Kondisi hujan memberkahi acara grand reopening Mana pada Jumat, 25 Juni 2021.
Hanya sesekali hujan berhenti, itu pun hanya beberapa menit. “Cuaca ini sebetulnya bagus untuk tangki kami karena biasanya kami harus mengandalkan air dari sumur kami saat musim kemarau,” tutur Tomohiro Hamakawa. Bersama istrinya, Aska Hamakawa, mereka mendirikan Earth Company sekaligus mengelola eco hotel Mana Earthly Paradise di Desa Sayan, Ubud.
Di pinggir atap bangunan di mana acara grand reopening diadakan terdapat pipa yang langsung mengalirkan air hujan ke tangki bawah tanah. Di sana, air hujan dikumpulkan lalu disaring untuk keperluan hotel. “Air kran kami bisa langsung diminum,” tambah Tomohiro.
Tomohiro kemudian mengajak para hadirin tur keliling hotel yang dimulai dari toilet. “Kloset kami memiliki dua aliran pembuangan,” terang Tomohiro. Dari jauh kloset bermerek Wostman tersebut terlihat seperti kloset duduk pada umumnya, tetapi keberadaan lubang kecil tambahan di dalam mangkuk toilet dapat menghemat penggunaan air secara signifikan.
Saat seseorang duduk di atas kloset tersebut, air seni yang dikeluarkan akan jatuh ke dalam lubang kecil tersebut yang akan dialirkan melalui pipa berbeda dan diolah menjadi pupuk untuk tanaman di Mana. Desain tersebut bak perpaduan antara kloset konvensional dengan uriner. Bedanya, kloset ini lebih ramah bagi semua kalangan mengingat uriner konvensional hanya dapat digunakan dalam kondisi berdiri.
Pupuk di Mana juga didapat dari sampah sisa makanan restoran yang diolah menjadi kompos. Hidangan yang disajikan Mana sendiri berasal dari sumber-sumber pangan lokal untuk meminimalisir emisi yang dihasilkan. “Kami tidak menyajikan daging sapi di sini mempertimbangkan gas buangnya yang terlalu besar,” terang Tomohiro.
Ada dua tipe vila yang ditawarkan yakni vila biasa (satu kamar untuk satu rombongan tamu maksimal 4 orang) dan dorm (berbagi kamar dengan jumlah penginap maksimal 9 orang per kamar). Keberadaan dorm sendiri dapat dikatakan unik jika dibandingkan dengan hotel atau resor lain di Bali karena Mana juga berupaya mengambil ceruk di pangsa wisatawan muda yang lebih sensitif terhadap harga. Tarif dorm ditarik mulai dari Rp220.000,00 per orang per malamnya.
Vila-vila tersebut pun dibuat seramah lingkungan mungkin dan didesain untuk meminimalisir penggunaan listrik. Dinding setiap vila terbuat dari earthbag (karung berisi lumpur) yang dapat bertahan lama. “Konstruksi semua dinding ini sangat singkat, hanya satu bulan,” ungkap Tomohiro. Sementara atap vila terbuat dari bambu dengan pertimbangan tanaman tersebut dapat tumbuh dengan sangat cepat.
“Karena kondisi pandemi, vila dorm sempat kami alihfungsikan untuk taman kanak-kanak,” tutur Tomohiro. Dengan grand reopening ini, Aska dan Tomohiro selanjutnya menargetkan sertifikasi B Corps, sertifikasi independen yang menilai dampak suatu badan usaha terhadap ekonomi yang lebih inklusif dan berkesinambungan, bagi Mana. Mereka berharap Mana dapat menjadi hotel pertama di Asia dengan sertifikasi tersebut. [b]