait harus melakukan big data, green house, IOT, dan mengkritik banyak dari ketersediaan anggaran yang disediakan sebelumnya. Kemudian sebenarnya untuk smart agriculture di sini kan tantangan juga jelas, perlunya memang ada banyak terkait karena kita Bali, kita terkenal juga dengan sawah dengan subak-subaknya. Kemudian harus dijaga itu kan jelas urgensi dari kenapa pentingnya agriculture ini. Sawah kita memang perlu dijaga dan tantangan besarnya tadi sudah beberapa kali sampaikan, alih fungsi lahan ini itu sangat urgent buat dipertahankan. Sebenarnya sih saya lebih berharap apa sih program mereka buat mempertahankan pertanian kita. Turis-turis datang ke Bali sebenarnya mereka pengen lihat alam kita kan, kita juga sudah pasti jelas gimana caranya mempertahankan agriculture kita dan ada satu tadi terkait dengan pertanyaan menggunakan belajar dari Belanda dan dari Jepang menggunakan robot dan lain-lain ini cukup saya kritisi juga. Apakah benar-benar bisa dilaksanakan gitu di Bali.
Kemudian selanjutnya dari pertanyaan dari paslon pertama terkait anggaran dan defisit anggaran kalau yang saya soroti, di sini ada beberapa bold opinion khususnya dari bagaimana Bali bisa bebas dari KKN. Ini sebenarnya salah satu keinginan saya juga gitu gimana nanti apakah Bali ini bisa benar-benar bebas dari KKN. Ini tadi banyak disebutkan dari paslon 01 juga, mereka punya komitmen mereka gitu dan tapi juga langsung dibantah oleh paslon yang Koster – Giri, mereka sampai berjanji sekala dan niskala ya kalau saja tidak akan pernah terjadi gitu. Jadi mari kita lihat realisasi gimana dan kalau dari paslon 2 dan dia banyak menyebutkan terkait program terkait PKB, kemudian bagaimana itu bisa meningkatkan nilai investasi dari provinsi Bali tadinya 1 triliun jadi 5 triliun, itu sebuah kabar yang gembira juga. Tapi dari sisi kalau dari perencana dari planner ini memang banyak dikritik dari sisi lokasinya karena memang letaknya berada di bekas lahar dan memang banyak dikritisi juga dari sisi lingkungannya dan gimana sih sebenarnya cara memitigasinya itu nantinya. Apabila memang benar-benar akan dibangun PKB di sana gitu. Nah harus jadi PR penting buat Koster – Giri.
I Gusti Rai Putra Wiguna: Ini kan juga menyindir ya soal tadi pembiayaan kesehatan dan pendidikan. Saya kalau sebagai warga gitu agak bingung nih, satu bilang secara nominal menurun ya kan untuk kesehatan dan pendidikan dibandingkan di periode sebelumnya. Tapi jawabannya adalah secara persentase tetap tinggi ya, walaupun yang dipakai angka minimal ya 20%, 10%. Nah kan kita tahu tuh sebenarnya sudah banyak dikritik ya sebagai program nasional juga karena 20%-nya itu dihitung juga honor pegawainya. Ya kalau sektor lain juga dihitung honor pegawainya juga akan tinggi ya. Jadi ya tapi masyarakat bisa menilai lah berapa yang sebetulnya kebutuhan untuk masyarakat secara umum dalam segi kesehatan misalnya. Kalau kita bandingkan misalnya sebelumnya ada JKBM misalnya. Nah mungkin hal-hal itu yang bisa kita lihat. Saya sih ingin menilai misalnya, saya pengen mendengar kapan nih gitu pencederaan diri karena bunuh diri ke cedera karena upaya mencederai diri karena latar belakang gangguan mental itu ditanggung. Saat ini nggak loh, BPJS enggak menanggung, dari pemerintah daerah juga enggak gitu. Itu hubungannya sama suicide rate yang tinggi. Kalau cuman konseling saja ya kalau ada krisis apa yang mau dilakukan, ya kan ada hotline-nya mau dibawa oleh BPBD ke rumah sakit yang bayar siapa. Setelah di rumah sakit angka pulang paksa itu tinggi. Nah itu yang belum misalnya ada.
Kawasan pariwisata dengan UMP rendah
I Gusti Rai Putra Wiguna: Iya, ada perdebatan-perdebatan, tapi ada juga kesamaan-kesamaan ya. Tadinya sebagai warga Bali kan kita ingin, kita di Bali dengan PAD yang tinggi, pemasukan dari pariwisata yang besar itu melebihi daripada program-program nasional kan gitu ya. Kalau kita di daerah yang lebih kecil ya, ya menyemainya saja sudah bagus ya. Tadinya kita berharap begitu, tapi tadi menarik yang menurut saya ini ada hubungannya ya banyak juga mulai dari dua tahun terakhir ini keluhan-keluhan ya dari masyarakat tentang UMP tadi. Keduanya sepakat sebetulnya ya perlu lebih tinggi, tapi maksudnya kenapa dibandingkan dengan Jakarta itu begini loh apa namanya kalau kita bisa melihat ya beban biaya di Bali ini sekarang sudah melebihi atau sama dengan kota-kota besar ya, Jakarta, harga nasi ya, harga pakaian ya itu sama lu ya. Itu akibat pariwisata, harga kos misalnya ya kan. Hampir sekarang sulit kita cari kos-kosan berapa 400.000 per bulan, Rp800.000 sampai Rp1,5 juta itu karena pariwisata. Jadi ada pertambahan nilai karena pariwisata, sedangkan gajinya UMP-nya masih sama seperti daerah-daerah yang bukan pariwisata. Bebannya meningkat, nah itu sebetulnya. Gimana saya kita ingin melihat sebenarnya dari dua paslon ini apakah penghitungannya yang berbeda bukan sekedar meningkat tapi berapa persen. Apakah ada gitu ya masuk di dalam ya penghitungan baru soal pertambahan nilai akibat pariwisata ini ya kan. Misalnya nenek saya gitu di kampung itu naik kita beli nasi bungkus Rp20.000 loh ya. Ya kalau dulu kita masih dapat ya kan karena bukan lagi daerah pariwisata. Sekarang di mana yang bukan daerah pariwisata di Bali.
Nah itu aspeknya besar ya untuk misalnya kesehatan mental, bagaimana ya terus naik UMP-nya, tetapi proporsinya terhadap beban ya. Nah, saya juga disadarkan hal yang penting juga. Bagaimana itu kadang tidak sinkron ya anjuran ya kita tahu tuh adat, ya kebetulan saya anaknya empat ya kan, tetapi apakah itu juga masuk UMP. Nah itu menarik juga saya baru terpikir ya ketika di debat ini gitu. Kenapa menganjurkan lebih banyak kalau itu tidak masuk juga dalam hitungan UMP. Apakah itu betul ya. Dari paslon 02 bilang ya ini juga perlu ya kita tanyakan ke pasar bisnis apakah memungkinkan dan sebagainya ya. Tetapi pernah enggak gitu kenapa saingan kita sekarang itu warga negara asing. Ya artinya warga negara asing ketika mengelola itu bisa mendapatkan penghasilan yang besar dong ya toh, kalau enggak besar kayaknya kita enggak perlu bersaing sama mereka, mereka enggak akan mau kan gitu. Nah itu hal-hal yang penting lagi kita perlu diskusikan gitu setelah ini.
I Komang Ardhinata Wibawa: Agak kecewa juga ya, Karena tadi dibilang enggak memungkinkan ya dari paslon dua buat meningkatkan UMP. Saya juga bukan pakarnya, apa variabel-variabel buat menentukannya, tapi sangat setuju tadi dengan kegiatan pernyataan dokter Rai tentang bagaimana UMP kita sudah tidak mencukupi lagi buat kebutuhan pokok terus juga kalau dibandingkan dengan Jakarta kenapa dia bisa gitu. Apakah ini karena pertumbuhan ekonomi kita ataukah karena kita kurang bernegosiasi dengan para pengusaha-pengusaha atau memang kita memang pertumbuhannya memang harus lebih digenjot lagi gitu. Jadi UMP ini memang akan berdampak besar juga pada inflasi ya, cuman apalagi sekarang kita ada juga ibu-ibu ngurusin banten gitu ya, kemudian ada banyak sekali kebutuhan-kebutuhan yang memang tidak bisa ter-cover misalnya dia berkeluarga dengan empat anak dengan gaji 2,8 juta. Apakah mungkin, sulit juga ya.
