Saudara-saudara,
Le Mayeur, Ni Pollok. Sudah muakkah kalian mendengar kisah mereka? Tunggu, tidak ada kata muak dalam sebuah sastra. Apalagi sastra romantisme, Ni Pollok Gadis Bali. Mendengar secuil kisah mereka, heii, Le Mayeur, Ni Pollok apa yang kalian lakukan? Menikah dengan cinta, tapi tanpa nafsu? *tertawa* Mungkin. Kisah kalian lah yang masih membentang sampai hari ini. Tepat hari ini, aku mewakili penikmat kisah hidup kalian. Jadi, apa dasar kalian menikah. Cinta, seni, atau ego?
Saudara-saudaraku,
Le Mayeur dengan kasih tulusnya, perhatiannya, kepeduliannya membuat seorang gadis Banjar Kelandis, Pollok, luluh. Hanya akan asmaranya pada seni lukis, Ia merelakan hak yang ingin dituntut sang istri yakni hak untuk memiliki anak. Pollok, mengapa kau begitu pollos. Mengapa kau tidak menyobek baju suamimu itu ketika sedang tidur atau bahkan lebih agresif mengajaknya ke suatu tempat untuk sejenak melupakan lukisannya? Mengapa kau memilih diam di depannya berjam-jam? Cukup sudah.
Hei, Le Mayeur. Pria berdarah biru. Tanpa darah birumu pun itu mungkin Pollok tak kan bertemu denganmu. Setelah sekian hentakan jarum jam Pollok kau rampas. Kau menutupi semua dengan karakter yang lemah lembut. Puas sudah bagi Pollok untuk tunduk padamu. Le Mayeur….mengapa pemikiranmu membutakan wanita. Memutuskan tak ingin punya anak? *geleng-geleng*, salah besar! Kau harusnya bilang pada Pollok dari awal! Seni lukis memang indah, tapi ternyata lukis membutakan mindsetmu!
Saudara-saudara,
Lantas, apa dengan persoalan dilema hidup dan cinta seorang penari legong kita mendapat nilai kehidupan di masa sekarang?
#1 Cerita Ni Pollok mengajarkan kita tentang pentingya integritas dan kejujuran.
Ni Pollok adalah seorang gadis yang tulus dan jujur dalam setiap tindakannya. Dia menjunjung tinggi nilai-nilai ini bahkan ketika dihadapkan pada godaan dan tekanan dari lingkungannya
#2 Ego mengalahkan pikiran
Sekuat apapun Ni Pollok, membujuk Le Mayeur. Pemikiran atau ego sang bangsawan tak kan tergeser. Ini memberi kita moral untuk selalu menjadi manusia yang konsisten dan tak goyah.
#3 Wanita memiliki hak untuk bahagia
#4 Childfree.
Zaman sekarang sulit rasanya dilakukan. Kebutuhan akan pemikiran masa depan, ketakutan di masa tua, dan harapan penerus merunyam pikiran. Tapi jika dilihat dari sisi ekonomi dan kependudukan. Bukankah dengan semakin sedikit anak dilahirkan, harga jual rumah semakin menipis? Sawah-sawah pupuan tak akan jadi beton untuk 10 tahun ke depan. Hiruk pikuk manusia bumi sudah padat mengurangi 50% populasi memberi ruang bukan? . Lanjut? Sulit… banyak pertimbangan.
Saudara-saudaraku,
Kisah dilema hidup dan cinta seorang penari legong, Ni Pollok akan menjadi khazanah baru era sekarang. Dengan demikian, Pollok gadis asal desa Kelandis punya peran penting dalam menghujam suara yang mematikan hak-hak perempuan.
“Pollok, integritas dan lemah lembutmu kan selalu terkenang…”
situs mahjong
https://watersupplyindubai.com/