Setelah sempat tertunda karena krisis Gunung Agung, akhirnya kami bisa melaksanakan upacara meajar-ajar.
Meskipun masih pagi, ratusan semeton Dadia Pasek Togog Banjar Muntig sudah berkumpul di halaman Pura Dadya Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Para semeton hadir untuk mendengar arahan dari pengelingsir dadia Pasek Togog Muntig Jro Mangku Puspa.
Tujuannya untuk persiapan rute pelaksanakan upacara meajar-ajar setelah sebelumnya dilaksanakan upacara ngaben dan ngeroras sebagai rangkaian dari upacara Pitra Yadnya.
“Hari ini kita berkumpul untuk melaksanakan upacara meajar-ajar dalam rangkaian upacara Pitra Yadnya yang telah kita laksanakan sebelumnya,” kata Jro Mangku Puspa.
Jro menambahkan meajar-ajar dilaksanakan menuju Pura Goa Lawah, Pura Besakih, Pura Punduk Dawa, Pura Silayukti, Pura Andakasa dan Pura Lempuyang Madya.
Sekitar pukul 5 pagi rombongan berangkat beriring-iringan dengan 30 mobil menuju Pura Goa Lawah di Klungkung. Sebelum berangkat rombongan terlebih dahulu melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Dadya Pasek Togog Muntig untuk memohon keselamatan dalam perjalanan.
Rangkaian kegiatan ini seharusnya diikuti sekitar 300 kepala keluarga (KK) tetapi yang hadir hanya 181 KK. Ketidakhadiran semeton pasek lainya karena ada yang masih mengungsi dan terikat kerja.
Adapun semeton Pasek yang hadir dari Tukadeling Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Ada juga dari Karanganyar, Sibetan, Karangasem, di mana dulunya mereka merupakan Semeton Pasek Togog Muntig yang tinggal di Banjar Muntig.
Ditemui usai sembahyang, Jro Mangku Wayan Purni yang merupakan tokoh serati banten, mengatakan Upacara Meajar-ajar seharusnya sudah dia laksanakan pada 30 September tetapi karena pada 22 September status Gunung Agung meningkat dari level III (Waspada) ke level IV (Awas) kami menunda pelaksanaannya, dimana semeton tyang semuanya mengungsi cetusnya”.
“Atas komitmen semua Semeton Pasek Togog Muntig setelah melalui Paruman Dadya kami pun melaksanakan Upacara Meajar-ajar ketika status Gunung Agung sudah turun statusnya ke waspada,” imbuhnya.
Jro Mangku menambahkan bahwa upacara meajar-ajar merupakan upacara untuk mengiringi Dewa Hyang dalam perjalanan Tirta Yatra ke berbagai Pura di Bali. Setelah sebelumnya telah melaksanakan Upacara Ngaben dan Ngeroras, yang tujuannya untuk Nangkilang Bhatara Raja Dewata atau Dewa Hyang ke berbagai Pura di Bali sebagai tempat berstananya Para Dewa atau Hyang Widhi agar mendapat restu sebagai atma yang telah disucikan.
Sekitar satu setengah jam perjalan rombongan tiba di Pura Goa Lawah. Sejam kemudian, rombongan berangkat menuju Pura Besakih di Karangsem. Pura yang dituju adalah Pura Dalem Puri, Pura Pedarman Ratu Pasek dan Pura Penataran Agung Besakih.
Saat menuju Pura Pedarman Ratu Pasek rombongan diguyur hujan cukup deras, tetapi karena kebulatan tekad nangkilang Dewa Hyang hujan tidak membuat rombongan menghentikan niat untuk bersembahyang.
Tepat pukul 3 sore rombongan tiba di Pura Catur Lawa Parihyangan Catur Sanak Linggih Ida Batara Mpu Gana di Punduk Dawa. Setelah dua jam kemudian rombongan menuju Pura Silayukti.
Sebelum menuju Pura Andakasa rombongan istirahat makan. Usai makan rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Andakasa, medan yang dilalui cukup menantang karena terdapat banyak tanjakan dan berkelak-kelok. Sampai-sampai salah satu mobil rombongan ada yang mogok tetapi masih bisa diatasi.
Akhirnya sekitar pukul 7 petang rombongan tiba di Pura Andakasa. Setelah Persembahyangan selesai dilaksanakan, rencana rombongan menuju Pura Lempuyang Madya. Namun, karena sudah malam akhirnya rombongan kembali ke rumah masing- masing. Sembahyang di Pura Lempuyang Madya pun dilaksanakan besok hari sekitar pukul 8 pagi.