Mengintip di balik layar film tentang cinta yang tak terungkap.
KEANA Production & Communication bekerja sama dengan Bentara Budaya Bali akan menggelar diskusi film bertajuk Alih Kreasi Rectoverso. Diskusi akan dilaksanakan pada Sabtu (23/2) pukul 13.00 wita di Jl. Prof. IB Mantra No 88 A Ketewel, Gianyar. Sebelumnya, KEANA Production & Communication juga menyelenggarakan roadshow film omnibus RECTOVERSO di beberapa kota di Indonesia.
Diskusi film kali ini menghadirkan Marcella Zalianty, Happy Salma, dan Rachel Maryam serta tim produksi Film Rectoverso sebagai pembicara. Rectoverso merupakan karya audio-visual yang diangkat dari lima cerita pendek karya Dee (Dewi Lestari). Cerpen dan bintang film tersebut antara lain Malaikat Juga Tahu (Marcella Zalianty), Firasat (Rachel Maryam), Cicak di Dinding (Cathy Sharon), Hanya Isyarat (Happy Salma), dan Curhat Buat Sahabat (Olga Lidya).
Selain memperbincangkan perihal upaya alih kreasi dari cerita pendek menjadi film omnibus, akan diputar pula behind the scene Film Omnibus Rectoverso yang menggambarkan proses kreatif para sutradara saat bekerja di balik layar.
“Tantangan terberat pada pembuatan film omnibus ini ada pada proses editing untuk menjadikannya sebagai satu kesatuan film. Memang ada lima cerita, tetapi benang merahnya adalah cinta yang universal, cinta yang tak terucap,” ungkap Marcella Zalianty.
Sementara itu, lagu-lagu karya Dee juga dibuat ulang dan soundtrack film ini diisi oleh penyanyi-penyanyi kenamaan, seperti Glenn Fredly (Malaikat Juga Tahu), Dira Sugandi (Cicak Di Dinding), Drew (Hanya Isyarat), Acha Septriasa & Tohpati (Curhat Buat Sahabat), dan Raisa (Firasat).
“Diskusi film ini, selain memberikan kesempatan bertemu langsung dengan sutradara-sutradara dan tim kreatif Film Rectoverso, merupakan sebuah upaya dialog kepada publik agar dapat mengetahui dan mengapreasiasi produksi kreatif sebuah film,” ujar Juwitta K. Lasut, penata acara di Bentara Budaya Bali.
TENTANG SUTRADARA
Marcella Zalianty (produser dan sutradara Rectoverso) membintangi film pertamanya, Bintang Jatuh (2000), disutradarai oleh Rudi Soedjarwo. Ia menerima penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2005 untuk film Brownies (2005). Marcella pun mencoba memproduksi fimnya sendiri bertajuk Batas (2011).
Happy Salma, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Indonesian Movie Awards 2011 untuk perannya dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010). Terjun ke dunia sastra, melahirkan kumpulan buku puisi dan cerita pendek. Setelah dikenal sebagai aktris, model, dan penulis, Happy Salma kali ini mencoba kepiawaiannya sebagai sutradara.
Rachel Maryam mengawali karirnya melalui sinetron Lupus Milenia dan Strawberry. Film layar lebar pertamanya adalah Eliana, Eliana (2001), sebagai pemeran utama. Rachel terlibat dalam banyak film layar lebar seperti Arisan (2003), Janji Joni (2005), dan Vina Bilang Cinta (2005). Melalui film Arisan (2003), berhasil menerima Piala Citra untuk kategori Aktris Pendukung Terbaik.
Olga Lidya dikenal sebagai presenter, model, dan sekaligus penggiat masalah sosial. Olga melihat film sebagai sebuah ruang komunikasi yang mampu menyatukan antara dunia gagasan dan ruang realitas. Namanya mulai dikenal di dunia peran melalui sinetron Lo Fen Koei dan sebuah film horror 12 AM. [b]
Teks dan foto Bentara Budaya Bali.