• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, July 8, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Wirama Totaka, Penjelajahan Spiritualitas Ayu Laksmi

Anton Muhajir by Anton Muhajir
11 July 2010
in Budaya, Kabar Baru, Sosok
0 0
2

Teks Wendra Wijaya, Foto Vita Sutopo

Banyak yang percaya, spiritualitas merupakan wilayah yang sungguh absurd.

Sebuah ruang tak bernama, di mana didalamnya terjadi hubungan dan pertalian yang erat antara keterbatasan manusia dengan kemahakuasaan Sang Pencipta. Melalui Wirama Totaka, Ayu Laksmi, penyanyi yang mengabdikan dirinya dengan menembangkan lagu-lagu dengan spirit pengagungan terhadap Tuhan, berusaha menjelajah ruang itu.

“Berbagai cara bisa dilakukan sebagai wujud bhakti dan persembahan kepada Tuhan. Kalau saya, lebih memilih musik kontemporer sebagai wahana kontemplasi dengan menyerap spirit yang menjadi kearifan lokal, budaya dan tradisi. Ya, ini tak lepas dari basic saya sebagai penyanyi,” tuturnya usai pentas bersama Balawan and Batuan Ethnic Fusion, Rabu malam lalu, di Gedung Ksirarnawa, Art Center.

Lirik Wirama Totaka yang diambil dari Kekawin Arjuna Wiwaha menyiratkan pentingnya menciptakan jeda dalam kehidupan dalam keheningan dan kekosongan, melalui yoga dan semadi. Dalam kekosongan itulah, seseorang baru mampu melihat segala hal dengan jernih. Disadari atau tidak, manusia hanya bisa saling menyalahkan, tapi Tuhan akan selalu membenarkan apa yang seharusnya benar. Begitulah sifat Tuhan yang tidak pernah bisa dibayangkan.

“Seperti yang tersirat dalam Wirama Totaka, saya pun meyakini jika Tuhan hanya akan terlihat dalam jiwa orang-orang yang melaksanakan yoga dan semadi. Tentu ini bukan hanya sebatas pengertian harafiah saja. Lebih dari itu, yang terpenting adalah mengosongkan diri. Ini serupa (bayangan) bulan yang terpantul dan tercermin dalam air jernih dalam tempayan,” ucapnya.

Lalu, sudahkah Ayu mencapai titik itu? “Belum, hahaaa….,” tambahnya disertai tawa ringan.

Diiringi Balawan and Batuan Ethnic Fusion, Wirama Totaka cukup berhasil menghadirkan energi yang tak biasa. Sinergi antara keduanya sangatlah jarang ditemukan, mengingat keduanya sama-sama menjadi ikon untuk musik kontemporer bernafaskan seni budaya. Namun demikian, ketika dipertemukan, mereka sama-sama memahami dan mendukung menciptakan harmoni. Dapatkah audience memahami makna dan nilai yang terkandung dalam Wirama Totaka mengingat liriknya masih menggunakan Bahasa Kawi?

Bagi Ayu, musik merupakan bahasa yang paling universal. Keinginan untuk menyampaikan sesuatu, bahkan sesuatu yang paling pribadi yang bersemayam dalam dasar hati pun bisa terwakili dengan susunan bunyi. Lalu, eksplorasi tubuh bisa digunakan mendukungnya. Kondisi ini tercermin pula dengan keberadaan penari Nyoman Sura yang semakin menyempurnakan penampilan malam itu, dengan berusaha menginterprestasikan Wirama Totaka.

“Musik dan bahasa tubuh mampu menyusup keheningan jiwa, menyapa setiap ruh yang mengada dalam diri kita. Tak hanya sekadar berkata-kata,” tegasnya, yang saat itu juga menyanyikan Tri Kaya Parisudha karyanya sendiri, salah satu lagu dalam Album Nyanyian Dharma.

Beberapa penonton yang ditemui mengaku tidak mengerti apa yang disampaikan Ayu Laksmi dalam lirik lagunya. Namun demikian, sebagian besar dari mereka berhasil menangkap dan memahami esensi lagu tersebut. Apalagi mengawali pementasannya, ia menggiring penonton untuk memejamkan mata, mendengarkan dan meresapi dalam hening, sembari berkisah tentang inti Wirama Totaka.

“Kalau ditanyakan artinya, jujur saya gak ngerti. Itu Bahasa Kawi, bahasa yang sangat sulit. Tapi dalam performance-nya, sedikit tidaknya saya paham jika lagu itu mengandung pesan-pesan kebajikan. Saya hanya bisa merasakannya, dan itu jauh lebih baik dari sekedar memahami arti liriknya saja. Tadi itu adalah pertunjukan yang luar biasa. Ayu Laksmi telah menjelajah wilayah spiritualitas,” demikian Anggreni, salah seorang penonton. [b]

Tags: Ayu LaksmiBaliBudayaDenpasarPKB 2010
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

4 June 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Over Development Bali di UWRF 2024

Over Development Bali di UWRF 2024

23 October 2024
Yang Lalu Jangan Biarkan Berlalu, Tuturkan di Indonesia Bertutur

Yang Lalu Jangan Biarkan Berlalu, Tuturkan di Indonesia Bertutur

13 August 2024
Kembalikan Sanur yang Dulu

Kembalikan Sanur yang Dulu

24 July 2024
Next Post

Bertani, Mendayung Rakit Mendaki Bukit

Comments 2

  1. raden says:
    15 years ago

    artikel yg bagus nih…!!!

    Reply
  2. rockbie says:
    3 years ago

    good article

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Pariwisata Bergeliat, Konflik Tanah pun Menguat

Tren Pariwisata di Kawasan Rawan Bencana

8 July 2025
Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

Pasar Badung’s Fancy Facade, Tukang Suun Plod, Protection is Flawed

8 July 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Bali Masa Depan: Hibriditas atau Eksklusivitas Etnis?

5 July 2025
Mahasiswa menjual Siobak, kuliner khas Buleleng, belajar dari video

Mahasiswa menjual Siobak, kuliner khas Buleleng, belajar dari video

4 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia