Berbicara di depan 500 orang menjadi pengalaman baru luar biasa bagi saya.
Minggu, 2 Oktober 2011 di Hotel Royal Seminyak, Bali, saya berkesempatan berbicara di hadapan sekitar 500 orang dari berbagai lapisan umur. Tema seminar tentang masa depan internet, khususnya bidang pembelajaran modern (e-learning). Meski sebelumnya sudah sering berbicara di hadapan orang banyak, berbicara di hadapan lebih dari 500 orang ini, pengalaman pertama saya.
Saya yang biasanya lebih fokus berbicara dan mengajar internet marketing, tiba-tiba saja ditodong untuk berbicara mengenai masa depan internet dan e-learning sebagai sebuah model pendidikan zaman internet. Mengandalkan mesin pencari andalan saya dan beberapa referensi dari situs jejaring sosial seperti slidhersare.net, saya menyelesaikan presentasi hanya 1 jam sebelum acara dimulai. Presentasi saya bisa diunduh di sini
Dan hari ini, (apakah sebuah kebetulan?) Menteri Pendidikan Nasional juga memberikan pernyataan mengenai masa depan e-learning. Berita selengkapnya bisa dibaca di Kompas: “E-Learning” Lebih Disukai Anak-anak. Ini yang memotivasi saya untuk menulis artikel ini.
Mengapa E-Learning?
Penetrasi atau pertumbuhan jumlah pengguna internet meningkat pesat dari tahun ke tahun. Munculnya gadget-gadget yang semakin canggih dan operator telekomunikasi nasional berlomba memberikan layanan internet murah, memungkinkan setiap orang terhubung dengan internet secara mudah dan terjangkau.
Kita menyebut zaman ini sebagai zaman digital. Setiap orang terhubung dengan produk digital. Informasi tersebar cepat dan dinamis. Masyarakat menjadi pemalas. Semua ingin dilakukan dari tempat duduk, bahkan dari tempat tidur. Mulai dari mengakses informasi, membayar tagihan, melakukan transaksi keuangan, melakukan riset. Semuanya tidak perlu beranjak dari tempat duduk. Cukup dengan koneksi internet, semua ada di ujung jari.
Anak-anak tidak lagi bermain di halaman, rumah-rumah tidak lagi memiliki halaman luas untuk tempat bermain. Main layangan atau lompat tali adalah sebuah cerita dalam sejarah anak-anak masa kini. Mereka, anak-anak zaman digital lebih suka main Angry Bird atau main balapan di iPad atau laptop mereka. Mereka juga berinteraksi dengan sesama anak-anak lain dari seluruh dunia. Mereka berbagi pengalaman, mereka berlomba, mereka berdiskusi. Semuanya dilakukan dari depan laptop atau iPad mereka.
Orang tua malas menembus kemacetan di jalan-jalan menuju tempat les atau kursus anak-anak mereka. Orang tua lebih senang membelikan anak mereka iPad atau laptop tinimbang gundu atau alat-alat permainan tradisional. Dan anak-anak pun lebih gaya menggunakan gadget pilihan orang tua mereka. Kesimpulan awalnya, anak-anak tidak lagi mengenal kapur tulis, tetapi touch screen.
Kelebihan E-Learning
Sebagai sebuah inovasi zaman digital, dan terjadi pada masa digital, e-learning memiliki kelebihan-kelebihan bila dibandingkan dengan model pengajaran konvensional.
1. Interaktif dan Kaya Konten
Model e-learning itu kaya konten. Semua media bisa terakomodasi dalam modul-modul pembelajaran e-learning. Ada video, ada audio, ada interaksi langsung lewat chatting, ada buku elektronik (ebook). Ini yang membuatnya kaya konten. Anak-anak sebagai objek e-larning merasa mendapatkan semuanya. Mereka bisa berinteraksi dengan teman-teman sejawatnya tanpa takut dijewer oleh guru mereka karena membuat gaduh suasana kelas. Mereka bisa mengulang setiap pelajaran jika mereka belum paham. Mereka bisa berinteraksi langsung dengan guru mereka lewat fasilitas chatting.
2. Tanggap Perubahan
Model pendidikan Indonesia itu cepat berubah. Ganti menteri, ganti kurikulum. Model konvensional harus menunggu terbitnya buku yang mendapat otorisasi dari Dinas Pendidikan. E-learning tidak perlu menunggu penerbitan buku dan proses distribusi buku. Perubahan kurikulum diikuti dengan cepat oleh metode e-learning
3. Score card (Laporan Online – Realtime)
Kirimlah anak anda ke lembaga bimbingan belajar, anda tidak tahu berapa persen ilmu yang bisa mereka serap. Berapa lama mereka bisa mengikuti pelajaran dengan serius. E-learning memberikan kemungkinan pengawasan ketat terhadap anak, tanpa harus menunggui anak terus menerus. Dengan sistem yang canggih, komputer akan merekam aktivitas anak-anak dalam sebuah subyek. Aktivitas mereka bisa dilacak, daya serap mereka terekam dalam score card atau ujian online yang disediakan oleh sitem. Kalau gagal, mereka tidak perlu takut. Mereka bisa mengulangi lagi, tanpa takut akan kehilangan materi yang pernah mereka pelajari.
4. Fun
Pendidikan tidak selalu identik dengan hal-hal serius. Anak-anak lebih cepat menyerap ilmu yang disajikan dengan cara yang lucu dan menarik. Game-game dan petualangan yang disisipi dengan kurikulum akan merangsang otak anak-anak dan daya analisis mereka.
5. Murah dan Efisien
Cukup satu laptop ditambah koneksi internet dan biaya berlangganan modul e-learning, mereka mendapatkan kurikulum terkini. Tidak perlu buku bacaan atau buku tulis. Tidak perlu bensin dan menembus kemacetan hanya untuk mengantar anak-anak ke tempat les atau lembaga bimbingan belajar. Semuanya bisa mereka lakukan dari nyamannya kasur mereka.
Kesimpulan
Mengutip pernyataan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djojonegoro, E-learning memudahkan anak belajar, dibandingkan belajar dengan cara konvensional. Kesukaan anak belajar dengan cara membaca hanya 10 persen, belajar dengan cara mendengar hanya 20 persen, tetapi jika belajar dengan model animasi justru kesukaannya lebih tinggi, 90 persen.
“E learning menggampangkan anak belajar tetapi risikonya sekolah harus menyediakan biaya, karena harus jer basuki mowo bea antara lain berupa penyediaan komputer dan internet,” kata Wardiman.
Padahal belum semua sekolah sudah terjangkau oleh internet, serta sarana dan prasaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan e-learning.
“Sesungguhnya biaya besar untuk e-learning akan kambali, karena siswa akan mendapat ilmu pengetahuan dan akan mudah mendapatkan pekerjaan karena mutunya tinggi. Saya mendorong agar kepala dinas yang mampu menyediakan anggaran secara bertahap, supaya melaksanakan e-learning,” katanya.
Sebuah daerah bisa berkembang dengan penguasaan IT dan CT, sebab sudah tidak lagi ada pembatas transport asi. Sebagai contoh Bangalore di India sekarang hasil ekspornya telah mencapai 15 miliar dollar AS, hanya dalam pengadaan perangkat lunak.
Tertarik dengan e-learning? Komentar Anda saya tunggu.
Tulisan ini juga sebagai materi pelengkap presentasi saya untuk Creative Dream International, perusahaan yang fokus mengembangkan model e-learning di Malaysia, Indonesia dan India. Informasi tentang e-learning lewat Creative Dreams International, silakan hubungi Via Maheswari (viamaheswari@gmail.com)
Ilustrasi diambil dari sini.
Sungguh pengalaman yang luar biasa, smg e-learning bs membumi di indonesia pak. Salam pendidikan pak Guru. Ditunggu kunjungan baliknya…