• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, June 25, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

“Koh Ngomong” Macet pun Menggelora-The Elephant in The Room

Dewa Ayu Purnami Azhari by Dewa Ayu Purnami Azhari
9 July 2024
in Kabar Baru, Pelayanan Publik
0 0
1
Mobil-mobil terparkir di Lapangan Ubud ubud yang berubah fungsi karena kemacetan. Foto oleh: Yuko/BaleBengong

Bagi yang pernah berkunjung ke Ubud pasti sudah tidak asing lagi dengan segala keunikannya. Nama Ubud sendiri yang berasal dari kata ‘Ubad” yang berarti obat. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dari zaman dahulu Ubud sudah menjadi tempat ‘healing’ yang menenangkan. Namun, dewasa ini bisa dilihat bahwa Ubud yang awalnya hanya desa biasa menjadi salah satu tempat destinasi utama yang harus dikunjungi saat ke Bali.

Jalan desa yang mempunyai lebar tidak seberapa itu akhirnya tidak mampu mengakomodir padatnya deras arus pariwisata dengan berbagai kendaraan yang berkunjung ke Ubud. Perkembangan pariwisata Ubud yang lambat laun semakin membawa Ubud entah ke arah yang lebih baik atau malah membuat pening, bukannya healing, mengobati.

Melihat bagaimana pariwisata sebagai tumpuan perekonomian warga Bali tidak terkecuali Ubud yang selalu ‘Sexy” untuk dikunjungi dengan segala penawaran ‘ketenangan alam’, kuliner ramah vegan, wellness club yang bertebaran. Tidak menampik kemungkinan perlu adanya solusi jangka panjang dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil lainnya, sehingga kebijakan yang diambil oleh pemerintah bersifat bottom up dan bukan top down. Aspirasi dari masyarakat melalui jejak pendapat yang bisa diwadahi oleh pemerintah setempat. Sehingga banjar dalam acara/kegiatan sangkep/paruman. Masyarakat Bali yang biasanya dianggap ‘koh ngomong’ atau malas bicara karena mempunyai jawaban andalan nak mule keto dengan segala fenomena sosial yang ada.

“Penghuni asli” merasa gusar berada di rumahnya sendiri, karena setiap hari menyaksikan kepadatan lalu lintas yang semakin menggelora. Jalan kecil atau gang pun akhirnya menjadi alternatif yang dipilih. Tak jarang menimbulkan kegusaran warga yang memiliki rumah di dalam gang. Beberapa solusi yang sudah terlihat dilakukan oleh pemerintah selama ini untuk menangani kesemrawutan lalu lintas Ubud dan sekitarnya, yaitu dengan membuat sentral parkir bagi mobil-mobil yang membawa para wisatawan, lalu badan jalan di seputaran Lapangan Ubud yang sebelumnya difungsikan sebagai parkir bagi pengunjung dan pegawai outlet atau restoran dipindahkan ke lapangan Ubud. Lalu pertanyaan muncul, apakah hal tersebut sudah mampu mengurangi kesemrawutan lalu lintas Ubud untuk solusi jangka panjang? Lapangan olahraga untuk kesehatan warga pun berubah fungsi menampung sumber polusi.

Menormalisasi segala masalah atau kemacetan dianggap baik, turis rame, tidak perlu dibesar-besarkan. Jika hal tersebut selalu dilakukan oleh masyarakat, upaya kolaborasi tersebut akan menjadi ajang ‘suryak siu” semata tanpa mengubah apapun dan mengglorifikan pariwisata sebagai wajah Bali.

Tags: KJW 2024macet di baliWRI Indonesia
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Dewa Ayu Purnami Azhari

Dewa Ayu Purnami Azhari

Related Posts

Reuni Pecinta Sepeda Tua Sedunia

Bisakah Denpasar Menjadi Kota Ramah Sepeda?

19 June 2025

Overtourism Bali Selatan Akan Merata Lewat Pembangunan Jalan Baru

17 December 2024
Wajah Bali Mana yang Kau Dambakan?

Wajah Bali Mana yang Kau Dambakan?

3 October 2024
Memori Sesetan Dulu dan Kini

Memori Sesetan Dulu dan Kini

12 July 2024

Mau ke Mana Bali?

11 July 2024
Lima Kegiatan Asyik Melali di Pantai Sanur

Refleksi Singkat Kemacetan Sanur 2024

10 July 2024
Next Post

Refleksi Singkat Kemacetan Sanur 2024

Comments 1

  1. Purnami Azhari says:
    12 months ago

    Terima kasih banyak BaleBengong sudah memuat tulisan saya yg masih banyak kurangnya ini dengan memberikan editan yg membuat tulisan saya lebih ciamik hehehe. Semoga kedepannya BaleBengong memberikan tetap memberikan wadah bagi kalangan akar rumput untuk menyuarakan uneg-uneg mereka. Terima kasih

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

24 June 2025
Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

24 June 2025
Sampah tak Terpilah, Subsidi Pupuk Organik bikin Jengah

Bali dan Aroma Asap Pembakaran Sampah

24 June 2025
Nikmat Suasana Ngopi di Teba Tengah Kota

Nikmat Suasana Ngopi di Teba Tengah Kota

23 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia