• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, June 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Refleksi Singkat Kemacetan Sanur 2024

Rainitha by Rainitha
10 July 2024
in Kabar Baru, Lingkungan, Opini
0 0
0

Penulis: Rain

Banyak mobil, banyak maut, artinya banyak rezeki, oek. Pariwisata Bali bangkit. Inilah cuplikan pembicaraan saya dengan beberapa pengemudi aplikasi online setiap hari saya melintas by Pass Sanur-Pelabuhan-Sanur untuk kegiatan sehari-hari saya. Jarak 3 kilometer yang biasa saya tempuh selama 10 menit, kini berganti menjadi 30 menit karena padatnya kendaraan khususnya di jam-jam padat. 

Saya merasa terguncang karena tampaknya kemautan ini dinormalisasi, bahkan alih-alih dijadikan tolak ukur keberlangsungan ekonomi pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian. Saya merasa bingung dan resah, terutama sebagai warga lokal yang tidak bisa mengendarai dan memilih tidak mengemudi. Saya tidak punya banyak opsi. 

Banyak yang hilang Sanur berubah, tapi banyak juga yang bilang, “ya ini kan dampak Bali yang berkembang sejak pandemi ya terima sajalah”. Tadinya saya berpikir, Sanur adalah pengecualian karena dengan reputasinya sebagai “kawasan pensiun” atau “wisata sepuh” yang tenang dan aman untuk keluarga.

Sanur tidak mengalami gratifikasi, urbanisasi, dan perubahan pesat seperti kantong-kantong konservasi ekonomi pariwisata baru seperti Canggu, Pererenan, Seseh dan Ubud yang marak dibicarakan dan disoroti berbagai media akhir-akhir ini. Ternyata perubahan Sanur datang juga di Sanur. 

Padahal Sanur merupakan gerbang pariwisata pertama Bali dibuka untuk dimana di awal tahun 1960-an. Kala ini dan berdasarkan cerita-cerita orang tua, Pantai Sanur masih asri, pesisir dipadati aktivitas nelayan. Perlahan pembangunan resort dan hotel/guest  house  berkembangdan menjadikan Sanur sebagai kawasan wisata yang terbilang “adem ayem” dibanding wilayah lain. 

Pasca pandemi kerap saya mendengar narasi masterplan dan wacana membangun Sanur melalui wonsup wellness pendirian pelabuhan, shopping mall, beach club mingga wondaminium. Perlu diingat bahwa saya mendukung perubahan dan modernisasi dalam kadar yang tepat dan untuk urgensi dan pemanfaatan yang sebaik-baiknya. 

Akhir-akhir ini saya merasa tersesat karena sebenarnya pembangunan ini berorientasi kepada apa? Siapakah yang diuntungkan? Saya yakin kemacetan dan arus lalu lintas hanyalah satu dampak dari pembangunan yang rasanya terlalu cepat, masih banyak aspek lain yang mungkin tidak bisa saya curahkan satu persatu. Kesempatan ini saya jadi bertanya-tanya apakah para developer perubahan kebijakan, pemodal memikirkan tentang bagaimana project mereka mempengaruhi dampak lalu lintas? Apakah ini sebuah pemikiran yang bisa diubah di masa depan? Atau memang jalan yang maut maraknya bangunan ini adalah tolak ukur keberhasilan ekonomi pariwisata kita?

Akhir-akhir ini saya merasa tersesat karena sebenarnya pembangunan ini berorientasi kepada apa? Siapakah yang diuntungkan? Saya yakin kemacetan dan arus lalu lintas hanyalah satu dampak dari pembangunan yang rasanya terlalu cepat, masih banyak aspek lain yang mungkin tidak bisa saya curahkan satu persatu. Kesempatan ini saya jadi bertanya-tanya apakah para developer perubahan kebijakan, pemodal memikirkan tentang bagaimana project mereka mempengaruhi dampak lalu lintas? Apakah ini sebuah pemikiran yang bisa diubah di masa depan? Atau memang jalan yang maut maraknya bangunan ini adalah tolak ukur keberhasilan ekonomi pariwisata kita?

Tags: KJW 2024macet di balipariwisata baliWRI Indonesia
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Rainitha

Rainitha

Related Posts

A Day in My Life, 140.000 untuk Segelas Keringat Pekerja Harian

A Day in My Life, 140.000 untuk Segelas Keringat Pekerja Harian

9 June 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
Di Sinilah Julia Roberts Mengobati Patah Hati

Ketika Gunung Dikejar: Refleksi Wajah Baru Pariwisata Batur Kintamani

6 May 2025
Rekonstruksi I Love Bali oleh Slinat

Rekonstruksi I Love Bali oleh Slinat

24 March 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Bayang-Bayang Leviathan (Baru) Bali

18 March 2025
matan AI

Bali Sold Out?

28 February 2025
Next Post
Lima Kegiatan Asyik Melali di Pantai Sanur

Refleksi Singkat Kemacetan Sanur 2024

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

12 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia