• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, May 23, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Dia Sudah Datang, Maka Saya Siapkan Kopi

Teater Kalangan by Teater Kalangan
29 January 2018
in Berita Utama, Opini
0 0
0

Oleh Gede Manik Sukadana

zzz…
(suara air dituangkan)

Suatu ketika, ada kesepakatan untuk minum kopi tidak ditambah gula. Banyak yang mengejek, “Itulah akibat dari hidup yang dah terlalu manis. Hingga kopi pun akan terasa manis. Hahaha….” Dapat diungkapkan candaan-candaan seperti itu.

Namun, entah mengapa tidak pernah saya tanggap hiburan itu secara “benar” dan baik”. Setelah berminggu-minggu hingga berbulan-bulan baru saya mampu menanggapinya, walau masih dalam angan. Gagal tanggap respon, selow respon.

Waduh maaf, kok jadi ngelantur. Padahal sebenarnya saya ingin menceritakan tentang “kelanaan” pada tahun 2017 dan apa yang mesti dilakukan pada tahun 2018. Tetapi entah mengapa, tiba-tiba pikiran yang terlintas ialah kopi hitam tanpa gula tadi.

Ada pikiran lain, yang muncul selain yang sebelum ini. Pikiran terhadap seorang guru waktu SMA yang pertama kali mengenalkan sastra, teater, serta secara tidak langsung dengan desain, musik, film, dan animasi 3D kepada saya. Bukan bermaksud bernostalgia, melainkan ingatan itu melemparkan saya ke awal, pada titik nol; kembali bercangkang.

Ia “mengajak” saya masuk di salah satu jurusan; di salah satu kampus. Ia berjanji akan membantu keperluan masuk ke sana. Namun bersama nasib, ia pergi ke selatan. Akhirnya mesti menjalani sendiri. Hingga sebelum 2018, masih ada kesal itu. Kesal kepada pengarah yang menunjukkan jalan kecil tanpa membimbing.

Pintu masuk itu akhirnya saya lalui hingga kini.

Banyak hal terjadi begitu saja tanpa permisi sejak itu. Dalam empat tahun “berkelana”, banyak ketidakfokusan diri. Seperti “anak-anak ke tempat bermain” (penggunaan ungkapan ini saya adaptasi dari ungkapan dalam video channel Blender Guru oleh Andrew Price yang berjudul Advice for beginner artists today).

Ke sana – ke sini, ke mana-mana tanpa pendirian yang tetap. Berkunjung ke berbagai “tempat singgah” tanpa fokus yang jelas.

Pada akhirnya, diri merasa berjalan-di-tempat. Saya rasa ketidakfokusan diri itu disebabkan oleh terlalu banyaknya hal yang ingin “dikuasai”. Ini adalah penyakit tentu saja. Penyakit yang mengajak saya mengikuti perjalanan hingga kembali ke titik keadaan merasa tidak mempelajari apa-apa awal. Ke titik nol. Bercangkang.

Mestinya mencari arah pintu keluar sendiri!

Meski sudah terlambat, baru saya sadari bahwa pembimbing tidak akan selamanya mengarahkan seorang murid hingga ringkih renta. Tidak! Mungkin itu pelajaran terakhir seorang guru. Menemukan manis dalam kopi. Hanya dengan begitu, rasa manis dapat disentuh dengan lebih ramah, walau pada air bening sekalipun.

Begitulah kiranya dalam benak.

Tunggu dulu, tampaknya air dalam ricecooker sudah mendidih.

Saya mesti buat kopi.

…

Sampai di mana tadi? Oh ya, cerita ini bukanlah bentuk pengataan kesal sesal pada diri sendiri. Tidak! Bagi saya, apa yang terjadi sekarang adalah pertolongan dari pintu-pintu itu. Dapat dikhayalkan, jika misalnya saya tidak memilih itu, mungkin saja akan salah kamar. Saya bersyukur!

Rasa syukur yang sama juga kepada seorang teman yang mulai menggandrungi prosa. Ada keterkejutan terhadapnya, perubahan tiba-tiba. Sejak itu, muncullah perasaan ketertinggalan. Semua teman yang saya kenal sudah berlari, (terutama teman-teman di Teater Kalangan sendiri). Hanya saya sendiri masih jalan-di-tempat – hidup, bernapas tetapi tidak ke mana-mana.

Keterkejutan pun bertambah dengan menyadari bahwa keadaan, situasi, masalah-konflik di sekitar saya juga bergerak dengan cepat pula. Saya sadari keterdiam-bekuan selama ini. Sampailah pada simpul: mesti ada kelanaan yang menggairahkan!

Mau ditambah gula? Kalau aku, tidak. Kan sudah aku bilang tadi.

Nah sejak itu, secara tanpa disadari saya “menjadikan” teman-teman Teater Kalangan sebagai pembimbing terhadap hal-hal yang dasar. Bahkan paling terdasar sekalipun. Secara diam-diam dan tidak langsung. Secara tidak langsung membimbing bagaimana bertemu orang baru, menjaga hubungan, menemukan celah-peulang, bagaimana bertamu, merawat jemu, melempar amarah, meruangkan arah, membaca situasi, cara bergrak serta mesti dengan apa harus menambal apa yang hilang. Apa yang perlu saya siapkan?

Oh ya, saya teringat dengan kata seorang tokoh kartun. “Teruslah bernapas”, begitulah kata Jack Kahuna Laguna dalam salah satu episode serial TV SpongeBob SquarePants. Tapi sering saya anggap tanah itu bernapas, laut itu bernapas, begitu juga langit. Saya bayangkan bahwa bernafas membuat hal-hal baik dan buruk menjadi terkendali. Tidak hanya udara. Sesuai kadarnya.

Mulailah saya mencoba menyeimbangkan apapun dalam diri. Emosi, percakapan, pertemuan, perlakuan atau bahkan pengetahuan. Rencana “kelanaan” itu akhirnya mengharuskan saya mengontrol diri, masalah yang sangat purba. Sekarang, bagi saya, bernapas bukan sekadar kegiatan alamiah melainkan sebagai penyeimbang diri. Mengolah segala hal. Mesti ada yang diserap; mesti ada yang dilepas. Apapun itu.

Maka sejak itu, saya mulai “berkelana”.

Kau sudah mau pergi? Perlu diantar? Ow…

Terima kasih karena telah menemani saya minum kopi. Sampai Jumpa! [b]

Biodata Penulis
Gede Manik Sukadana. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha. Ia biasa mengerjakan segala kebutuhan multimedia Teater Kalangan seperti video teaser, mapping, dan dokumentasi pentas. Berteater sejak SMA di Teater Ilalang SMA Lab Undiksha. Pada tahun 2014/2015 menjadi Ketua Teater Kampus Seribu Jendela, Undiksha.

Selain berteater, ia aktif dalam bidang kepenulisan. Puisinya meraih juara harapan dalam ajang PEKSIMINAS (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) 2014 dan termuat dalam antologi “Hadiah untuk Langit” Komunitas Mahima.Memperoleh juara harapan dalam lomba naskah drama tradisional Bali Mandara Nawanatya 2016.

Tags: esaiKomunitasTeater Kalangan
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Teater Kalangan

Teater Kalangan

TEATER KALANGAN merupakan kelompok nirlaba yang bergerak dalam bidang seni pertunjukan. Nama “Kalangan” dipilih berasal dari bahasa Bali yang berarti tempat berkumpul. Didasarkan pada proses kreatif Teater Kalangan sendiri yang cenderung menekankan eksplorasi terhadap ruang-ruang alternatif sebagai objek pertunjukan. Para anggota berkumpul, diskusi, dan merespon ruang, mulai dari benda, tempat, bangunan, waktu, suasana, sampai wilayah sosiokultural masyarakat. Aktor dalam hal ini menjadi titik pertemuan yang menghubungkan sutradara, ruang, teks, dan penonton itu sendiri. Tak ada gaya spesifik yang diusung (tradisi, realis, surealis, absurd, atau apapun). Yang ada hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang sekiranya perlu diwujudkan dalam bentuk pertunjukan teater. Selanjutnya, hanya mampu berserah pada interpretasi penonton sendiri.

Related Posts

Hibah itu Dana Publik, Digunakan sebagai Modal Pilgub?

Hibah itu Dana Publik, Digunakan sebagai Modal Pilgub?

13 August 2024
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Menyambut Kelinci Air di Benoa

Menyambut Kelinci Air di Benoa

24 January 2023
Lentera Peradaban: Gerakan Kecil di Tengah Gemerlap Kota Denpasar

Lentera Peradaban: Gerakan Kecil di Tengah Gemerlap Kota Denpasar

1 February 2021
Teater Kalangan dan Desain Kerja Baru

Teater Kalangan dan Desain Kerja Baru

11 January 2021
Bersama-sama Melawan Krisis Pandemi

Bersama-sama Melawan Krisis Pandemi

1 December 2020
Next Post
Mendekatkan Indonesia dan Australia lewat Festival Sinema

Mendekatkan Indonesia dan Australia lewat Festival Sinema

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia