Oleh Swastinah Atmodjo
Sesampai di kantor, Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra langsung menghidupkan komputer dan mengaktifkan layanan internet. Ia buka beberapa situs kantor berita, tak ketinggalan Yahoo Messenger (YM).
Dalam daftar YM-nya, tertera nama sejumlah pejabat Pemkot mulai dari kepala dinas, kepala kantor dan kepala bagian. ”Kami sudah setahun ini berkomunikasi lewat YM,” kata Rai Mantra, sapaan akrabnya. Telepon atau bertatap muka bila menyangkut masalah urgen saja.
Denpasar merupakan daerah tingkat II termuda di Bali, pecahan dari Kabupaten Badung yang diresmikan 1992. Letaknya di tengah Pulau Bali dengan luas 127.780 hektar dan terbagi dalam empat kecamatan, Denpasar Utara, Timur, Selatan dan Barat.
Biarpun sebagai ibukota provinsi sekaligus pusat perekonomian, pendidikan dan lainnya, sebagian wilayahnya masih berbasis pertanian. Tercatat lahan sawahnya sekitar 5.547 Ha dan 10.001 Ha lahan kering. Namun pariwisata menjadi sumber pendapatan utama, didukung sektor pertanian dan jasa.
Menurut pria yang juga pengusaha ini, internet sudah menjadi kebutuhan pokok dalam pemerintahannya. Pemkot giat memasyarakatkannya di jajaran pegawai, sekolah, maupun masyarakat. Setiap kantor di lingkungan Pemkot, minimal memiliki satu unit komputer dengan akses internet.
Sebanyak 25 sekolah negeri, SMP dan SMU sudah disasar lewat program cyberschool.
Kini, Pemkot pun membangun kawasan pendidikan di Jl Kamboja, juga berbasis IT. Satu gedung pintar di area tersebut siap dioperasionalkan. Didalamnya tersedia sarana internet, multimedia, dan lainnya. Bahkan sudah direncanakan menjadi free hotspot area.
Sebuah mobil pintar bantuan pemerintah pusat aktif berkeliling, dari pusat-pusat kegiatan masyarakat semisal lapangan, pameran, kegiatan pariwisata, hingga pedesaan. Di dalamnya berisi empat unit komputer dengan sarana internet gratis, serta sebuah televisi plasma yang memutar acara pendidikan maupun kemasyarakatan.
Tak hanya itu, satu kelompok tani di Peguyangan, Denpasar Utara, baru-baru ini dijadikan percontohan pertanian terpadu dengan pemasaran berbasis internet (e-comerce). Pengurusnya dibekali pelatihan maupun studi banding ke daerah yang maju pertaniannya. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia serupa berlanjut untuk pengusaha kecil dan menengah, termasuk pegawai koperasi. Bagi pengrajin, diberikan pelatihan hingga bantuan permodalan.
Inkubator atau semacam small trade centre sedang dirancang di Pasar Kumbasari, yang menjual aneka kerajinan. Ini akan menjadi pusat informasi segala barang, harga, penjual dan sebagainya. Pun untuk media pelatihan para pedagang terkait e-comerce.
Terkait pelayanan publik, tahun lalu dibangun unit pelayanan terpadu (UPT) untuk pengurusan izin. Cukup datang di satu tempat, warga bisa mengurus atau mendapat informasi segala jenis perizinan. Upaya ini diantaranya untuk meminimalisir praktek percaloan maupun korupsi.
Selain itu, proses pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) berlaku online. Warga bisa mengakses formulir lalu mengirimkannya lewat internet. Yang bersangkutan tinggal datang ke kantor untuk foto dan membayar. Bagi warga yang akan memperpanjang KTP tapi berada diluar kota, bisa mengirim data terbaru sekaligus fotonya. Begitu KTP jadi, segera dikirimkan kepada yang bersangkutan.
”Dengan fasilitas IT, segalanya bisa dipermudah,” tegas Rai Mantra. Menurutnya, berbagai upaya itu selaras dengan visi dan misinya mewujudkan Denpasar sebagai kota budaya. Budaya yang dimaksud, bukan semata soal tradisi. Namun tujuh unsur yaitu spiritual, seni, aksara, lembaga sosial kemasyarakatan, pendidikan, teknologi dan ekonomi.
”Tak ada pembatasan intelektual, bahkan diharap ada eksplorasi segala kreativitas dan bakat masyarakat. Penekanannya pada perpaduan ide, unsur-unsur budaya tadi dengan teknologi, yang dikenal sebagai konsep ekonomi kerakyatan (ekora),” urainya.
Dalam mewujudkannya, perlu peningkatan kapabilitas sumber daya manusia maupun alam, penguasaan teknologi, serta penyediaan modal. Teknologi dimaksud berkaitan dengan sarana produksi hingga pemasaran. Sementara untuk penyediaan modal, Pemkot menyalurkan kredit tanpa agunan (KTA), bekerja sama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali.
Diakui Rai Mantra, tidak mudah menerapkan konsep ekora,”Karena ini menyangkut transforming life mereka sehingga perlu dilakukan terus menerus.”
Setelah menyasar kelompok tani, pengrajin dan akademisi, Pemkot berupaya mengangkat makanan tradisonalnya. Para penjual makanan khas Bali semisal lawar dan babi guling, dibuatkan event untuk menjaring pembeli. Pun diikutkan ke berbagai kalender kegiatan semisal HUT Pemkot dan Sanur Village Festival.
Menyoal tata ruang, diakuinya seperti berlomba dengan laju pertumbuhan bangunan terutama ruko. Zona-zona peruntukkan pun masih lemah. Daerah Renon, contohnya. Area ini sejak lama dikenal sebagai kawasan pemerintahan terpadu, khususnya perkantoran provinsi. Sekarang, Renon diserbu ruko dan warung makan.
”Itu tidak lepas dari perijinan yang sudah keluar sebelumnya. Yang bisa kami upayakan adalah pengendalian dengan memperketat keluarnya ijin baru.” Guna mengurangi laju alih fungsi lahan, pemilik lahan terbuka dibebaskan dari kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan (PBB). Sejak dicanangkan 2002 lalu, sudah tercatat 6.860 wajib pajak yang disubsidi dengan dana sampai Rp 2,5 milyar.
Sementara soal transportasi umum, menurutnya memang masih minim dan mahal tarifnya. Ini menjadi salah satu pemicu pesatnya pemilikan kendaraan pribadi. Dikatakan Rai Mantra, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi. Pengelolaan transportasi bila di Denpasar saja, kata dia, terlalu sempit ruang lingkupnya.
Selain itu, jumlah penduduk Denpasar sebenarnya hanyasekitar 500.000 jiwa. Namun pada hari kerja, bisa dua atau tiga kali lipat jumlahnya. Penambahan berasal dari warga kabupaten lain, seperti Badung, Gianyar dan Tabanan. ”Setahun terakhir ini, semakian intens masalah ini dibahas dengan ketiga kabupaten dan mudah-mudahan segera bisa terlaksana.” [b]
Asal ada yang gratis pasti saya suka. 🙂
adv? kok ga ada kelemahan dps yang harus diperbaiki. misalnya nih, pengurangan tempat memajang baliho iklan yang makin jumbo ukurannya, sampah yang pengelolaannya jadul (tiap hari, warga dibiarkan membuang sampah di pinggir jalan, trus DKP haru bersusah payah memasukannya ke karanjang, baru dibuang di truk. bau dan sisa remah sampah kan masih banyak kececer di jalanan. Belum lagi waktu yang diperlukan untuk hal ini cuma di satu titik TPS saja. Ini mesti pake IT juga dong….)
btw, hepi besdei denpasar. Ditunggu solusinya dnegan cepat, karena kan udah pada akses YM, so jadwal rapat bisa dipangkas…
Iya tuh pak dokter, rencana sepanjang jl kamboja akan free hotspot. belum lagi kalau rumah pintar sudah beroperasi, katanya dilengkapi fasilitas multimedia juga. serba gratis. semoga
buat bu lode,
bukan adv bu, tapi mmg ngecap. sekali2 nulis yang baik2, kita kan perlu mengapresiasi hsl kerja orang (pemerintah)biar senang, dan lebih giat serta bagus dlm melayani masyarakat. Dan riilnya, denpasar kian maju khususnya di bidang IT. Bayangkan, para pejabat yang tak pernah pakai komputer, harus rela menjalani pelatihan utk bisa mengoperasikan komputer hingga internet. Rata-2 ngaku puyeng mrk, waktu itu.
soal sampah and so on, kita kan sdh srg menulisnya tersendir, dg kolom besar.Klu blm puas, sampaikan saja uneg2nya by email di webnya pemkot,sepuasnya, nti kadisnya lgs yang balas, walikota jg aktif ngelihat itu web. jadwal pengaturan jam pengangkutan sampah juga sudah ada,pernah ditulis juga, cuman kata para petugas pengangkut, “masyrakat jg haruslah sadar,mari kita berbuat lebih baik. coba bantu tugas kami.” nah lo!
Wah Wasti enggak galak lagi….hehhehehhe…..