Isu kesehatan mental tidak tersentuh
I Komang Ardhinata Wibawa: Nah secara keseluruhan tadi kita mulai dengan apa harapan di debat kita pada malam ini. Ada satu yang menurut saya pribadi cukup mengecewakan atau Pak Dokter, tapi tentang masalah mental health ini enggak dibahas sama sekali. Tadi sekilas saja di awal program awal, tapi harapannya kita juga mendengar gimana sih terkait dengan kesehatan mental ini. Apalagi bagi anak Gen Z itu kan udah mulai fokus sih sama mental health karena memang saya enggak pengin lagi lihat orang-orang terdekat saya sudah punya suiceder terus juga sudah mulai ada keinginan-keinginan untuk bunuh diri ataupun sampai tahap depresi. Kalau secara keseluruhan memang menarik debatnya jadi lebih tergambarkan mereka akan ngapain terkait dengan lima isu tadi. Tapi memang ada beberapa hal secara umum yang harus dikritisi gitu ya.
Dari pertama dari paslon 01 kalau yang saya lihat dari awal sampai akhir memang ada banyak waktu untuk bisa menjelaskan program-programnya kurang lebih bisa sekitar 1 sampai 30 detik, 1 menit atau 30 detik banyak terbuang gitu. Menurut saya ini banyak ruang untuk bisa menjelaskan, apalagi ini dapat terbuka tapi apakah nanti akan ditambal di kampanye-kampanye selanjutnya. Itu akan sangat diharapkan gitu karena tadi kan waktunya memang terbatas dan kita enggak bisa melihat secara keseluruhan gitu. Terus secara umum banyak janji-janji baru yang akan dibandingkan dengan petahana. Kemudian di paslon 02 kalau yang saya kritisi sebenarnya bagaimana sih sebenarnya ketercapaian program mereka selama ini, terus apa yang akan diteruskan, apa yang akan memang menjadi evaluasi bagi mereka, itu menurut saya belum terlalu diperjelas gitu. Mungkin ada beberapa tapi tercapaian ini belum kita lihat ini, apakah kita tetap akan memilih petahana itu juga masih belum teryakinkan gitu. Terus juga ada beberapa pernyataan-pernyataan yang kontroversial yang juga masih bisa diperdebatkan.
I Gusti Rai Putra Wiguna: Secara umum ya ini debat yang baik untuk kampanye elektoral ya. Dalam artian kalau mau dapat banyak suara ya seperti ini. Ada insentif untuk desa adat, ada insentif untuk guru, ada insentif tenaga kesehatan. Jangan salah loh, saya termasuk tenaga kesehatan senang juga ya kan, insentif untuk tenaga Posyandu ya. Tetapi secara pemerintahan sebetulnya ya sebagai warga saya ingin orang yang bisa mengelola anggaran, bukan hanya membagi-bagikan ya. Membagikan pada oh ini profesi tertentu. Sebenarnya kedua paslon ini kami kirimkan ya rekomendasi kami dalam soal kesehatan mental, saya sebagai salah satu elemen ya forum ya profesional kesehatan mental Bali ya. Kami kirimkan kok keduanya ya program-program itu misalnya tadi dibahas ya saat ini, sayangnya ya kalau diundi ya kan ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan tersampaikan. Ya mungkin kesehatan mental tidak menjadi tersampaikan, tapi ketika adapun tanya jawab itu tidak juga membahas itu misalnya ya. Jadi ada tentu program-program yang tidak seksi kalau secara elektoral, misalnya soal tadi membahas penurunan angka bunuh diri misalnya. Ada hal dong ya di luar. Jangan kira kalau insentif meningkat maka angka bunuh diri menurun, tidak juga demikian.
Misalnya angka bunuh diri di Bali ini juga tinggi pada lansia terutama yang mengalami gangguan kronis. Bisa kebayang enggak kalau di BPJS itu angka ya, jaminan kesehatan untuk lansia dan penyakit kronis itu lengkap semua ditanggung, cuci darah ditanggung, operasi jantung ditanggung. Pernah nggak kita berpikir kenapa orang yang ditanggung kesehatan fisiknya itu malah ingin bunuh diri. Berarti kan tidak hanya itu saja ya, makanya misalnya usulan kami soal hotline sebenarnya kedua paslon nggak tahu ada hotline juga, bahkan untuk seluruh Indonesia yang dibuat di Bali bisa hotline, itu tanpa dana pemerintah sudah berjalan ya. Lalu disambungkan ke BPBD karena mereka bingung kalau terima konsultasi, kalau mereka sudah ketemu yang mau bunuh diri. Ya kalau di luar, kalau di sini mungkin masih hal yang jarang terdengar. Kalau di luar gitu hal yang biasa, semacam BPBD-nya akan datang ke tempat saat kita masih menerima panggilan teleponnya. Itu perlu disambungkan. Saat ini baru Denpasar, belum di kampanyekan supaya ada orang bisa menggunakan.
Jangan sampai ada anekdot BPBD ini lebih suka jemput mayat orang bunuh diri daripada jemput orang yang sedang krisis bunuh diri. Apakah sudah selesai, enggak juga. Kalau kemudian dibawa ke mana, dijemput ambulans dibawa ke mana. Ke rumah sakit, BPJS tidak menanggung ya. Cedera akibat bunuh diri, walaupun itu karena misalnya skizofrenia, karena bipolar ya kan. Bayangkan nih orang dengan halusinasi menyuruh dia bunuh diri karena sakitnya itu kemudian dia mencederai diri, tidak ditanggung. Keseluruhannya tidak ditanggung ya kan, depresi gangguan yang lainnya pun tidak ditanggung, itu seluruh nasional. Kita sudah tanyakan itu kebijakan nasional. Kita ingin sebagai suicide rate kita ingin ada terobosan ya. Bali ini tertinggi dua kali lipat dari, bahkan kalau dibandingkan rata-rata nasional kita ini lima kali lebih cepat, perlu ya hal khusus untuk itu. Saya pengin dengar bisa menanggung hal itu misalnya. Tapi lagi-lagi pasti secara electoral tidak seksi. Siapa yang tergerak orang mau bunuh diri ya kan, mau kemudian mencoblos misalnya tapi ini hal yang penting loh ini bisa terjadi pada diri kita, pada keluarga kita dan sebagainya.
Konsultasi tadi disebut ya kan, bagus tapi seberapa continue bisa dilakukan. Ada program-program kan mobil konsultasi di dalam mobil dan sebagainya kita. Kita perlu tanya lagi delivered nggak, kalau delivered digunakan enggak sama masyarakat, continue enggak mereka ya, perlu hal-hal itu. Kemudian bicara tadi bagus meningkatkan jumlah rumah sakit, itu pembangunan fisik. Penting? Penting kita dukung, tapi gimana bicara soal peningkatan Puskesmas. Puskesmas gratis, pasien saya yang stres banyak tenaga kesehatan Puskesmas. Bukan soal misalnya insentif saja tetapi misalnya beban kerja, banyak semua program dimasukkan ke Puskesmas ya kan. Misal tenaga kesehatan gimana. Ada satu ya yang satu orang megang tiga program, gimana mau berjalan dengan baik. Jumlahnya boleh atau ada enggak terobosan di Yogyakarta sudah mencanangkan psikolog satu, psikolog satu puskesmas. Lagi-lagi secara elektoral enggak enggak seksi, siapa yang akan menerima kan itu abstrak banget ya kan misalnya. Nah, hal-hal itu. Jadi kemudian oke sekarang kalau ditanggung BPJS itu yang krisis bunuh diri selesai urusan? Tidak. Berapa jumlah bed rumah sakit umum yang bisa untuk gangguan mental? Di Rumah Sakit Wangaya saya satu. Di Rumah Sakit Prof Ngoerah 7. Di RSJ memang besar, 400. Tapi kan orang bunuh diri masa ke rsj, ke rsu. Ada itu tidak keluar uang loh kebijakan. Tinggal buat Perda misalnya, oke minimal bed untuk ya masalah gangguan mental ini misalnya enggak usah besar-besar berapa tebak 2%, 3% saja cukup dari total bed Rumah Sakit keseluruhan. Itu kurang lebih ada 10 per RSU, jadi itu bisa menanggung. Kita bayangkan nanti belum masuk berita aja orang upaya bunuh diri kita selamatkan, sampai di rumah sakit pulang paksa dan kita biarkan.
Itu jadi kalau saya menyetir itu satu quotes bahwa civilization tuh died by suicede, not by murder gitu. Kita waktu covid ini diingatkan bagaimana pentingnya ya kan soal masalah kesehatan mental. Sekarang ketika sudah mulai ya berjalan lagi kita bicara lagi soal ya kan ya hal-hal yang penting juga pembangunan fisik dan bahkan pernah enggak kita berpikir ada alokasi ya dari pariwisata itu berapa persen untuk kesehatan mental gitu loh ya toh dan itu dinikmati seluruh masyarakat apapun profesinya ya dan sebagainya. Kalau hanya misalnya membagikan untuk desa adat sekian, untuk sekian enggak usah jadi gubernur, saya psikiater bisa kok bagi-bagi uang ya kan. Tinggal saya lihat profesi mana yang paling banyak. Nah guru yang banyak ya, tinggal kita fokuskan guru, maka saya akan dapat suara guru ya kan. Berapa nih desa adat prajurunya, maka nanti berapa berapa dari pengikut ya di desa adat ya warganya akan mengikuti suara. Itu kalau kita apa namanya bicara soal bagaimana supaya kita terpilih, tapi sebagai warga kita ingin ada ya program-program yang benar untuk lima tahun, bukan ketika hanya terpilih, tapi ketika sudah terpilih gitu.
Itu hal-hal yang tadinya kita ingin lihat, termasuk urusan apapun dan benar-benar sudah real gitu. Sudah adakah apa rumusnya yang berubah penghitungan pendapatan ya kan. Kalau enggak ya kurang lebih sama kan. Kira-kira ini kalau saya lihat sama aja nih ya kan kemarin. Nah itu tapi ini sudah waktu ya, kemudian kita perlu memilih, kalau saya pada akhirnya pasti saya akan memilih siapa orang yang mau mendengar karena kan ini baru proses. Sebagian dari mereka juga baru tahu akan mencalonkan diri mungkin dalam beberapa bulan terakhir, berharap banyak mereka langsung menguasai semua hal itu tentu akan sulit, tapi kita ingin ya seorang pemimpin yang bisa mendengar ini. Orang yang menguasai semua hal di bidang ini kayaknya enggak mungkin ya kan. Kita komentator ya selalu lebih baik ya kan, tetapi siapa orang yang mau mendengar, menyerap aspirasi itu dengan cermat, menghitung ulang ada benarnya kah dan sebagainya itu sangat penting setelah proses terpilih ya karena sudah terpilih kita tidak banyak terlalu perlu elektoral ya, suara langsung dari orang tetapi apa hal-hal yang penting.
Program-program yang tidak semata-mata membutuhkan uang banyak ya tetapi dampaknya besar, soal keberpihakan. Soal tadi dibahas kekerasan anak dan remaja. Sudah terpikir nggak kalau mereka melakukan visum yang bayar siapa ya kan. Dalam proses itu bagaimana supaya ketika mereka ya melakukan pemeriksaan ya, kesehatannya pasca kejadian itu tidak perlu membayar dalam keadaan ramah ya kan. Supaya mereka tidak lebih ya mengalami trauma lagi. Itu sampai sekarang enggak jelas siapa yang mau bayar, siapa yang bisa, itu soal keberpihakan. Lagi-lagi kalau itu yang ditawarkan tentu tidak ada gunanya dalam hal elektoral gitu, tapi itulah gunanya kita memilih pemimpin. Nah mungkin di berikutnya kita juga perlu ya. Supaya pendidikan ya pada pemilih sehingga kita ini mulai menyadari jangan mau karena kita mendapatkan ya. Misalnya insentif nakes saya meningkat 500.000 tiap bulan tetapi pengeluaran kita lebih besar loh. Kalau hal-hal ini tidak kita urus ya kan habis dalam kemacetan ya kesehatan mental itu jadi perlu meningkat, ditanggung BPJS tapi mungkin harus antri ya, harus berhenti kerja satu hari dari pagi sampai sore ya kan. Kemudian kenapa sektor swasta masih hidup untuk itu ya karena ada kekurangan-kekurangan hal itu. Nah inilah mungkin ke depannya kita bersama ya termasuk kawula muda ya untuk kita bisa supaya ketika mereka ingin terpilih tidak dengan mudah ya hanya membagikan budget itu kita akan memilih gitu ya. Kalau kitanya ya makin tercerahkan, tidak mudah gitu memberikan suara kita untuk program yang mudah seperti itu. Tentu mereka memulai akan meng-create program-program yang lebih berupa terobosan dan sebagainya. Tadi juga ada stunting itu kalau bisa jangan mulai dari hamil, kalau bisa berpikir enggak angka misalnya orang hamil duluan baru menikah itu di Bali tinggi misalnya, bagaimana nanti dia siap menjadi ibu dan sebagainya ya.
Kalau angka itu masih tinggi kemudian walaupun berapa dikucurkan biaya, kemudian untuk mengedukasi setelah ya menikah ya setelah hamil ataukah baru melahirkan, maka itu juga tidak akan ada gunanya. Boros dalam pembiayaan tetapi manfaatnya tidak banyak itu. Tadi penutup ya sebelum dipindah. Semua membahas soal digitalisasi data dan sebagainya. Tapi kita minim melihat data-data disampaikan. Saya ngecek ya saat ini ada ya satu data Bali gitu milik pemerintah, saya coba cari, per kecamatan enggak ada keluar stunting gitu kita cari ya kan, ada yang 2023 masih ber Kabupaten, ada pilihan perkecamatan saya buka enggak ada per kecamatan. Iya kan dan sebagainya, jangan-jangan websitenya saja ada tapi kita tidak punya ya keinginan untuk betul-betul mengisi dan menggunakan ya merencanakan program itu berdasarkan data. Ini kayak orang perang enggak tahu strategi gitu, maka tadi kalau debat keduanya menang dalam hal counter attack kan ketika orang sudah jawab jadi ramai. Nah itu itu sih ya, tetapi keduanya kita punya harapan ya yang manapun yang terpilih, tapi perjuangan kita sebagai masyarakat itu tidak berhenti, kita masih punya peran saat itu sehingga apa selain apa yang sudah disampaikan kita masih bisa mendorong apa hal-hal yang penting yang mungkin bisa ya berguna untuk khalayak banyak.
I Komang Ardhinata Wibawa: Harapannya buat paslon yang pertama program-program yang sudah disampaikan, sepertinya kalau seandainya terpilih, memang penting buat dikelola lagi yang mana yang benar-benar prioritas. Kemudian karena kalau tadi dilihat beberapa kali disampaikan sneak peaknya anggaran-anggaran provinsi Bali sepertinya kecil, jadinya ada beberapa yang harus benar-benar dialokasikan dengan benar. Harapannya juga tadi juga sempat disampaikan terkait KKN sebetulnya. Kalau memang seandainya paslon satu beneran menjadi gubernur Bali, KKN ini benar-benar harus menjadi prioritas juga, bagaimana pemberantasannya. Kemudian beberapa janji terkait peningkatan UMP karena saya juga karyawan swasta. Jadi ini juga jadi suatu tantangan bagi mereka yang harus kita tagih juga gitu. Jadi memang benar tadi yang kita bukan sampai sini aja gitu ngawalnya, tapi nanti ketika dia sudah menjadi gubernur kita tetap mengawasi. Terus untuk paslon yang kedua harapannya sih memang kembali lagi terkait budgeting dari program-programnya.
Tadi ada beberapa seperti satu keluarga satu sarjana, kemudian ada beasiswa-beasiswa. Ini kemudian ada smart agriculture juga. Kalau tadi ngeliat anggarannya itu terbatas, jadi seandainya masih ada sedikit waktu masih bisa dialokasikan ataupun di pertimbangkan lagi untuk menjadi prioritas. Kemudian harapannya juga buat paslon yang kedua, lebih apa ya bilangnya bisa menonjolkan apa ketercapaiannya. Terus bagaimana kedepannya bisa dievaluasi. Jadi buat pemilih-pemilih baru bisa melihat gitu apakah memang benar-benar sudah pernah dilakukan terus ketika dilanjutkan kembali programnya apakah akan berhasil lagi gitu, apakah akan tetap sama hasilnya. Jadi harapannya sih kembali lagi untuk kedua paslon, jadi benar-benar yang apa yang dikampanyekan tidak hanya sekedar diucapkan belaka gitu, bukan hanya sudah disampaikan dalam text book, visi misi tapi benar-benar akan direalisasikan.