Sehari setelah Nyepi warung makan di Denpasar masih banyak yang tutup.
Sore menjelang, rasa lapar memaksa saya untuk keluar mencari makan. Saya berkeliling seputar kota mencari tempat makan yang buka, menyusuri jalanan yang masih agak lengang karena banyak warga kota yang merayakan Nyepi di kampung halaman dan ada yang pulang mudik ke luar Bali.
Saat menyusuri Jalan Gatot Subroto saya melihat sebuah tempat makan yang menarik perhatian, Angkringan Cangkir namanya.
Di Denpasar, angkringan, tempat makan khas Yogyakarta banyak ditemui di Jalan Teuku Umar. Angkringan Cangkir ini berbeda dengan angkringan lain. Jika biasanya identik dengan gerobak atau pikulan, angkringan ini lebih modern dengan konsep kafe, yang membuat pengunjungnya betah berlama-lama untuk makan dan ngobrol, atau hanya sekadar minum.
Saya bertemu dengan Aditya Pradipta Suardi, pemilik Angkringan Cangkir. Ia mengatakan, angkringannya berdiri sejak 4,5 tahun lalu. Awalnya menempati tempat yang tak begitu luas, namun kini diperluas sehingga bisa menampung banyak pengunjung.
“Ide awalnya ingin membuat angkringan modern dengan konsep kafe dengan menu yang beragam namun murah,” ujarnya
Suardi menambahkan, menu andalan di angkringan yang terletak di Jalan Gatot Subroto Tengah No. 88 Denpasar ini adalah mie bakar, yang tak ada di angkringan lain. Mie bakar “ditemukan” secara tak sengaja, berawal dari seorang teman yang membuat mie instan dicampur sambal khas Karangasem.
“Mie bakar mendapat atensi yang bagus dari pelanggan. Rasa pedasnya diukur dari level atau takaran, tergantung permintaan,” ujar pengusaha muda asal Denpasar ini.
Selain itu, ada paket spesial yang ditawarkan Angkringan Cangkir, yakni “Pamur” atau paket murah. Dengan hanya membayar Rp 17.000 pengunjung bisa mendapatkan paket makanan yang terdiri dari nasi bakar, ayam, satur, lengkap dengan es teh. “Pamur berlaku dari jam 8 pagi sampai 6 sore, diluar itu dikenakan harga biasa,” ujar lelaki kelahiran 1988 ini sembari menambahkan pengunjung Angkringan Cangkir ramai terutama pada akhir pekan.
Tak terasa malam tiba, saya yang sejak sore berada di angkringan yang suasananya seperti kafe ini merasa betah berlama-lama, makan dan menikmati kopi hitam yang enak sembari membaca buku. Angkringan Cangkir menjadi tambahan tempat makan yang wajib saya kunjungi.
Bagi pembaca yang merindukan suasana hangat dengan menu beragam dan harga terjangkau silakan mengunjungi angkringan ini. [b]
Keterangan: Suasana angkringan Cangkir di malam hari. Foto Reda Subagio
Angkringan malam hari.
Kopi hitam dan gorengan.
Obrolan, inspirasi dan vision.
Aku selalu ingin kembali.
Ngopi dalam sejuk angin malam.
Trio Bimbo lewat cd berlagu “Melati dari Jayagiri”.
Aku terkenang nongkrong di angkringan.
Aku selalu ingin kembali.