• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Bertemu Pejuang Bali Keturunan Israel

Anton Muhajir by Anton Muhajir
7 October 2009
in Kabar Baru, Travel
0 0
0

Ashram Landih

Teks Anton Muhajir, Foto Luh De Suriyani

Makan siang Selasa (06/10) kemarin benar-benar sempurna. Menunya nasi putih dengan lauk ikan mujahir goreng dan kuah basa genep berisi daging ayam kampung. Sayurnya plecing kacang panjang. Ikan mujahir gorengnya yang gurih dan kriuk-kriuk benar-benar dahsyat. Saya sampai makan tiga potong ikan mujahir berwarna kecoklatan karena digoreng kering ini.

Namun bagian paling enak dari menu kemarin adalah suasana dan lokasinya. Suhu dingin, berkisar belasan derajat, dengan kabut tipis membuat makanan yang tersaji hangat itu terasa sangat nikmat. Lalu kami menikmati menu itu di tepi tebing. Ada ngarai di bawah kami dan tebing lain di seberang ngarai tersebut. Pohon dan perdu menghijau di sekeliling.

Agak jauh di sisi barat laut, kami melihat deretan pegunungan Batur yang membentuk grafik naik turun. Di sisi timur, kami bisa melihat puncak Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali.

Kami berada di Ashram Landih. Lokasinya di Desa Landih Kecamatan Kintamani, berjarak sekitar 15 km di utara kota Bangli.

Dari Denpasar kami perlu waktu sekitar 1,5 jam ke arah Kintamani melewati kota Bangli. Setelah jalan raya Bangli – Kintamani, belok ke kanan ketika ada papan nama Pasar Bulan Palapa di kiri jalan. Setelah itu kami melewati jalan naik turun sampai ketemu pasar. Dari pasar ini ada papan petunjuk ke arah ashram di kiri jalan pertigaan kecil.

Ashram, sebenarnya, adalah tempat orang untuk belajar tentang agama. Tapi di beberapa tempat di Bali, ashram juga bisa jadi tempat liburan. Begitu pula dengan Ashram Landih. Di ashram ini terdapat beberapa kamar ataupun vila yang disewakan untuk umum. Tak hanya untuk keperluan spiritual seperti yoga tapi juga untuk bekerja dan liburan.

Sekitar sebulan lalu, saya sudah ke tempat ini bareng beberapa teman blogger seperti Saylow dan Gus Tulank. Jalan-jalan akhir pekan itu asik banget. Selain karena tempatnya juga karena dikasih gratis sama yang punya berkat rayuan maut Saylow. ? Sayangnya kurang maksimal karena waktunya agak singkat: kami datang sekitar pukul 7.30 malam dan balik pukul 11an. Juga karena saya pas lagi puasa jadi hanya bisa ikut menikmati makan malam.

Nah, untuk kunjungan sambil bekerja kali ini lebih leluasa. Saya datang bersama teman-teman dari kantor tempat kerja part time, VECO Indonesia. Agendanya pertemuan enam bulanan kantor sambil outbond. Waktunya dua hari satu malam.

Selain waktu yang lebih lama, pelayanannya juga lebih sempurna. Maklumlah, kali ini kami bayar untuk menikmati layanan tersebut.

Ashram Landih ini milik pengusaha Hartawijaya dan Laksmini. Keduanya memiliki lahan seluas total 15 hektar di kawasan ini. Ashram sendiri menempati “hanya” tiga hektar dari total 15 hektar area mereka.

Di ashram ini terdapat beberapa bangunan seperti vila. Tiap vila atau cottages ini punya nama sendiri-sendiri seperti Bale Landep dan Bale Tumpang. Bale dengan 2-3 kamar ini disewakan sekitar Rp 1 juta per malam. Selain itu ada pula kamar-kamar berderet di satu bale yang disewakan Rp 250 ribu per kamar per malam. Kalau makan, selain sarapan, masih tambah Rp 25 ribu per orang.

Total ada 18 kamar di Ashram Landih dengan dua bungalow dan satu vila. Selain itu ada pula beberapa bale lain yang bisa dipakai untuk meditasi atau pertemuan. Pada agenda kantor kali ini misalnya kami menggunakan salah satu bale sebagai ruang pertemuan. Suasananya asik karena rapat tentang kantor tapi sambil menikmati cuaca dingin dan kabut putih berarak di sekitar bale ini.

Banyak areal luas di ashram yang bisa dipakai untuk outbond pula. Pada akhir agenda kantor misalnya kami mengadakan permainan untuk melatih kerja sama tim. Kegiatan ini dilakukan di lapangan rumput ashram sampe puas.

Di dua tempat ada pula ayunan yang bisa dipake mainan anak-anak atau mereka yang sekadar ingin mengenang masa kecil kurang bahagia. :p

Selain itu ada satu rumah pohon berukuran sekitar 3×3 meter persegi yang menempel di pohon setinggi sekitar 2 meter. Bangunan ini berada di sisi timur ashram. Ada pula tempat untuk membuat api unggun, lengkap dengan kursi dari potongan kayu mengelilingi titik untuk membakar kayu. Kami menggunakannya sambil menghangatkan badan malam-malam.

Salah satu bagian paling menarik dari ashram ini adalah bale di bagian utara ashram. Selain menyediakan alat-alat musik seperti rindik dan gamelan, bale ini juga dihiasi foto-foto tua para pejuang Bali pada masa Revolusi tahun 1940an. Ada foto I Gusti Ngurah Rai, pejuang Bali yang sudah diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Ada pula para pejuang ketika bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Negara.

Bagian paling menarik bagi saya adalah foto-foto pejuang pada masa Revolusi Kemerdekaan itu saat para perjuang berada di medan perjuangan. Ketika pertama kali melihat foto pejuang yang lagi nenteng senapan itu, saya sempat mikir, “Kok ya mereka ini sempat-sempatnya berfoto ria di tengah zaman perjuangan. Ternyata para pejuang zaman itu sudah narsis juga.” Hehe..

Di antara para pejuang itu, ada satu wajah yang agak berbeda. Tubuh jangkungnya terlihat menonjol di antara pejuang lainnya. Wajahnya juga terlihat agak indo dengan kulit lebih terang dibanding lainnya.

Menurut Hartawijaya, pemilik ashram ini, pejuang tersebut memang indo. Bapaknya orang Israel, ibunya orang Bali. Orang Israel tersebut salah satu pedagang kopi di Singaraja yang menikah dengan perempuan Bali sebelum kemudian kembali ke negaranya. Anaknya malah jadi salah satu pejuang.

Jadi kalau jalan-jalan ke sini, kita tak hanya bisa menikmati suasana dan makanan yang mak nyus. Kita juga bisa tahu tentang sejarah perjuangan di Bali. Ternyata keturunan Israel pun turut serta dalam perjuangan memerdekakan Indonesia. Ini penggalan sejarah perjuangan di Bali, atau bahkan Indonesia yang sepertinya belum banyak ditulis. [b]

Tags: BangliKulinerPariwisataTravelTraveling
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Emas Hitam Kintamani: Anak Muda dan Masa Depan Pertanian

Emas Hitam Kintamani: Anak Muda dan Masa Depan Pertanian

10 June 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Menilik Hotel Ramah Lingkungan Mana Earthly Paradise

Menilik Hotel Ramah Lingkungan Mana Earthly Paradise

1 July 2021
3M, Terobosan Perangi Sampah Plastik Mengani

3M, Terobosan Perangi Sampah Plastik Mengani

9 April 2021
Petani Muda Mengani tetap Bergairah di Tengah Pandemi

Petani Muda Mengani tetap Bergairah di Tengah Pandemi

7 April 2021
Beginilah Uniknya Nyepi di Desa Kedisan

Beginilah Uniknya Nyepi di Desa Kedisan

16 March 2021
Next Post
Berperang dengan Tipat Bantal di Kapal

Berperang dengan Tipat Bantal di Kapal

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia