Jauh-jauh ke kantor Google Asia Pasifik di Singapura, eh, Bali juga ketemunya.
Pertemuan pertama dengan Erwan Mace, Developer Relations Southeast Asia. Lelaki warga Perancis ini langsung nyahut dalam Bahasa Bali ketika tahu saya dari Bali. “Ken-ken kabare?” tanya antusias.
“Kabar baik,” jawab saya dalam Bahasa Indonesia. Eh, dia malah nyambung dalam Bahasa Bali lagi, “Becik-becik manten.” Saya tak bisa menahan tawa pagi itu melihat bule ini bicara dalam Bahasa Bali meski dia tinggal di Singapura.
Erwan salah satu orang yang saya temui di kantor Google pekan lalu. Saya bersama sekitar 12 blogger Indonesia berkunjung ke kantor raksasa internet ini difasilitasi ICT Watch, Jakarta. Saya atas nama Bali Blogger Community (BBC) ikut kompetisi video kebebasan berekspresi ICT Watch. Karena kemudian dapat juara I, maka saya juga bisa diskusi selama setengah hari dengan tim Google ini.
Tapi tak hanya belajar tentang kantor dan produk Google, saya juga menemukan hal-hal unik termasuk tentang Bali itu tadi. Salah satunya Erwan yang bisa berbahasa Bali meski ucapan basa-basi.
Erwan mengaku tidak pernah tinggal di Bali. Dia lama tinggal di Jakarta namun sering jalan-jalan ke Bali bahkan hingga saat ini. Karena itu, dia pun lancar menyapa dalam Bahasa Bali. Sayangnya kami tak punya banyak waktu untuk ngobrol tentang ini. Kami justru lebih intens bicara tentang dukungan Google pada pengembang (developer) dan komunitasnya.
Di beberapa kota, seperti Bandung dan Jakarta, ada komunitas developer berbasis teknologi Google. Misalnya Google+, YouTube, HTML5 dan Android. Mereka tergabung dalam Google Technology Users Group (GTUG).
“Sayangnya di Bali justru belum ada GTUG ini,” kata Erwan. Padahal, dia melanjutkan, dua staf Google justru bekerja secara remote dari Bali.
Hal kedua di kantor Google Asia Pasifik yang nyambung dengan Bali adalah ruang bersantai. Google memang terkenal sebagai kantor dengan fasilitas kesenangan yang amat memanjakan stafnya. Saya melihatnya sendiri selama setengah hari itu.
Kantor Google Asia Pasifik berada di lantai 29 dan 30 Gedung Asia Square, Singapura. Di dua lantai ini, kantor Google nyaris tanpa sekat. Terbuka dan transparan. Meski demikian, ada beberapa ruang khusus yang tertutup. Selain ruang rapat juga ruang pijat dan karaoke. Ada pula ruang main tenis meja, bilyard, dan sepak bola dengan boneka.
Ada pula beberapa ruangan yang bisa digunakan untuk bersantai sekaligus bekerja. Salah satu ruangan tersebut bernama Little Bali. “Karena dia memang dibuat dengan style Bali,” kata Mike Orgill, Country Lead, Public Policy, dan Government Affairs Google di Asia Tenggara yang jadi pemandu kami selama diskusi di sana.
Ruangan seluas sekitar 3 x 10 meter ini memang didesain ala Bali. Setidaknya dari pantai dan balai di dalamnya. Pantai tersebut menjadi gambar penghias dinding (wallpaper) sepanjang dinding ruangan.
Lalu, lantai ruangan pun dihiasi karpet bermotif pasir. Saya sih teringat Kuta ketika berada di ruangan ini.
Suasana pantai dan pasir itu makin lengkap dengan dua jaring gantung untuk bersantai alias hammock di ruangan. Enaknya di Google, staf mereka bisa kapan pun bersantai di sini meski pada jam kerja. Little Bali ini melengkapi ruangan di Google yang menggunakan nama-nama pulau di Asia Tenggara termasuk Bali.
Usai keliling melihat kantor dan diskusi selama sekitar lima jam, tibalah waktunya saya dan dua teman dari Indonesia diperkenalkan dengan staf Google dari Indonesia. Ada enam cewek menyambut kami di ruang resepsionis. Setelah berkenalan sejenak, kami kemudian ke kantin untuk makan siang bersama.
Nah, pas lagi antre di kantin, saya juga ngobrol dengan staf-staf Google dari Indonesia itu. “Adik saya juga ada yang ikut Bali Blogger. Namanya Gung Wie,” katanya. Walah. Ternyata si cewek ini juga dari Bali!
Ya, saya agak lebay sih. Tapi ya memang terkejut begitu pas tahu kalau salah satu staf Google di Singapura ini berasal dari Bali. Namanya Agung Ayu Sita, alumni SMU 3 Denpasar tahun 2000. Selain Gung Wie, dokter anggota BBC yang juga penggemar fotografi, Ayu mengaku juga temannya Yunaelis, anggota BBC juga.
Maka, Ayu pun melengkapi Bali di kantor Google Asia Pasifik selain Erwan dan ruang santai itu tadi. Menemukan ketiganya di negara orang ya tentu saja sesuatu banget. Beda rasanya kalau ketemu di pulau sendiri.
Sebenarnya saya pengen ngobrol lebih banyak dengan Ayu ini. Sayangnya waktu juga tak banyak. Saya hanya sempat kasih selamat Galungan karena hari itu masih Manis Galungan. Semoga kapan-kapan bisa ngobrol lebih lama lagi dengannya. [b]
Huwalahhh, ketemu bali juga ya ternyata 😀
Ruangan Little Bali-nya seperti apa mas? koq gak ada fotonya?
Bali emang keren deh pokonya *pengen ke Bali lagi*
maunya sih foto2. apa daya tak boleh motret selain di resepsionis dan kantin. bisa saja curi2 foto tp tetap saja tidak etis toh wong sudah dikasih tau. 🙂
jadi, kapan kita ke bawean lagi? 😀
oh..wow! yg kedua dari kiri itu kakaknya gungwie,bukan?
ya, gung. alumni SMA 3 tuh. sealmamater sama kamu. kenal?
whoaaaa baru tau menang juara satu video ICT Watch, selamat selamat.. dan selamat juga sampe ke kantor Google di Singapura, aku masih mimpi je bisa dolan ke kantor Google itu, sukur2 nanti bisa kerja disana sih hihihi amiiiin..
dan kangen Bali sekaliiiii….*dadah dadah dari Athens yang dingin*
Mantap, Pentolan BBC n’ bale bengong mewakili Bali,moga2 anggota yang lain bisa nyusul *ngarep* 🙂
Bravoo *tepuktangan* pengen BO kayak Google hehehe dan ada ruangan komunitas didalamnya dan bisa bewifi ria di bebatuan sungai di sebelah kantor. Amin amin amin. Inspiring perjalananmu Pak!
Wah… senangnya… 🙂
Kapan ya Google buka kantor di Bali…? (Lho?!)