Sebagai kota urban, Denpasar adalah surga makanan enak.
Ada makanan yang benar-benar khas Denpasar, tapi lebih banyak lagi yang khas daerah lain. Ada misalnya nasi padang –ini sih pasti di tiap jalan-, soto karangasem, bakso solo, sari laut lamongan, babi guling gianyar, dan seterusnya.
Karena itu tidak usah risau kalau urusan makan di Denpasar. Tinggal sesuaikan dengan selera, kantong, dan tingkat keimanan Anda. Soal selera dan kantong sih jelas, tapi kalau bingung soal terakhir itu, tunggu nanti di bagian belakang.
Pertama soal selera. Ini sih pasti. Kalau seleranya tidak jelas alias suka makan campur-campur, biasanya sih tempat makannya di warung nasi pecel madiun atau warung jawa. Banyak pilihan menu yang diperlihatkan di rak kaca tembus pandang. Ada kare ayam, pecel, ikan laut, sup, sayur bening, dan seterusnya. Anda tinggal menyesuaikan dengan selera.
Mencari makanan campur seperti ini tidak susah. Di tiap jalan sekunder Denpasar hampir selalu ada. Paling gampang ya cari di sekitar pasar. Pasti ada. Kalau tidak ada juga ya ganti saja dengan makanan lain yang ada di situ.
Warung seperti ini biasanya buka dari pagi sampai petang. Jarang yang buka malam.
Nah kalau seleranya makanan yang sudah pasti, ini yang agak susah. Terlalu banyak kategori. Makanan yang sudah pasti ini katakanlah bakso, soto, steak, ikan laut, dan seterusnya. Artinya dari awal tuh Anda sudah tahu makanan apa yang Anda cari. Kalau ini ceritanya, ya harus cari tempat makan yang identik. Misalnya soto karangasem yang rata-rata buka dari pagi sampai siang saja karena sudah habis. Lebih lengkap tentang masing-masing warung nanti di bagian lain.
Ini hanya gambaran awal. Intinya kalau mau menikmati satu jenis makanan saja ya harus ke tempat yang memang hanya menjual makanan itu. Jadi bukan cari ikan laut tapi ke bakso solo.
Kedua soal kantong. Kalau kantongnya tipis karena isinya ratusan ribu semua, berarti Anda kaya. Untuk orang banyak duit begini tempat makannya ada di Renon dan Jl Teuku Umar. Di Renon banyak banget pilihan. Tapi antar satu tempat dengan tempat lain agak terpisah. Adanya pun di beberapa areal. Misalnya di Jl Merdeka ada Ayam Bakar Wong Solo. Ini milik tokoh poligami Indonesia. Jadi kalau Anda tidak suka poligami ya bisa saja Anda pilih warung lain. Masalahnya banyak juga yang tidak suka poligami tapi lebih suka makanan enak. Jadi tidak peduli lagi soal poligami.
Di Jl Merdeka ini ada pula ayam betutu gilimanuk. Ini menu yang wajib dicoba jika Anda penggemar makanan pedas. Btw, kok sudah mulai nglantur ke masing-masing tempat makan ya. Balik kanan dulu deh ke areal makan itu tadi. Di Renon selain di Jl Merdeka juga ada di Jl Cok Agung Tresna. Pada satu jalur ini ada Warung Bendega dengan makanan khas ikan laut. Ada pula Ikan Bakar Cianjur, dst. Di bagian lain Renon, di dekat Monumen Bajra Sandhi ada pula bubur ayam Pak Lik dan warung lain di deretan sama.
Oke, itu untuk Anda yang berkantong tipis karena duitnya ratusan ribu semua. Untuk Anda yang berkantong tebal karena dompetnya hanya berisi tagihan hutang, ada beberapa tempat. Misalnya warung nasi jenggo yang ada di di semua jalan di Denpasar. Harganya hanya Rp 1.500 per bungkus. Tapi nasi jenggo adanya kalau malam saja.
Soal selera dan kantong sudah, sekarang soal keimanan. Ini sih untuk Anda yang tidak boleh makan babi. Tidak usah risau. Banyak kok makanan bertanda halal. Jadi kalau Anda orang yang beriman kuat ya silakan pilih makanan bertanda halal. Tapi bukan berarti yang tidak bertanda halal itu kemudian tidak boleh dinikmati. Kalau enak kan boleh saja. Meninggalkan makanan enak kan juga dosa.
Untuk tahu makanan enak atau tidak, ada salah satu petunjuk. Silakan lihat apakah ada tukang parkir di depan warung itu. Kalau ada tukang parkir, berarti banyak orang makan di warung itu. Kalau banyak orang makan di situ, berarti makanan di warung itu enak. Jadi, selamat mencari tukang parkir, eh, tempat makan enak di Denpasar. [b]
Hah… lucu pas baca “Meninggalkan makanan enak kan juga dosa”. Benar bangat.