Pengerupukan adalah momen istimewa bagi Sekehe Teruna-Teruni di Bali.
Pada hari yang jatuh sehari sebelum Nyepi Hari itulah anak-anak muda Bali akan menggelar ritual pengusiran bhutakala dibalut seni kreativitas ogoh-ogoh dan riuhnya alunan gemelan beleganjur. Memang nyata, eforia ini sangat bernuansa muda, melimpah gairah seni, mengalir dari sudut ke sudut tanah Bali. Seolah menjadi ajang pembuktian pencapaian berkesenian dan beritual dari suatu Banjar.
Ogoh-ogoh yang dibuat menampilkan sosok seram bertubuh besar atau fragmen cerita dalam kepercayaan Hindu Bali. Sebagaimana layaknya sebuah patung besar, ogoh-ogoh pada umumnya dibuat statis dan kokoh agar dapat diarak keliling desa dengan sedikit “meuyakan” digoyang sana digoyang sini.
Namun, tidak banyak yang tahu, di Banjar Penebel Kaja, Tabanan, ogoh-ogoh dibuat dengan nuansa berbeda. Selain tetap menjaga patron seni Bali dalam perwujudan, ogoh-ogoh dibuat dinamis bergerak.
“Inovasi ini telah kami mulai sejak tahun 1996 yang mana pada mulanya ogoh-ogoh dipasangi komponen elektrik,” terang I Nengah Kesuma Jaya sang arsitek ogoh-ogoh.
Selama 22 tahun berkarya, muncul beragam ide untuk menyempurnakan karya seninya. Mulai dari ogoh-ogoh bersuspensi pada bagian kepala sehingga dapat bergoyang tanpa patah hingga fragmen ritus pengeleyakan di mana Walunateng Dirah dikelilingi tiga orang sisya-nya. Ketiga ogoh-ogoh sisya itu kemudian memutari Walunateng Dirah seolah-olah menari gemulai.
Pada tahun 2018 ini ogoh-ogoh Banjar Penebel Kaja menampilkan fragmen Baruna Murti. Mengisahkan pertempuran antara Hyang Baruna penguasa lautan dan raksasa rakus corah yang menggangu ketentraman. Hyang Baruna dilakonkan menaiki kereta kebesarannya yang ditarik oleh ikan bernama Gajah Mina.
Roda dan ornamen kereta dapat berputar dan diatur kecepatanya. Begitu pula hulu dari senjata trisula yang dibawa Hyang Baruna dapat berputar.
Proses pengerjaan dari sketsa gambar hingga berwujud dan siap diarak adalah proses menarik.
Nengah Kesuma Jaya didukung Gde Putu Kantika Padmana dan Wayan Yogi yang mengerjakan sistem gerak serta I Wayan Yuda Antara untuk detailing process. Mesin genset dipasang sebagai motor utama sistem gerak. Disambungkan dengan kabel sling dan konstruksi gir. Bagian sirip ikan Gajah Mina dirangkai dengan rangka besi yang dikombinasikan dengan karet.
Belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, tim kerja memperhatikan betul kekuatan rangka dasarnya. Kekutan kontruksi rangka sangat perlu agar mampu menahan berat beban peralatan.
Tidak meriah rasanya jika pawai ogoh-ogoh tidak diiringi dengan paduan gerak tari dan tabuh gamelan beleganjur. Mekel Ayu, koreografer tari, menterjemahkan tema Baruna Murti menjadi gerak tari lincah dibarengi mantapnya gemelan beleganjur yang ditata oleh Bayu Permana Sentanu, seorang anggota Sekehe Teruna. [b]