• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, November 12, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Enam Ogoh-Ogoh Ini Angkat Isu Sosial di Bali

I Gusti Ayu Septiari by I Gusti Ayu Septiari
30 March 2025
in Kabar Baru
0 0
0

Hari Raya Pengerupukan identik dengan ogoh-ogoh. Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ogoh-ogoh merupakan patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan sebagainya berbentuk raksasa dan lain-lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu, yaitu sehari menjelang Nyepi.

Pengarakan ogoh-ogoh biasanya dimulai jam 18.00 WITA atau sandikala, yaitu waktu pertemuan sore dan malam hari. Menurut laman resmi Kabupaten Buleleng, sandikala merupakan waktu Bhuta Kala atau kekuatan negatif alam sedang berkeliaran.

Pawai ogoh-ogoh dimulai sejak tahun 1985, tetapi tradisi ini bukan ritual sakral Agama Hindu. Meski begitu, ogoh-ogoh menjadi ruang muda-mudi desa di Bali untuk menuangkan kreativitasnya. Seiring berjalannya waktu, ogoh-ogoh menjadi ajang perlombaan dan simbol unjuk gigi Sekaa Teruna Teruni (STT) di Bali.

Dari jurnal Telusur Sejarah Ogoh-ogoh sebagai Manifestasi Seni Rupa Bali dari Sudut Pandang Komodifikasi Budaya disebutkan bahwa ogoh-ogoh dibuat sebagai simbol Bhuta Kala yang ditampilkan dengan tubuh besar, kuku panjang, bertaring, dan rambut yang tidak beraturan. Namun, ogoh-ogoh juga kerap digunakan sebagai kritik sosial yang mengangkat isu-isu sekitar.

Pada Nyepi tahun baru saka 1947 atau Nyepi tahun 2025 ini ada beberapa ogoh-ogoh di Bali yang mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat, sebagai berikut:

Refleksi Penegakan Hukum Saat Ini

Ogoh-ogoh STT Cura Dharma. Sumber foto: Instagram st_curadharma

STT Cura Dharma di Banjar Serangan, Desa Mengwi memilih mengangkat penegakan hukum di Indonesia saat ini sebagai tema ogoh-ogoh. Hal ini sebenarnya berkaitan dengan pembagian kategori ogoh-ogoh pada festival yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung.

Meski begitu, pada tahun-tahun sebelumnya STT Cura Dharma juga sudah mengangkat isu-isu sosial, terutama terkait tergerusnya budaya Bali dan masyarakat Bali yang kian tersingkirkan.

Dilansir dari Bali Viral News, Ketua STT Cura Dharma menyebutkan bahwa tema hukum dipilih karena belakangan ini penerapan hukum di masyarakat kurang memihak rakyat, khususnya rakyat kecil. Maka dari itu, ogoh-ogoh yang dibuat akan merefleksikan tentang kebebasan yang duduk di atas penderitaan rakyat.

Cegah Bunuh Diri

Ogoh-ogoh Ulah Pati Karma dari STT Kumuda Jaya. Sumber foto: Instagram pantaka_sugi

Berkaca dari isu yang tengah ramai di wilayah Karangasem, STT Kumuda Jaya di Banjar Adat Tampuagan membuat ogoh-ogoh terkait bunuh diri. Ogoh-ogoh ini bernama Ulah Pati Karma yang berarti karma bagi orang yang melakukan bunuh diri.

STT Kumuda Jaya melalui akun Instagramnya menjelaskan bahwa dalam ajaran Siwa Sogata atau Tantra Shiwa Buddha, cara kematian yang paling mengerikan adalah ulah pati atau bunuh diri. Orang yang mati bunuh diri akan langsung jatuh ke alam rendah atau asurya loka, tempat yang sangat gelap dan penuh penderitaan. Di sana roh-roh yang mengalami bunuh diri akan tersiksa dan mengalami penderitaan berat dan ekstrim selama ribuan tahun.

Ketua STT Kumuda Jaya dalam akun Instagramnya menjelaskan bahwa mereka ingin mengedukasi terkait bunuh diri. Ia menyebutkan bunuh diri bukan satu-satunya cara penyelesaian masalah.

Kebohongan Menyebabkan Pembodohan

Ogoh-ogoh STT Kembang Wijaya. Sumber foto: Bali Post

Pada Nyepi Tahun Saka 1947 ini, STT Kembang Wijaya, Banjar Kembangsari, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal mengangkat tema kebohongan yang menyebabkan pembodohan masyarakat dalam ogoh-ogohnya.

Dilansir dari Balipost.com, ogoh-ogoh ini menjadi simbol perenungan terhadap kondisi sosial di era Kaliyuga atau zaman yang penuh intrik. Pada zaman itu kebenaran sering kali dikaburkan oleh kepentingan pribadi. Zaman Kaliyuga nyatanya tidak jauh berbeda dari kondisi saat ini, setiap individu berlomba-lomba meraih kekuasaan tertinggi untuk mencapai tujuan pribadinya dan mengabaikan kepentingan orang lain.

Cerminan Sifat Kesombongan Manusia

Ogoh-ogoh Premada Ikang Betara. Sumber foto: Instagram stgirikencana

STT Giri Kencana, Banjar Gunung, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi mempersembahkan ogoh-ogoh Premada Ikang Betara yang mencerminkan kesombongan dan kerakusan penguasa. 

Dalam sinopsisnya, ogoh-ogoh ini mengisahkan Maya Denawa, raja sakti keturunan raksasa yang memerintah di masa lampau. Kesaktiannya membuat Maya Denawa lupa diri hingga menyamakan dirinya dengan Betara. Dengan tangan besinya, ia melarang rakyat memuja para Dewa dan membuat dirinya dipuja sebagai Tuhan.

Sama seperti ogoh-ogoh STT Kembang Wijaya, ogoh-ogoh ini juga berdasar dari fenomena sosial, yaitu banyak orang ingin berkuasa demi kepentingan pribadi sebagaimana yang dilakukan oleh Maya Denawa.

Terinspirasi dari Alih Fungsi Lahan

Ogoh-ogoh STT Wijaya Kusuma. Sumber foto: Bali Post

Isu lingkungan juga menjadi tema dalam ogoh-ogoh tahun ini. Tema ini diangkat oleh STT Wijaya Kusuma, Banjar Dlodpasar, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal dengan nama ogoh-ogoh Pertiwi Anggugat.

Dilansir dari Balipost.com, Pertiwi Anggugat melambangkan peringatan dari Ibu Pertiwi atau Bumi yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Perancang ogoh-ogoh dalam wawancaranya menjelaskan bahwa inspirasi utamanya adalah kondisi lingkungan di Bali saat ini yang banyak mengalami alih fungsi lahan. Lahan hijau semakin berkurang, digantikan oleh bangunan pariwisata maupun akomodasi pariwisata, seperti villa dan hotel.

Edukasi Pelestarian Lingkungan

Ogoh-ogoh Ratu Wong Samar. Sumber foto: Nusa Bali

Isu lingkungan juga diangkat oleh STT Abdi Yowana, Banjar Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. STT Abdi Yowana membuat ogoh-ogoh Ratu Wong Samar yang terinspirasi dari kepercayaan masyarakat Bali tentang Wong Samar atau makhluk tak kasat mata.

Dilansir dari Koranbuleleng.com, ketua panitia ogoh-ogoh STT Abdi Yowana mengungkapkan bahwa pemilihan tema ini bertujuan mengingatkan masyarakat agar hidup selaras dengan alam dan dunia gaib. Selain itu, juga mengingatkan manusia agar tidak sembarangan bertindak di tempat yang dianggap sakral. Ini juga erat kaitannya dengan menjaga lingkungan, terutama tidak membuang sampah sembarangan.

vanujacoffee.com kampungbet
Tags: ngerupukNyepiOgoh-ogohogoh-ogoh isu sosial
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
I Gusti Ayu Septiari

I Gusti Ayu Septiari

Suka mendengar dan berbagi

Related Posts

Enam Ogoh-Ogoh Ini Angkat Isu Sosial di Bali

Refleksi Kritis setelah Nyepi : Judol dan Pinjol sebagai Bhuta Kala Baru

13 April 2025
Perlawanan Kebijakan Politik dalam Karya Seni Ogoh-Ogoh 2025

Perlawanan Kebijakan Politik dalam Karya Seni Ogoh-Ogoh 2025

4 April 2025
Beban Merawat Keluarga bagi Perempuan dalam Lingkaran Masyarakat Patrilineal

Rekomendasi Kegiatan Saat Nyepi

30 March 2025
Kalau Saya Orang Bali, Apakah Saya Mampu?

Nyepi Barengan dengan Awal Ramadhan

21 March 2023
[Cerpen] Menyepi di Desa

[Cerpen] Menyepi di Desa

9 March 2019
Menjelang Nyepi, KNB Berbagi dengan Lansia

Menjelang Nyepi, KNB Berbagi dengan Lansia

4 March 2019
Next Post
Beban Merawat Keluarga bagi Perempuan dalam Lingkaran Masyarakat Patrilineal

Rekomendasi Kegiatan Saat Nyepi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Inilah Panduan Nyepi Tanpa Internet Tahun Ini

Tersingkir di Tanah Sendiri

12 November 2025
Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

Ketimpangan Sumber Daya di Balik Krisis Air Tanah Bali

12 November 2025
Koalisi MUAK Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi MUAK Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

11 November 2025
Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia