• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, November 28, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Lingkungan

Energi Terbarukan di Pulau Bali Hanya Bagus di Atas Kertas, tapi Kenapa Sulit Terwujud

Oka Agastya by Oka Agastya
26 November 2025
in Lingkungan, Opini, Teknologi
0 0
0

Di atas kertas, Bali tampak seperti surga bagi pengembangan energi terbarukan. Pulau ini memiliki panas bumi (Geothermal) seperti di Bedugul, Batur, dan Banyuwedang; energi surya dengan radiasi matahari yang tinggi; energi bayu dari tiupan angin pesisir; hingga biomassa dari sektor pertanian. Rencana energi bersih pun sudah berulang kali ditulis dalam dokumen pemerintah, pidato pejabat, hingga laporan kajian akademik. Tetapi ketika melihat kondisi lapangan, Bali masih sangat bergantung pada listrik kiriman dari Jawa, PLTD berbahan bakar diesel, dan pembangkit fosil. Lalu, mengapa energi terbarukan Bali terlihat begitu meyakinkan dalam teori, tetapi begitu jauh dari kenyataan?

Gambar Sumur Geothermal di Bedugul (Bali Energy Limited)

Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan lahan dan konflik ruang. Bali adalah pulau kecil yang dipadati permukiman, pariwisata, kawasan suci, serta lahan pertanian produktif. Pembangunan infrastruktur energi seperti turbin angin, panel surya skala besar, atau jaringan transmisi membutuhkan ruang luas yang sering kali bersinggungan dengan lahan konservasi, lahan adat, atau situs sakral atau disucikan. Di banyak kasus, rencana PLTS atau PLTB terhambat karena kekhawatiran masyarakat terhadap perubahan lanskap atau dampaknya pada estetika dan tata ruang setempat. Dalam konteks Bali, ruang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga budaya dan spiritual jadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Faktor lain yang membuat energi terbarukan sulit diwujudkan adalah kurangnya infrastruktur pendukung dan kesiapan teknis. Misalnya, Bali memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, namun teknologi pengeboran, pemodelan reservoir, dan biaya eksplorasi yang tinggi membuat proyek geothermal memerlukan investasi awal yang mahal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengembangan panas bumi di Indonesia sering tersendat bukan karena potensi fisiknya tidak cukup, tetapi karena proses eksplorasi membutuhkan kepastian regulasi dan pendanaan jangka panjang (Setiawan, 2014). Sementara itu, PLTS skala besar membutuhkan jaringan transmisi stabil, dan PLTB memerlukan lokasi dengan pola angin konsisten yang mana dua hal yang tidak selalu tersedia di Bali.

Gambar PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Nusa Penida berkapasitas 3,5 Megawatt peak (MWp) ini bahkan digadang mampu menurunkan emisi 4,19 ribu ton CO2e per tahun untuk pulau Bali (PLN, 2023)

Di luar faktor teknis, tantangan sosial dan penerimaan masyarakat menjadi rintangan terbesar. Bali adalah pulau yang hidup dalam harmoni adat, budaya, dan kepercayaan Hindu. Segala bentuk pembangunan yang menyentuh gunung, hutan, dan danau harus mempertimbangkan nilai sakral yang melekat di dalamnya. Kasus penolakan panas bumi Bedugul misalnya menunjukkan bahwa proyek energi tidak bisa hanya dikomunikasikan sebagai “angka dan potensi secara teknis”, tetapi harus diselaraskan dengan filosofi lokal seperti Tri Hita Karana yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Ketika masyarakat merasa tidak dilibatkan atau tidak memperoleh manfaat langsung, resistensi meningkat, dan proyek pun batal.

Selain itu, pengembangan energi terbarukan juga terhambat oleh ketidakpastian kebijakan dan koordinasi antar lembaga. Dokumen perencanaan energi sering kali bersifat teoretis dan tidak disertai roadmap implementasi yang jelas. Pergantian regulasi, perubahan prioritas politik, dan kurangnya kolaborasi antara pemerintah daerah, desa adat, dan investor membuat banyak proyek terhenti pada tahap kajian. Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa insentif energi bersih nasional belum sepenuhnya sejalan dengan kebutuhan di daerah, sehingga investor masih melihat Bali sebagai lokasi yang berisiko tinggi.

