Selepas istirahat pertama anak-anak bersiap masuk ke kelas.
Botol-botol minuman dijejer dekat pintu masuk. Sekolah Dyatmika di Denpasar memang membiasakan siswanya membawa minum dengan botol favorit masing-masing.
Kemarin pagi, tiga orang guru pendamping mengungkapkan prakata untuk membuka kelas. Dua orang dari Yayasan Alam Indonesia Lestari (LINI) diminta untuk mengisi materi terkait kelautan. Hari ini 18 orang anak menatap harap bahwa materi yang disampaikan akan memuaskan.
Di tempat terpisah Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali mengungkapkan bahwa sekolah lain harus belajar dari Dyatmika agar tidak sungkan menerima pemateri dari luar sekolahnya. Hal ini justru memperkaya khasanah sekolah tersebut.
“Karena tidak semua sekolah memiliki guru guru pakar di bidangnya,” ungkap Catur Yudha Hariani dalam perjalanan mengisi materi ke Sekolah Anak Emas di Denpasar.
Sekolah Dyatmika memiliki program dua bahasa, Indonesia dan bahasa Inggris. Siswa didorong untuk memiliki pemikiran kritis serta keterampilan kreatif.
Seiring dengan tekad itulah sekolah Dyatmika merangkul LINI untuk isu isu kelautan. Hal ini adalah kerja sama kedua kalinya setelah tahun lalu menjangkau kelas lima SD.
Sebagai sapaan pembuka seorang fasilitator menyapa siswa, Halo.. hai, Hai.. Halo.
Materi disampaikan oleh Putu Widyastuti sebagai peneliti laut. Terlihat pengalamannya dalam menyampaikan. Meski usia terpaut jauh dengan anak-anak SD, namun gaya bahasa Putu disesuaikan dengan anak-anak. Terbukti anak anak banyak yang antusias.
Banyak sekali istilah sulit yang disederhanakan seperti nama latin yang diubah menjadi nama lokal. Hal ini sebagian metode agar anak-anak terus mau mengamati.
Selama dua jam belajar, fasilitator juga menyiapkan permainan sesuai materi yang disampaikan. Putu memainkan permainan “Who am I” permainan di mana satu per satu ciri-ciri hewan laut disebutkan, kemudian anak-anak menyebutkan hal yang ditanyakan.
Maka, 18 anak pun berebut. Jari telunjuknya lama kelamaan mendekati fasilitator. Semua berdesakan seraya ingin ditunjuk untuk mengungkapkan jawabannya. “Siapakah aku, bentuknya bulat berwarna hitam, permukaannya berduri dan memakan karang?”
Anak anak berebut. Fidel menebak Star Fish. “Bukan itu,” ungkap Putu. Satu anak berteriak menyebutkan “Babi guling”, spontan 17 anak tertawa. Guru-guru pun tak kuat menahan tawa. Satu pun tak ada yang marah mendengar satu anak keliru menjawab.
Jawabannya “Bulu Babi” sayang.
Selain permainan “Who am I”, fasilitator menyiapkan dua permainan lain, yakni Polip-Koloni-Ombak serta Predator Hunting. Tak terasa waktu yang disiapkan dua jam dirasa kurang.
Usai penyampaian materi Kepala Sekolah menyatakan antusiasnya dan ingin bekerja sama lagi di lain waktu. [b]