Ibarat seorang gadis desa yang memikat para lelaki.
Begitulah kemolekan sebuah pulau di sebelah tenggara Bali yang menyimpan “kemegahan” potensi. Memang pulau ini terlihat tandus tatkala musim kemarau. Sepanjang mata memandang dari laut, warna kecoklatan yang mencolok mata.
Namun, jika kita menelisik ke dalam, kemegahan alamnya tak bisa diragukan. Lukisan semesta sedemikian rupa membentang dari ujung barat dan timur. Salah satunya adalah tempat yang sekarang menjadi incaran para Instragammer untuk berswafoto dengan atar belakang kalaborasi laut, bukit dan karang.
Tempat tersebut adalah Angel Billabong, Pasih Uug, Crystalbay, Atuh serta tempat lainnya yang masih menunggu untuk dilirik. Penorama alam bawah laut lebih dulu dikenal, ikan mola-mola ikonnya di samping terumbu karang yang siap diajak bercengkrama.
Warga ramah menyambut siap saja yang datang menikmati sebuah keagungan lukisan alam. Rasa penasaran akan sebuah pulau kecil berkecamuk dan penasaran bagi penikmatnya silih berganti datang.
Metamorfosis pulau yang cadas dan keras ini mengubah tatanan hidup warganya. Alam membentuk manusia yang berdiam melakukan perubahan sesuai dengan kondisi saat ini, di mana pariwisata sekarang menggeliat ditanah Dukuh Jumpungan.
Guratan alam adalah pasarnya. Tatanan hidup sedikit ada kemajuan dalam hal ekonomi walaupun yang belum bisa menangkap peluang kue pariwisata tetap saja masih setia dengan profesinya baik petani ladang, buruh dan lainnya.
Kesiapan mental menjadi masalah prinsip di tengah pergolakan pariwisata yang sedang hangat. Kepribadian masalah pokok dalam hal memberikan yang terbaik dan melayani sepenuh hati untuk mereka yang datang.
Begitu banyak yang datang tidak merta mereka dengan hati yang lembut. Dinamika inilah bumbu kita menyikapi sebuah perkembangan pariwisata.
Setiap perkembangan selau berdampingan dengan dampak yang ditimbulkan. Tinggal sejauh mana kita menyimaknya. Perubahan mungkin saat masih belum terjadi dalam hal kepribadian anak pulau. Larut boleh, tetap sesuai tatanan sosial anak pulau yang penuh senyum.
Dampak lainya mungkin lebih jelas terlihat tatanan bukit atau lokal menyebutnya bataran mulai merasakan kecewa. Bataran yang rapi membentuk barisan benteng berundak diratakan disambut sebuah hunian. Warisan tersebut tetap berdiri dengan gagah di tengah kepungan hutan rumah. Itupun kalau bisa dikalaborasikan.
Segi Tiga Emas
Ketiga pulau yakni Nusa Lembongan, Ceningan dan Nusa Penida secara administrarif masuk wilayah Kabupaten Klungkung. Satunya kabupaten di Bali yang mempunyai daerah kepulauan dan satu kecamatan mewilayahi tiga pulau.
Pintu masuk menuju Nusa Penida tersebar di beberap titik. Inilah sumber permasalahannya nanti. Lambat laun, pergolakan pasti timbul baik dari segi kriminalisasi, kerusakan alam serta lainnya.
Pemerintah Kabupaten Klungkung sendiri sudah menyadari hal itu. Perencanaan pelabuhan segi tiga emas sebuah jawaban. Sesuai progres dua titik berada di Nusa Penida: satu untuk Nusa Gede, satu di Lembongan dan Ceningan, serta satu titik Klungkung daratan berpusat di Pesinggahan.
Konektivitas Klungkung dan Bali akan melancarakan pemerataan pembangunan, memecah “telur emas Bali” sebutan lama yang dilontarkan oleh mantan Gubernur Bali Dewa Beratha. Sebutan tersebut sudah lama menggema, sekarang perlahan tapi pasti telus emas Bali pecah.
Membahas segi tiga sangat seksi baik ranah spiritual, mistologi kehidupan sosial masyarakat serta lainya. Seperti hal segi tiga emas yang bisa dibilang segara hadir. Begitu juga mitologi segi tiga yang sering menjadi panduan hidup manusia Bali yaitu Tri Hita Karana.
Keharmonisasi alam “palemahan” adalah tatanan alam yang sudah terbentuk sedemikian rupa. Jangan diusik. Tatkala perkembangan terjadi, maka alamlah yang menopang sendi kehidupan.
Kita diajarkan dibentuk hapalan saja tentang konsep itu, tetapi implementasi masih di bibir. Berseteru saling menyalahkan dan posisi paling benar atas konsep-konsep kehidupan. Dampaknya, kita sibuk berdebat kusir tanpa melerai.
Apa korelasinya segi tiga emas dengan konsep Tri Hita Karana?
Berhubungan sangat dekat sedekat semesta dan isinya. Pembangunan sebuah daerah bertujuan untuk kesejukan masyarakat. Keberpihakan kepada masyarakat adalah ujung tombak. Penting sekali masalah ini. [b]
Ini tempat indah permai dan sejuta orang yang datang bisa merubah segalanya.
Kalau tidak di jaga baik, tanpa sadar bisa jadi ‘just another Kuta’.
Orang kota datang meninggalkan kota dengan segala keributan dan deru campur debu.
Diam-diam pulau-pulau indah ini juga jadi ribut.
Mudah-mudahan tidak!
Kalau no limit is the limit, sukar dibayangkan bagaimana nanti!