Melihat karya-karya Wai seperti melihat puisi yang divisualkan.
Menyambut bulan Agustus, Uma Seminyak menyajikan pameran terbarunya, proyek 100 hari dari Wai berjudul “Wonder: Tiny People, Big Places”. Pameran dibuka pada 5 Agustus dan akan berlangsung hingga 21 Agustus 2018.
Santy Wai Zakaria atau Wai,lahir di Jakarta. Ia dibesarkan di Medan, Sumatera Utara, sebelum ia pindah kembali ke Jakarta untuk mengenyam pendidikan di jurusan Desain Komunikasi. Setelah lulus, ia bekerja sebagai direktur kreatif dan desainer untuk berbagai perusahaan asing di sektor ritel dan komersial.
Sebagai seorang perancang dan seniman, ia selalu terpesona oleh banyaknya bentuk seni. Keindahan visual yang dapat diciptakan seseorang tidak terbatas; dari lukisan minyak renaisans klasik hingga animasi yang dihasilkan komputer: semuanya merupakan inspirasi baginya.
Ide awal proyek 100 hari ini adalah membuat cerita setiap hari selama 100 hari, yang dimulai sekitar April 2018. Pada saat itu dia menyadari bahwa setiap perjalanan dimulai dengan satu langkah; dan baginya, jalan untuk menemukan kebenaran versinya kali ini adalah yang terbaik dicapai dengan mengusahakannya.
“Saya pernah mendengar sebuah kutipan ‘Jika kamu dapat memimpikannya, kamu dapat melakukannya’. Pernyataan itu mengilhami saya untuk merenungkan kisah saya sendiri sebagai titik belaka di dunia yang sangat besar ini”, Wai menjelaskan titik awal proyek seninya ini.
Untuk menceritakan kisah-kisahnya, Wai mencoba merangkul medium-medium sederhana yakni kertas kecil dan tinta/cat air untuk menggambarkan puisi-puisi visual yang ada di kepalanya. Tujuan proyek ini adalah untuk mengungkap keindahan mimpi, kerapuhan, main-main, keintiman dan gairah.
“Akhirnya, keajaiban potensi yang dapat dicapai oleh orang kecil di dunia besar ini tidak ada habisnya. Keingintahuan dimulai dengan mengamati alam dan manusia, dan saya belum menemukan apa yang akan menjadi akhir dari pencarian ini,” kata Wai
Keseluruhan proyek ini masih merupakan proses yang sedang berjalan dan hari terakhir diadakan pada 4 Agustus 2018. Ketika dia mencapai hari ke-100, dia berharap untuk merayakan akhir proyek ini dengan memiliki pameran tunggal untuk membagikan prosesnya, kebenaran yang dia temukan dan keindahan visual yang membuatnya jatuh cinta setiap saat dengan seni.
Selama pameran di Uma Seminyak, Wai juga akan melakukan dua lokakarya pada akhir pekan berikutnya. Lokakarya kali ini akan menekankan pada memvisualisasikan ide-ide dengan cat air dan abstraksi dalam figur gambar.
Wai mulai melukis sejak delapan tahun lalu, yakni pada tahun 2010 dan lebih banyak menggunakan media oil painting serta telah beberapa kali melakukan pameran, baik pameran tunggal maupun pameran bersama di Bali, Jakarta dan Singapura. Ia menetap di Bali sejak sepuluh tahun lalu, melukis sembari bekerja sebagai designer grafis dan produk, pekerjaan yang ditekuninya sejak tinggal di Jakarta.
“Pameran ini untuk merayakan proyek 100 hari. Setelah berhenti bekerja di Jakarta saya ingin kembali melukis dan memulai sesuatu namun ternyata tak gampang. Saya lalu berpikir ‘OK, I take the challenge’, dalam 100 hari satu lukisan dalam sehari. Pokoknya saya harus duduk 2 hingga 3 jam sehari bikin satu gambar apapun itu dengan menggunakan media cat air. Along the way, kok sepertinya makin lama makin menarik, lalu saya bertemu Ruth, Community Manager Uma Seminyak. Kemudian saya membuat komitmen 100 hari dan per 2 Agustus 2018 lalu saya memutuskan karya saya harus saya perlihatkan ke publik dan tak disimpan sendiri. Dan, jadilah pameran ini,” ujar Wai.
Wai menuturkan, pameran yang bertajuk “Wonder: Tiny People, Big Places” memiliki makna filosofis ia selalu merasa bahwa kita (manusia) kecil di dunia ini, namun perasaan kecil tersebut memberikan possibility atau kemungkinan yang bisa kita capai tak terbatas. Maka itu Wai memberi tajuk “Tiny People, Big Places” pada pamerannya.
“Bagi orang-orang yang suka travelling atau suka makanan, you can do it, it’s your dream, jadi basically ini tentang mimpi, tentang membiarkan pikiran kita terbuka supaya jangan menutupi kemungkinan yang bisa kita raih. Itu makna pameran ini bagi saya. Dalam setiap gambar saya terdapat figur manusia kecil, itu bermakna sebuah mimpi dari setiap orang. Dari perasaan kecil sebagai manusia di dunia yang luas ada kemungkinan yang tak terbatas, dan itu mesti kita raih,” kata Wai.
Melihat karya-karya Wai dalam pameran ini seperti melihat puisi yang divisualkan, setiap lukisan memiliki arti tersendiri yang bisa “dibaca” dan ditafsirkan berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Sebagai penikmati seni, saya mengapresiasi semangat pelukis dalam menyeselaikan tantangan yang bisa jadi bukan berasal dari orang lain melainkan dari diri sendiri, untuk mengukur serta membuktikan eksistensi berkesenian berupa proyek 100 hari di mana ia mesti menghasilkan karya setiap hari dalam kurun waktu 100 hari.
Alhasil, lahirlah seratus lukisan yang dipamerkan di Uma Seminyak tersebut. “Puisi-puisi visual” yang perlu “dibaca” dan dinikmati secara mendalam. [b]