Di balik keindahannya, Pantai Mertasari juga menghadapi masalah ekologis.
Bagi Anda yang hobi jalan-jalan di Sanur, Pantai Mertasari mungkin nama yang sudah familiar. Pantai di ujung Kecamatan Sanur Kauh ini cukup populer di kalangan warga lokal maupun turis asing karena keindahan pantai dan hutan mangrovenya.
Namun, Pantai Mertasari ini juga menghadapi masalah sampah plastik. Maka, tak heran jika wilayah ini kerap kali menjadi sasaran aksi bersih-bersih pantai atau beach clean-up.
Kini, tahukah kalian, ada pemandangan baru di pesisir Pantai Mertasari? Apakah itu?
Menjaga Laut
Pada Sabtu, 20 Juli 2019 lalu, 160 orang bergerak bersama melakukan aksi bersih-bersih Pantai Mertasari. Mereka dikoordinir oleh tim dari Tauzia Hotel Management dengan didukung oleh Coral Triangle Center (CTC) dan Trash Hero. Hasilnya, para peserta dari SD Negeri 11 Sanur, tim Tauzia Hotels, Trash Hero dan CTC berhasil mencegah 408 kilogram sampah yang mencemari lautan.
Kegiatan ini juga bersamaan dengan diluncurkannya instalasi Hungry Fish. Ikan kelaparan ini merupakan salah satu prasarana guna mencegah sampah plastik masuk ke Perairan Mertasari.
Nigel Douwes, General Manager dari Hotel Maison Aurelia yang mewakili Tauzia Hotels, menjelasakan alasan aksi bersih-bersih pantai. Menurut Nigel, aksi dilakukan karena menyadari bahwa perhotelan merupakan salah satu industri yang turut memproduksi sampah cukup banyak di Bali. Nigel juga menyadari bahwa kegiatan bersih-bersih pantai ini hanya memberikan dampak dalam sekali waktu.
Karena itu pihaknya berharap dapat memberikan impact lebih yaitu dengan memasang Hungry Fish sebagai prasarana untuk tempat pembuangan sampah plastik. Harapannya Hungry Fish ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi sampah di pesisir dan di laut.
Sampah Plastik
Laut merupakan bentang alam terluas di muka bumi yang menjadi muara segala aktivitas, termasuk di daratan. Selain akibat aktivitas di daratan, sampah-sampah yang tersapu di pesisir pantai juga dapat berasal dari kiriman yang terempas ombak di lautan.
Mengutip penelitian Plastic waste inputs from land into the ocean oleh Jambeck, dkk, 2015, setiap tahun ada sekitar 8 juta metrik ton plastik yang terbuang ke lautan. Kondisi sedemikian menunjukkan adanya sekitar 1 truk sampah plastik yang terbuang ke laut tiap menitnya.
Hal ini juga disampaikan Leilani Gallardo dari Coral Triangle Center dalam sambutannya sebelum kegiatan bersih pantai. Leilani berharap aksi ini bisa menginspirasi para peserta terutama generasi muda untuk lebih peduli terhadap masalah-masalah yang mengancam ekosistem laut kita.
Selain itu, setelah kegiatan bersih-bersih pantai ini, CTC juga mengajak anak-anak untuk belajar menjaga ekosistem perairan agar tetap sehat melalui permainan edukatif, Aquatico.
“Permainannya seru, kita belajar tentang menjaga ekosistem. Salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan,” ujar siswa-siswa ini bersemangat.
Terinspirasi Segara Village
Hungry Fish yang sekarang ada di Pantai Mertasari ini bukanlah yang pertama kali di Bali. Nigel sebagai salah satu inisiator dari pengadaan Hungry Fish ini mengaku bahwa karya ini terinspirasi dari Segara Village. Sebelumnya, Segara Village sudah lebih dulu memasang Hungry Fish di kawasan Pantai Segara. Karena itu, Nigel ingin untuk memasang hal serupa di Pantai Mertasari .
“Kami berpikir bagaimana caranya agar kami dapat berkontribusi tidak hanya satu kali. Ketika kita adakan bersih-bersih pantai, memang terlihat pantai menjadi bersih. Namun, bisa saja keesokan harinya sampah sudah kembali lagi, sehingga kurang ada impact untuk ke depannya,” ujar Nigel.
Ia menambahkan bahwa sumber permasalahan dari sampah plastik ini salah satunya adalah kurangnya edukasi tentang sampah plastik. Dia berharap si Hungry Fish ini juga dapat sekaligus menjadi sarana edukasi bagi masyarakat tentang sampah plastik.
Bersama Masyarakat
Di balik keren-nya instalasi Hungry Fish yang kini menetap di Pantai Mertasari ini, ada usaha dan kerja sama dengan masyarakat Banjar Gulingan, Intaran. Hanya dalam waktu 2 minggu, karya seni yang terbuat dari anyaman rotan ini berhasil diselesaikan.
Bentuknya yang menyerupai ikan raksasa ternyata terinspirasi dari ekosistem laut. Nigel menuturkan bahwa ikan ini merupakan simbolis dari laut yang harus kita jaga sebagai ekosistem terbesar selain Hutan Amazon yang juga turut menghasilkan oksigen dan makanan untuk kehidupan kita.
“Bentuk dari tempat penampungan sampah plastik yang menyerupai ikan ini dapat memberikan kesan fun dan keren ditambah pula bentuknya bentuknya yang instagramable. Harapannya, Hungry Fish ini dapat menjadi sarana edukasi bagi anak-anak tentang sampah plastik,” tutup Nigel. [b]