Ditinjau dari kacamata arkeologi, gaya arsitektur yang melekat pada Puri Agung Karangasem tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur budaya yang menyusunya.
Indonesia adalah negara kepulauan yang menyimpan begitu banyak keberagaman, baik berupa keragaman alam maupun keragaman kebudayaan yang telah mendarah daging di setiap wilayahnya. Tidak dapat kita pungkiri, bahwa masuknya pengaruh dunia luar ke Indonesia turut andil dalam membentuk keragaman budaya tersebut.
Sebut saja pengaruh Hindu-Budha yang dibawa oleh orang-orang India kala itu, menjadi salah satu titik penting bagi perkembangan kebudayaan di negara kita. Bagaimana tidak, masuknya kebudayaan India membawa banyak sekali perubahan di setiap tatanan kehidupan masyarakat, pengaruh tersebut membawa Indonesia pada suatu periode yang dinamakan periode sejarah.
Hal ini dibuktikan dari temuan tulisan Pallawa yang berbahasa Sansekertha yang dipahatkan pada Prasasti Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti ini sekaligus membuktikan bahwa adanya pergeseran sistem kepemimpinan dari yang awalnya berbentuk primus inter pares menjadi sistem yang kita kenal sebagai sistem kerajaan.
Kuatnya pengaruh India tidak berhenti begitu saja di Kalimantan Timur, namun dalam perkembangannya meluas ke berbagai pulau termasuk di pulau Bali. Jejak keberadaan sistem kerajaan di Bali telah ada sejak masa Bali Kuno, Prasasti Blanjong menjadi salah satu bukti tertulis yang menyebutkan nama raja yang pernah memimpin Bali kala itu.
Kuatnya pengaruh akan sistem ini masih bisa kita tilik keberadaannya hingga kini di pulau dewata. Jika berbicara perihal kerajaan di Bali maka tidak akan asing mendengar istilah puri, kata puri sendiri berasal dari akar kata pur yang memiliki arti kota berbenteng atau tempat yang dikelilingi oleh tembok tinggi. Kompleks puri ini tidak semata-mata hanya sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan, namun lebih dari itu puri merupakan titik sentral bagi suatu wilayah sehingga tidak heran keberadaan puri sering dikaitkan sebagai bagian penting dari suatu peradaban.
Sebagai salah satu produk kebudayaan puri memiliki nilai-nilai yang menarik untuk digali. Nilai yang terkandung dalam kompleks puri dapat berupa sistem kepemimpinan, pola keruangan, dan gaya arsitektur yang menjadikan ciri pembeda antara puri satu dengan yang lainya.
Puri Agung Karangasem
Momentum yang tepat membawa saya untuk berkunjung ke salah satu puri yang masih berdiri kokoh di ujung timur pulau Bali. Puri Agung Karangasem begitu masyarakat mengenalnya, kompleks puri ini terletak di jantung Kota Amlapura, tepatnya di Jl. Sultan Agung, Karangasem, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Memasuki kompleks puri pada saat itu saya dan rombongan disambut hangat oleh penglingsir yang sekaligus mengelola kompleks Puri Agung Karangasem. Beliau banyak menjelaskan mengenai sejarah pendirian puri hingga silsilah raja yang pernah memimpin kerajaan tersebut. Beliau juga menyebutkan bahwa Puri Agung Karangasem memiliki keunikan tersendiri yang tidak dapat ditemukan pada puri-puri lain di Bali, keunikan pertama terletak pada tatanan pemerintahan di Puri Agung Karangasem yang mengenal konsep tri tunggal, konsep ini menjadikan tahta kerajaan dipimpin oleh tiga raja sekaligus yang menaungi dan memiliki tugas pada bidang konsentrasinya masing-masing.
Sebagai tempat tinggal raja sekaligus pusat pemerintahan kompleks puri pastinya tidak dibangun secara sembarangan. Hal yang sangat diperhatikan dalam pembangunan sebuah puri adalah pola keruangannya. Umumnya puri di Bali membagi lahanya menjadi sembilan zona yang dikenal dengan konsep sanga mandala.
Namun berbeda pada Puri Agung Karangasem pembagian pola keruangannya dibagi menjadi tiga segmen lahan, yang secara filosofis erat kaitnya dengan konsep tri hita karana yakni palemahan, pawongan, dan parahyangan tutur penglingsir puri pada 30 Juni 2021 lalu.
Ditinjau dari kacamata arkeologi, gaya arsitektur yang melekat pada Puri Agung Karangasem tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur budaya yang menyusunya. Akulturasi tiga budaya tersebut menjadi satu dalam sebuah maha karya arsitektur yang kini dapat kita nikmati keindahanya. “Bale Maskerdam” menjadi salah satu bangunan yang mewakili tiga unsur kebudayaan tersebut.
Nama Maskerdam sendiri terinspirasi dari nama ibu kota Belanda yakni Amsterdam, dari segi penamaan saja pengaruh eropa sangat kuat pada bangunan ini. Unsur budaya lainnya meliputi corak ukiran Cina yang terdapat pada bagian pintu bangunan Maskerdam, melalui keterangan pengelola puri bahwasanya memang ukiran tersebut dibuat dan dipahatkan langsung oleh seorang yang berasal dari Cina.
Selain pada ukiran pintu, pengaruh budaya Cina juga dapat kita lihat pada pemilihan corak warna yang mendominasi ukiran tersebut yakni warna hijau, merah, dan emas. Akulturasi yang terjadi pada kompleks Puri Agung Karangasem terjadi akibat kuatnya diplomasi antara pihak puri dengan pihak Belanda dan Cina yang secara langsung mempengaruhi gaya arsitektur dari bangunan-bangunan yang terdapat pada kompleks Puri Agung Karangasem.