• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, July 11, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Nyenggol, Tradisi Ramadhan Anak Pegayaman

Anton Muhajir by Anton Muhajir
20 September 2008
in Budaya, Travel
0 0
9

Oleh Anton Muhajir

Selesai berbuka puasa dan sholat Maghrib, Nyoman Alvin Gautama, 7 tahun, segera bergegas ke jalan kecil di dekat rumahnya. Bersama kakaknya, Made Eva Nadya, 12 tahun, Alvin membawa barang dagangannya.

Sampai di perempatan jalan, batas antara Banjar Dauh Margi dan Banjar Dangin Margi, murid kelas II SD itu membuka dagangannya yang berupa permainan lotre. Pembeli akan mendapat gulungan kertas kecil seharga Rp 100 bertuliskan angka tertentu.

Kalau pembeli beruntung, dia bisa mendapat uang Rp 1000 atau kue wafer. Kalau sial, pembeli itu hanya dapat tulisan, Kasian Deh Lu.. Peminat belanja berhadiah ini banyak. Tak sampai 30 menit, barang dagangan itu ludes. Habis.

“Tiap hari rata-rata dapat uang Rp 10.000,” kata Alvin. Dia sendiri tidak menghitung berapa modal untuk jualan malam itu. “Saya hanya memberi Rp 50.000 untuk dipakai selama satu bulan,” tambah Nengah Panji Islam, bapak Alvin.

“Niatnya bukan untuk cari untung. Yang penting bisa nyenggol saja sudah senang,” kata Alvin. Nyenggol adalah tradisi tiap malam selama bulan Ramadhan di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Desa Pegayaman yang berjarak sekitar 80 km utara Denpasar itu memang termasuk salah satu desa unik di Bali. Meski Bali sangat identik dengan Hindu, dari sekitar 5000 warga, hampir seluruh warga di Desa Pegayaman adalah muslim.

Seperti umumnya orang Bali, warga di desa ini masih menggunakan nama seperti Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut. Nama Bali itu dikombinasikan dengan nama Islam, yang sebagian besar bahasa Arab. Jadilah ada Made Saiful Kohir, Ketut Asghar Ali, dan lain-lain.

Seperti umat Islam lainnya Ramadhan adalah bulan istimewa bagi warga Pegayaman. Bedanya, selain mengisi bulan puasa ini dengan ibadah yang bersifat vertikal, mereka juga melakukan tradisi yang memperlihatkan akulturasi Hindu dan Islam. Salah satunya adalah Ngejot yang dilakukan menjelang waktu berbuka puasa.

“Ramadhan sekaligus membalik hari-hari kami. Ada pembagian waktu untuk semua usia warga,” tambah Nengah Panji Islam. Menurut Nengah, selama bulan Ramadhan ini umat Islam di Pegayaman lebih banyak beraktivitas di malam hari.

Ketika malam baru mulai, anak-anak mengisinya dengan tradisi Nyenggol di mana semua penjual dan pembelinya adalah mereka sendiri. Saat sholat Tarawih, ibu-ibu yang punya bagian. Ibu-ibu ini sholat Tarawih hingga sekitar pukul 10 malam. Setelah itu, dari pukul 10 mulai bapak-bapak yang sholat di masjid.

Usai sholat Tarawih dilanjut dengan membaca Alquran (tadarusan) sampai sekitar pukul 2 pagi. “Tiap malam kami menyelesaikan tiga juz (semacam bab), sehingga tiap sepuluh hari kami melaksanakan khatam (perayaan selesainya membaca Alquran yang terdiri dari 30 juz),” kata Nengah.

Menjelang sahur, dari pukul 2 sampai pukul 5 pagi, giliran remaja yang berperan dengan cara membangunkan orang-orang untuk sahur. “Biasanya sambil memukul bedug keliling desa agar orang-orang bangun,” tambahnya.

Maka, usai berdagang, Alvin ganti jadi pembeli. Dia berjalan-jalan ke penjual lain, yang hampir semua seumuran. Malam itu, perempatan batas dua banjar itu riuh oleh puluhan anak-anak yang sibuk Nyenggol, seperti halnya Alvin dan kakaknya.

Nyenggol ibarat pasar malam. Tapi ini dilakukan oleh anak-anak saja. Rata-rata masih SD dan SMP. Anak-anak itu menggelar dagangan di pinggir jalan begitu usai berbuka puasa, sekitar pukul 18.30 malam. Jualannya macam-macam. Nengah Maghfiroh, salah satu penjual, menjual aneka rupa makanan dan buah. Ada buah jeruk, salak, dan mangga. Ada pula sate dan tahu.

Karena untuk anak-anak, harga dagangan itu termasuk murah. Mangga, misalnya, hanya dijual Rp 300 per buah sedangkan sate hanya Rp 200 per tusuk. “Kalau di sini uang seratus masih laku. Kalau di kota, lima ratus saja tidak ada yang mau,” kata Maghfiroh.

Pasar Nyenggol akan bubar ketika terdengar suara adzan Isya’. Satu per satu penjual dan pembeli akan bubar lalu menuju masjid untuk tarawih.

Nengah Panji Islam, 42 tahun, sekretaris desa Pegayaman mengatakan bahwa Nyenggol adalah tradisi di Pegayaman yang dilakukan setiap Ramadhan. Tidak jelas kapan tradisi ini dimulai. “Dari saya kecil sudah ada tradisi itu,” katanya. Menurut bapak dua anak ini, Nyenggol selalu menjadi waktu yang paling dinanti anak-anak. “Waktu saya kecil, paling senang ya kalau sudah Ramadhan karena ada Nyenggol,” kata Nengah. Saat itu, katanya, barang yang dijual sebagian besar berupa hasil bumi seperti buah-buahan. Namun, saat ini barang dagangan saat Nyenggol makin disesuaikan dengan selera anak-anak. Salah satunya sampai ada yang jualan lotre.

Selain Nyenggol, warga muslim di Pegayaman juga unya tradisi unik lainnya tiap bulan Ramadhan. Sesama keluarga, tetangga, atau teman akan saling berkirim hadiah berupa makanan. Tradisi ini disebut Ngejot, sama halnya dengan umat Hindu ketika melakukan upacara di mana mereka saling berbagi sisa upacara pada orang lain.

Menurut Ketut Asghar Ali, Perbekel Desa Pegayaman, Ngejot menunjukkan bahwa umat Islam di Pegayaman pun melakukan tradisi yang sama dengan umat Hindu lain di Bali. “Selama tradisi itu tidak melanggar batas keyakinan beragama, itu kan sah-sah saja untuk dilakukan. Apalagi kalau berbagi dengan orang lain,” kata Ketut. [b]

Tags: AgamaIslamToleransi
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Pelaksanaan kremasi di Krematorium Santha Yana Jl Cekomaria, Denpasar. Pelaksanaan kremasi dianggap lebih murah dan praktis dibandingkan ngaben. Foto Anton Muhajir.

Dukung Krematorium Berarti Pendukung Hare Krisna?

3 April 2021
Umat Hindu Madura di Bongso Wetan menggunakan tradisi Jawa dalam ritualnya. Foto Fully Syafi.

Menariknya Akulturasi Hindu Madura di Tanah Jawa

26 March 2021
Beginilah Uniknya Nyepi di Desa Kedisan

Beginilah Uniknya Nyepi di Desa Kedisan

16 March 2021
Ada Apa dengan Wiku Muda?

Ada Apa dengan Wiku Muda?

15 March 2021
Ketika Agama justru Menyekat Kemanusiaan Kita

Ketika Agama justru Menyekat Kemanusiaan Kita

1 June 2020
Puasa, Covid-19 dan PHBS

Puasa, Covid-19 dan PHBS

26 May 2020
Next Post

Akulturasi Bali, Hindu dan Islam di Pegayaman

Comments 9

  1. wayan hasan basri says:
    16 years ago

    saya adalah anak yg lahir di desa pegayaman saya bangga dengan desa saya ini dan saya cinta ma tanah kelahiran saya;hasan basri

    Reply
  2. imam mahdi says:
    13 years ago

    saya juga adalah seorang pemuda pegayaman,lahir di desa pegayaman, dan saya bangga menjadi WARGA pegayaman,inilah sebuah desa yg merupakan cerminan akulturasi budaya yg luarbiasa,kita harus bangga dengan semua itu,tapi tentu tidak cukup jika hanya dengan berbangga hati saja,mari kita jaga dan lestarikan semua warisan tradisi,budaya,adat istiadat yg telah di turunkan oleh para pengelingsir desa pegayaman dari rongrongan pihak pihak yg tidak bertanggung jawab..amin

    NENGAH IMAM MAHDI

    Reply
  3. wayan siti wardatul jannah hasyim says:
    13 years ago

    ya ampunnnnnnnnn….kangen marumah jadinya….hehehe….pegayamaan…….luph you ……

    Reply
  4. ketut kholifah says:
    13 years ago

    q jg bnggga ma desa q,mga budayanya ttp di lestarikan……………..

    Reply
  5. made eva nadya says:
    13 years ago

    hahaha 😀
    ceritanya lucu .. jadi inget masa” dulu 😀

    MADE EVA NADYA

    Reply
  6. luhde says:
    13 years ago

    hihihi aku malah ketawa baca2 komen di atas. apa kabar semuaaaa?

    apalagi dari made eva yg ternyata jadi salah satu tokoh berita di atas. itu artikel 4 tahun lalu berarti dia sudah 16an tahun sekarang.

    dan 4 tahun juga terakhir kali ke pegayaman dan menikmati menu buka puasa enak sambel terong dari pak panji islam. semoga masih asik seperti duluu.

    Reply
    • made eva nadya says:
      12 years ago

      hahaha . hai mbok apa kabar ?
      iya mbok sekarang eva udah gede udah 16 tahun bentar lagi mau sweet seventeen 🙂

      ayo mbok puasa di pegayaman lagi 🙂
      trus nyenggol bareng 😀

      Reply
  7. wayan m nur hadi gagah says:
    13 years ago

    iseng jak peagayaman,,, llllooooovvvvvveeeeee uuuuu PEGAYAMAN,,,,

    Reply
  8. saiful anwar says:
    13 years ago

    harus tetap bertahan donk kebudayaan ini sampai anak cucu kita,,,,,,,,,,,
    de bange budaya ae baru merajai masa depan adik”e ditu,,,,,,,majuuuu.
    saiful anwar, banjar belong

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

10 July 2025
Diskusi dan Konser Hari HAM “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”

Konser Bukan Cuma Menyanyi dan Bergembira, namun Juga Masalah Kenyamanan dan Keamanan

9 July 2025
Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

9 July 2025
TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

8 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia