Oleh I Nyoman Winata
“Banyak dari kita yang bersikap Bagai katak dalam sumur,” demikian kata Bapak Ismangoen Notosapoetro (Mbah Mangun) dalam acara dialog interaktif Ngobrol Bareng Mbah Mangun yang saya pandu. Ungkapan ini menjawab pertanyaan atas realitas pandangan sekelompok orang di negeri ini yang dengan mudah menyebut orang lain yang tidak satu kepercayaan dengan dirinya sebagai pendosa.
Lalu pikiran pun melayang ditengah pergulatan soal RUU Pornografi, apakah mungkin mereka yang ngotot untuk mengesahkannya juga bersikap bagai katak didalam sumur?
Menurut Mbah Mangun, Katak yang berada di dalam sumur ketika mendongak keatas di malam hari hanya akan melihat sedikit bintang. Bintang-bintang yang dia lihat itulah yang dianggap sebagai bintang yang ada di alam semesta. Padahal di alam semesta ada berjuta bintang. Ketika ada yang menyebut bahwa ada banyak bintang lain, sang katak lalu dengan lantang berkata ” kamu pendosa, kamu akan menerima siksa di akhirat”.
Mbah Mangun lalu mengajak saya dan pemirsa televisi yang menyaksikan siaran kami, melihat sejarah bangsa-bangsa lain di dunia ini. Negara di Eropa di Zaman lalu pernah terlalu serius mengurus kepercayaan agamanya. Mereka seperti katak di dalam sumur. Faktanya bukan kesejahteraan yang mereka raih melainkan perang beratus-ratus tahun yang menelan korban berjuta-juta manusia.
Kesadaran pun lalu muncul, bahwa serius beragama hanya memunculkan petaka tak berujung. Agama tidak lagi dianggap segala-galanya. Kerja keras, disiplin, menjunjung kehormatan dan mementingkan jalan kemanusiaan membuat kehidupan bangsa-bangsa itu kini lebih baik ketimbang negara Indonesia.
Ada sebagian dari anak bangsa Indonesia menganggap bahwa bangsa-bangsa yang kini hidupnya lebih makmur ini sebagai pendosa yang tidak akan diterima di akhirat karena kepercayaannya berbeda. Mbah mangun lalu bertanya “tidakkah bangsa-bangsa itulah yang justru mendapat kehidupan lebih baik baik di dunia maupun di akhirat?”.
Kalau kehidupan surga di dunia mungkin sudah terbukti karena hidup mereka lebih sejahtera. Kalau di akhirat, siapa yang berani memastikan? Yang jelas, lanjut Mbah Mangun mereka melalui pemerintahan di negaranya sering memberi bantuan kepada negara seperti Indonesia. Apakah Amal mereka ini tidak akan menuntun mereka mendapat sorga di akhirat?
Lalu bangsa Indonesia yang mengaku religius, tetapi begitu ganas melakukan korupsi, begitu banyak yang mencuri karena saking miskinnya, akankah kita masuk surga? Kalau neraka dunia, mungkin ada banyak anak negeri ini yang merasakannya karena terbukti mereka miskin bahkan harus meregang nyawa karena mengantri mengharap sumbangan.
“Saya tidak mengerti dengan banyak hal yang terjadi di negeri Indonesia ini. Semakin saya memikirkannya, semakin saya merasa bodoh,” kata Mbah Mangun. Bagaimana mungkin negeri yang religius dan para pejabatnya bergelar keagamaan banyak yang melakukan korupsi dan bersikap tidak jujur? Bagaimana mungkin bangsa yang mengaku beradab tetapi bersikap sangat tidak tertib sampai-sampai membuat saudara-saudara mereka terbunuh? Apakah semua ini karena banyak dari anak bangsa yang mirip seperti ungkapan “seperti katak di dalam sumur” ? [b]
Miris…..