“Ring dija ngeranjing, Gek?”
“Di SD 1 Singapadu Tengah.”
“Sampun tingkat kuda mangkin?”
“Sudah kelas enam.”
Begitulah jawaban yang diberikan salah satu teman saya, ketika menjawab pertanyaan tetangga kami pada satu ketika.
Teman saya itu menjawab, setelah saya terjemahkan terlebih dahulu pertanyaan penanya ke Bahasa Indonesia.
Bahasa Bali, bahasa ‘ibu’ kami, menjadi bahasa asing bagi rakyat Bali. Dari waktu ke waktu di Bali, sedikit sekali putra-putri Bali yang menggunakan Bahasa Bali. Terutama bahasa Bali halus. Banyak sekali pengaruh-pengaruh yang mengancam punahnya bahasa Bali.
Pertama, minimnya peminat. Hal ini biasanya terjadi akibat kurangnya perhatian dan rasa cinta akan budaya berbahasa Bali. Dampaknya sangat besar bagi keberlangsungan bahasa Bali.
Kedua, kurangnya rasa ketertarikan pada bahasa Bali. Sebenarnya banyak cara menarik yang bisa dipergunakan untuk belajar bahasa Bali. Contoh membaca cerita, membaca dialog percakapan bahasa bali. Cara ini jauh lebih mudah bagi anak-anak yang mempelajarinya. Karena sedikit demi sedikit dari kata-kata itu akan dipahami oleh si pembaca. Apalagi sambil dipraktikkan, akan jauh lebih baik lagi.
Ketiga, kurangnya pembelajaran. Maksudnya adalah minimnya waktu, media untuk belajar dan mengajar untuk membimbing anak-anak. Saat pembelajaran Bahasa Bali di sekolah sangat minim, mungkin hanya 45 hingga 60 menit setiap minggu. Dalam waktu sesingkat itu, kita hanya dapat belajar beberapa halaman.
Selain waktu, ketersediaan media belajar juga sangat terbatas. Seperti buku, DVD, yang berisi teks dibaca atau terjemahan. Pengajar bahasa Bali juga sangat terbatas. Sekarang kebanyakan orang menganggap bahasa Bali susah. Tetapi tidak sebenarnya. Di suatu daerah mungkin hanya ada satu sampai dua orang yang mau atau bisa menjadi guru bahasa Bali.
Keempat, minimnya praktik. Zaman sekarang sedikit sekali orang tua yang membiasakan anak-anaknya berbahasa bali. Biasanya hanya menggunakan bahasa Indonesia, tanpa diselingi bahasa Bali. Sehingga anak-anak dan orang dewasa banyak tidak bisa berbahasa bali. Banyak juga di sekolah-sekolah yang siswa siswinya jarang menggunakan bahasa Bali, antar teman maupun guru. Bahkan ada juga orang-orang yang malu menggunakan bahasa Bali.
Sebenarnya apa yang menyebabkan orang-orang malu akan bahasa Bali? Kembali lagi mungkin karena jarang praktik, mereka merasa malu, karena takut salah.
Maka, mulai sekarang mari kita gunakan bahasa bali di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Agar bahasa ‘ibu’ kita tidak punah di pulaunya sendiri. Kirang langkung, tiang nunas sinampura. [I Gusti Agung Bintang, Siswa Kelas VI SD N 1 Singapadu Tengah Br. Negari, Singapadu Tengah, Sukawati, Gianyar]
Catatan
Esai ini merupakan karya Agung Bintang yang diikutsertakan dalam Lomba Esai tingkat Kabupaten pada ajang Bali dan Kanaya Internasional Art Week 2014. Esai ini mendapat Juara I.