Gambar Bekas PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) di Nusa Penida (Mongabay, 2020)

Namun ada satu masalah fundamental yang jarang dibahas: ketergantungan Bali pada listrik dari Jawa. Selama kabel transmisi Jawa–Bali masih memasok sebagian besar beban listrik, urgensi untuk mempercepat energi terbarukan lokal menjadi rendah. Ketika listrik dari Jawa lebih murah untuk diambil, meski sumbernya fosil, maka investasi dalam energi terbarukan lokal menjadi kurang kompetitif. Inilah salah satu paradoks besar dalam sistem energi Bali: pulau yang kaya potensi energi bersih, tetapi pasarnya terikat oleh struktur yang tidak mendorong kemandirian.

Mendiagnosis persoalan ini penting bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk melihat peluang. Karena sesungguhnya, Bali memiliki modal yang tidak dimiliki banyak wilayah lain: kesadaran lingkungan yang kuat, kearifan lokal yang menghormati alam, dan masyarakat yang peduli keberlanjutan. Jika kebijakan dibuat lebih konsisten, masyarakat dilibatkan sejak awal, dan proyek dirancang untuk memberikan manfaat nyata bagi desa-desa lokal, energi terbarukan bukan hanya mungkin tetapi pasti akan menjadi bagian dari masa depan Bali. Dengan menguatnya kebutuhan energi hijau untuk pariwisata, kendaraan listrik, dan kehidupan sehari-hari, Bali sebenarnya memiliki alasan kuat untuk melakukan lompatan energi. Tantangannya hanya satu: mengubah rencana yang indah di atas kertas menjadi tindakan nyata di lapangan.

Terakhir, Ini juga menimbulkan pertanyaan dibenak jika harga energi listrik terbarukan lebih mahal dari energi fosil apakah anda akan tetap beralih ke energi terbarukan atau tidak?

References

  • Fadhillah, A.F. (2023). The Social Issues on Indonesia’s Geothermal Projects.
  • Indriana, R.D., Harmoko, U., Lutfiana, V., & Rahmaresa, M.K. (2022). Geothermal Area Analysis in the Mt. Batur Area, Bali.
  • IESR (2021). Indonesia Clean Energy Outlook: Bali Renewable Energy Readiness.
  • Keintjem, R.J. (2023). Assessment of Bedugul Geothermal Prospect Using Natural State Model.
  • Kompas (2022). Bali Masih Bergantung 70% Listrik dari Jawa.
  • Setiawan, H. (2014). Geothermal Energy Development in Indonesia: Progress, Challenges, and Prospect.
  • https://bali-energy.com/id/aboutus/ di akses 23 November 2025
  • https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2023/04/plts-nusa-penida-terus-konsisten-pasok-listrik-bersih-di-sistem-kelistrikan-di-bali di akses 23 November 2025
  • https://mongabay.co.id/2020/10/26/refleksi-dari-monumen-kegagalan-proyek-energi-bersih-di-bali/ di akses 23 November 2025
situs toto situs toto
Tags: BaliEnergi TerbarukanLingkunganOpini
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Oka Agastya

Oka Agastya

Seorang pencerita bumi dan praktisi manajemen bencana

Related Posts

Wacana Pasar Beringkit jadi Mall: Hilangnya Ruang Hidup Rakyat

Wacana Pasar Beringkit jadi Mall: Hilangnya Ruang Hidup Rakyat

20 November 2025
Ketika Penjor Bertemu Kabel Listrik: Menimbang Tradisi, Modernitas, dan Moralitas

Ketika Penjor Bertemu Kabel Listrik: Menimbang Tradisi, Modernitas, dan Moralitas

18 November 2025
Pulau Surga yang Kehilangan Harmoni

Pulau Surga yang Kehilangan Harmoni

16 November 2025
Inilah Panduan Nyepi Tanpa Internet Tahun Ini

Tersingkir di Tanah Sendiri

12 November 2025
Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

Ketimpangan Sumber Daya di Balik Krisis Air Tanah Bali

12 November 2025
Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

3 November 2025
Next Post
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Blabar Bali dan Ekonomi Politik Keserakahan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Serbuan Konten AI: Ketika Membedakan Asli dan Palsu itu Melelahkan

Serbuan Konten AI: Ketika Membedakan Asli dan Palsu itu Melelahkan

28 November 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Blabar Bali dan Ekonomi Politik Keserakahan

27 November 2025
Energi Terbarukan di Pulau Bali Hanya Bagus di Atas Kertas, tapi Kenapa Sulit Terwujud

Energi Terbarukan di Pulau Bali Hanya Bagus di Atas Kertas, tapi Kenapa Sulit Terwujud

26 November 2025
Serbuan Konten AI: Ketika Membedakan Asli dan Palsu itu Melelahkan

Kontroversi Jasa Joki Tugas Kuliah

26 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia