Akhir-akhir ini ramai berita tentang MOS yang memakan korban jiwa.
Namun, kali ini saya tertarik membahas praktik serupa di universitas yang biasa disebut Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK). Di tingkat universitas inilah puncak pelecehan dan penghinaan.
Selama OSPEK di kampus bahkan pelanggaran hak asasi manusia. OSPEK yang sebenarnya berorientasi pada pengenalan kampus disalahgunakan oleh oknum-oknum mahasiswa pemuja “senioritas”.
Pengenalan kampus dengan didikan militer namun tanpa pengetahuan pendidikan militer pun dilakukan oleh oknum-oknum mahasiswa. Alasannya untuk membentuk mental mahasiswa baru agar lebih siap dengan kehidupan kampus nantinya. Entah bagaimana pihak kampus memberikan izin dengan kegiatan seperti itu.
Menurut saya OSPEK dengan didikan militer jelas sangat tidak etis untuk dilakukan di fakultas yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal berbau militer.
Saya yakin tidak semua mahasiswa baru memiliki kesiapan fisik untuk mendapat perlakuan seperti itu. Apalagi para oknum mahasiswa ini tidak mengerti bagaimana pendidikan militer itu sendiri.
Itulah sebabnya banyak generasi penerus bangsa yang mati konyol di tangan para senior bermental purba tadi. Bandingkan saja dengan pendidikan untuk masuk TNI atau POLRI apakah pernah terdengar ada yang tewas?
Saya sendiri belum pernah mendengar karena TNI tau POLRI mengerti betul pendidikan militer yang tegas.
Civitas akademika di seluruh Indonesia khususnya di Bali harus serius dan tegas menghentikan kegiatan OSPEK dengan cara seperti itu apapun alasanya! Karena tidak semua orang memiliki kekuatan fisik yang sama. Toh tidak akan ada gunanya dia di latih seperti militer tetapi dia masuk Fakultas Kedokteran.
Bentakan, penghinaan, dan menjatuhkan martabat orang lain dalam kegiatan OSPEK dengan alasan apapun tentu kita harus sepakat hal tersebut tidak dapat dibenarkan.
Sudah saatnya kita kembali ke jalur OSPEK yang sesungguhnya. OSPEK sebagai pengenalan kampus dan dijalankan secara menyenangkan. Dengan cara seperti itu saya yakin junior atau mahasiswa baru ini akan dengan sendirinya respect terhadap senior mereka. Tidak perlu dengan kekerasan atau bentakan untuk ingin di hormati kan?
Kita akan dihormati ketika kita tahu bagaimana cara kita menghormati seseorang.
OSPEK layaknya militer sudah bukan zamanya lagi sekarang. Sebab, sejarahnya OSPEK sudah ada pada saat Techniche Hooge School pada tahun 1920 yang sekarang menjadi ITB Bandung. Masihkah kita ingin mempertahankan cara berpikir purba dan terbelakang?
Jawabanya ada pada kita sebagai generasi muda. Jika tidak selamanya mental kita hanya soal “balas-dendam” apalagi sebagai mahasiswa yang pada hakikatnya sebagai agent of change. Jika pembodohan seperti ini terus dilakukan oleh sang agen perubahan itu sendiri, mau dibawa kemana mental adik-adik kita sebagai penerus bangsa?
Sebelum saya menutup tulisan ini saya ingin memuat kata-kata dari Soe Hok Gie seorang aktivis dari Universitas Indonesia. Dia berkata, “Masih terlalu banyak mahasiswa bermental sok kuasa, merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi”.
Itulah sepenggal kata dari seorang Soe Hok Gie yang seharusnya bisa kita jadi kan contoh pemikiran sebagai generasi muda dan melepaskan mental-mental purba yang masih ada di pikiran dan benak sebagian mahasiswa di Indonesia. [b]
benar-benar tidak ada dampaknya dan tentu saja membuat setiap angkatan ingin balas dendam
salam,
ALEXA PHOTO – jasa prewedding di negara/jembrana
setuju pak semoga ada perbaikan dari pemerintahan sekrang supaya generasi penerus menjadi lebih baik dr sebelumnya. salam
gibliknya kampus kampus kok masih menerapkan sistem ospek gini ya… bukanya mahasiswa akan tahu sendiri gimana lingkunganya kelak sembari belajar… kan zero logic ….tradisi purba kok masih di lakukan