• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, June 25, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Pantai Lebih yang Terus Berkurang

Anton Muhajir by Anton Muhajir
13 March 2010
in Kabar Baru, Lingkungan
0 0
11

Teks Fransiska Eva L.N, Foto Anton Muhajir

Abrasi di pantai Lebih adalah abrasi terdahsyat, tidak hanya di Bali tetapi di seluruh Indonesia.

Srash.. Srash.. Ombak dengan ganasnya menyerbu bibir pantai Desa Lebih siang itu. Ganasnya ombak seolah ingin menerkam seluruh pinggiran pantai di sebelah selatan Kabupaten Gianyar ini. Tak jauh dari pemandangan itu, seorang laki-laki paruh baya bersender di dekat tiang bambu. Pandangannya lurus dan luas, seluas pantai yang dipandangnya.

Matanya terlihat sayu menyiratkan kesedihan mendalam, seolah menginginkan sesuatu yang amat disayanginya kembali dalam pelukannya.

Wayan Weta, 45 tahun, menyatakan kesedihannya pada Pantai Lebih yang terus menghilang dari hari ke hari akibat abrasi. Abrasi di Pantai Lebih telah merenggut tidak hanya kebahagiannya tetapi juga seluruh warga yang mencari sesuap nasi dari pantai tersebut.

Menurutnya abrasi sudah terjadi dari tahun 1985. Tetapi pada waktu itu abrasi yang terjadi tidak sehebat sekarang. Semenjak sepuluh tahun terakhir sedikitnya sudah 2 km pinggiran Pantai Lebih hilang. “Abrasi di pantai ini yang terdasyat, tidak hanya di Bali tapi di seluruh Indonesia. Seminggu bisa sampai 1 meter bibir pantai terabasi,” ungkap laki-laki itu dengan pandangan sedih.

Parahnya abrasi ini dibenarkan pula oleh Nyoman. Sore itu dia sedang berendam di dalam pasir. Menurut Nyoman, dulu ada menara dan bale bengong di tepi pantai berpasir hita itu. Tetapi sekarang sudah ambruk karena terkena abrasi. “Wah, dulu masih jauh bibir pantainya. Lihat saja arena kolam berenang di sana. Dulu masih jauh dari bibir pantai, Eh, sekarang sudah berdempetan dengan bibir pantai,” ucapnya sambil tetap mengorek dan menimbun pasir disekitar kakinya.

Dampak dari abrasi ini sangat terasa. Banyak warung warga harus pindah untuk menghindari warung mereka ambruk dan terbawa ombak. Menurut Wayan, warga yang memiliki warung sudah lima kali pindah lokasi akibat abrasi pantai.

Pedagang batu hitam pun mengalami kerugian. Menurut salah satu pedagang, Wayan Soklit, penghasilannya dari menjual batu hitam berkurang karena susahnya mencari batu hitam semenjak abrasi terjadi.

Keadaan Pantai Lebih diperparah lagi karena jarak antara pantai dan jalan raya tidak begitu jauh. Jarak dari bibir pantai hingga jalan raya hanya sekitar 40 meter. “Kami tidak tahu bagaimana jika nanti bibir pantai sampai di jalan raya,” ungkap Wayan Sepot. Laki-laki yang bekerja sebagai bendesa adat Lebih Kelod ini hanya berharap agar crib (batu untuk menahan ombak) dapat dipasang pada seluruh daerah pantai.

Abrasi ini membawa dampak yang sangat buruk bagi para petani. Tanah mereka hilang digerus ombak pantai. Tanaman palawija dan kacang yang mereka tanam begitu tergenang air pantai akan membusuk. Hal ini membuat petani menjual tanah mereka karena tidak dapat dipertahankan lagi.

Masyarakat Pantai Lebih hanya dapat menunggu pihak pemerintah membantu mereka menyelamatkan pantai tempat mereka menghidupi diri. [b]

Tags: GianyarLingkunganPantai
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Gianyar dan Kekosongan Ruang Kolaborasi Kreatif

Kota Seni Gianyar dan Minimnya Ruang Kolaborasi Kreatif

5 June 2025
Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

28 March 2025
Ketika Mall Mengubah Tata Kota

Ketika Mall Mengubah Tata Kota

15 May 2024
TPS Kelating: Bekas Galian C yang “Diserbu” Sampah Penghuni TPA Suwung

TPS Kelating: Bekas Galian C yang “Diserbu” Sampah Penghuni TPA Suwung

6 April 2024
TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

19 October 2023
Refleksi Perilaku Eksploitatif Manusia Lewat Wallaby Project – Mereka

Refleksi Perilaku Eksploitatif Manusia Lewat Wallaby Project – Mereka

17 April 2023
Next Post
Sekarang Tanah Airnya Dijual pada Investor

Sekarang Tanah Airnya Dijual pada Investor

Comments 11

  1. Cahya says:
    15 years ago

    Saya sering main ke pantai Lebih sejak kecil, tapi makin hari makin menipis saja, persis seperti dalam artikel di atas.

    Apa perlu ditanami bakau ya…?

    Reply
  2. maryo kempez says:
    15 years ago

    yup betul… yang saya pikirkan sebarapa lama bertahan keberadaan jalan Bay pass yang belum kelar dibangun…apa gak proek sia-sia tu??/
    pemerinth memang gak pernah berpikir cermat+panjang

    Reply
  3. ijjal says:
    15 years ago

    memangnya tidak ada peredam gelombang air lautnya ya?

    Reply
  4. darmadi says:
    15 years ago

    ditanami bakau, gak mungkinlah…wong ombaknya segede2 gajah. penahan ombak sudah dipasang berkali2 tapi tetep gak kuat menahan kerasnya ombak…
    sedih ngeliatnya …pantai lebihku tempat kubermain waktu kecil dulu..

    Reply
  5. eka says:
    15 years ago

    lebihku… rumahku… pantaiku…. gmana ya cara peneyelesaiannya? ada yang bisa membantu??

    Reply
    • Komank qting says:
      15 years ago

      ya ni bli,dulu menara yang lama sma laut masih jauh bngt,,,skarang menara yang baru aja deket sma laut,n bekas menara yg lama dah jauh di dalem

      Reply
  6. Aulia Rahman says:
    14 years ago

    Artikel yang menarik. Salam.

    Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
    http://fis.uii.ac.id/

    Reply
  7. made gundul says:
    14 years ago

    mungkin nama pantai ini sudah harus berganti menjadi pantai kuang (kurang) bukan pantai lebih lagi. 🙁 nama desanya juga mengikuti 🙁

    Reply
  8. Sandikala Kliwon says:
    13 years ago

    Saya dari Pantai Lebih Desa Lebih Kabupaten Gianyar, sudah 26 Tahun meninggalkan Bali menuju Kalimantan Timur dan Bandung Jawa Barat, tentunya pantai Lebih banyak meninggalkan kenangan, diantara kenangan tersebut sampai sekarang masih terngiang dihati, tahun 1978 saya bersama teman2 mandi di Pantai Lebih, saat itu habis hujan lebat sehingga air dipantai Lebih cukup keruh, saat itu saya bereng cukup kedalam, teman2 sudah pada kepinggir dibibir pantai, saat itu teman2 memberitahu bahwa ada sirif ikan hiu kelihatan dari pinggir pantai, begitu saya melihat kebelakang benar bahwa ada ikan hiu sirifnya kelihatan, sambil berdoa ada ombak besar saya akan body surfing menuju kepantai, pada saat itu memang benar ada gelombang besar dan saya langsung surfing body kepinggir pantai, begitu sampai dipinggir bersamaan juga Hiunya sudah menganga juga dipinggir pantai, bersamaan dengan itu ada seorang Nelayan namanya Pa. KATONG mengambil Garut mau menusuk Hiu tersebut dan dia melarikan diri ketengah laut, untung saja saya diselametin oleh gelombang kalau tidak mungkin saja Hiu tersebut mencabik-cabik tubuh saya. Di Poskan dari Bandung.

    Reply
  9. putu geraldvaro says:
    11 years ago

    Saya Asli warga desa lebih, Namun sy sdh meninggalkan desa sejak thn 1994 ke Jawa & Kaltim utk mencari pekerjaan. Memang benar apa yg disampaikan diartikel diatas bw semakin hari semakin terkikis/ abrasi semakin parah di pantai lebih, bahkan sdh berulang kali dibuatkan pemecah gelombang baik dr bambu sampai dgn sistem betonisasi tetap saja gelombang menerjang scr ganas sampai hbs. Memang kita tdk bisa melawan alam namun kita bisa meminimalkan abrasi scr perlahan-lahan, gak ada salahnya kita masyarakat dan pemerintah setempat memprogramkan menanam bakau / mangroof, utk mengantisipasi abrasi yg lebih parah lgi. Sekecil apapun usaha kita sy yakin pasti akan berhasil kedepannya…. mengingat program ini yg blm pernah dicoba…
    Walau kami jauh dr kampung, kami selalu merindukan keindahan pantai lebih seperti tahun 80 an, ….. mari kita galakkan menanam mangroof utk kelestarian pantai lebih….

    Reply
  10. baraksa says:
    2 years ago

    janga lupa jga lingkungan https://unair.ac.id/tiga-mahasiswa-unair-sukses-raih-juara-1-lomba-debat-ukwms/

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

24 June 2025
Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

24 June 2025
Sampah tak Terpilah, Subsidi Pupuk Organik bikin Jengah

Bali dan Aroma Asap Pembakaran Sampah

24 June 2025
Nikmat Suasana Ngopi di Teba Tengah Kota

Nikmat Suasana Ngopi di Teba Tengah Kota

23 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia