Enam mobil tua volkswagen (VW) dari struktur besi dan pasir akan menjadi bagian dari taman laut Desa Tukad Mungga yang berlokasi di utara kawasan Lovina.
Jero Made Wirana, Koordinator Desa mengatakan ini permintaan khusus dari Bupati Buleleng. Saat penenggelaman nanti, akan ada klub mobil tua yang datang untuk melihat dan terlibat di 11 titik di area laut sekitar 14 hektar.
Besi body VW bekas sudah ditempel pasir campur semen untuk merekrut koral. Ukurannya sama besarnya dengan mobil asli namun tidak ada body, hanya kerangka dan empat roda.
Warga bekerja di pantai, dalam cuaca terik saat matahari menyengat. Beberapa warung terlihat berdiri sementara untuk melayani pekerja. Dampak ekonomi di program padat karya ini memang nampak dengan hadirnya warung-warung di lokasi selain dikerjakan warga sekitar.
Desa ini masih mengandalkan pertanian kering seperti tegalan dan perikanan, juga tukang dan buruh. Salah satu hasilnya adalah bata merah. Lainnya adalah nelayan angkut pariwisata dan cari ikan. Kelompok yang ada adalah Darma Samudera, Segara Wangi, dan Pokwasmas Bhakti Segara Happy. Ada patung GWK mini di area Pantai Happy, sebutan populer untuk kawasan ini.
Jumlah warga yang terlibat hampir 400 orang termasuk waker dan diver. Struktur yang dibuat adalah roti buaya sekitar 400 unit, fishdome 62, hexadome 113, pasak bumi 642, VW, dan patung buaya 3 unit. Seluruh struktur akan disusun dengan desain yang direncanakan.
Cara pengerjaan struktur di desa terlihat berbeda, warga berkumpul lalu berbaris saling mengoper bahan material ke tim yang sedang membeton struktur besi.
Kepala Dusun atau Banjar Dharmayadnya I Nyoman Sumitra Jaya menyebut pekerja perempuan sekitar 100an yang bertugas angkut pasir, luluh, ambil air, dan bawa campuran dengan cara mengoper ke teman ke bagian pembentuk struktur.
Desa ini juga sudah membuat rakit untuk membawa strutur ke tengah laut saat penenggelaman. Edwin, penyelam berpengalaman yang bertugas mengelola penempatan di bawah laut meminta proses penempatan ini lebih awal. “Usulkan nyicil, kalau setelah selesai buat struktur baru turun perlu waktu lama, tak bisa mengejar 20 Desember, akhir proyek ini,” usulnya.
“Mengatur di bawah perlu waktu, kita tukang kebunnya, setiap hari dievaluasi, mengikuti kluster,” sebutnya. Pria ini terlihat bersemangat untuk mulai menata penempatan struktur. Ini adalah tahapan kerja keras berikutnya dengan ragam risiko seperti patah, arus, cuaca, dan lainnya.
Sebagai penyelam, selama ini ia mengajak turis menyelam di Pemuteran, Tulamben, dan Menjangan. Tiga kawasan wisata penyelaman terdekat dari desanya.
Andre dari Yayasan LINI menyebut penurunan struktur ke laut nanti ada yang memakai rakit dan jukung. Saat ini sedang dihitung berapa daya angkut jukung dan rakit. Rencana alokasi waktu sekitar 15 hari penurunan setelah proses tagging dan BAP serah terima ke Kementrian. Ia menyebut Desa ini paling banyak warga yang terlibat.
Desa Bondalem
Desa Bondalem Menyiapkan Taman Laut dan Generasi Konservasi
Desa Bondalem di Kabupaten Buleleng menyokong pengembangan ekskul menyelam di salah satu sekolah. Sebuah upaya menyiapkan generasi konservasi. Saat ini lebih dari 3000 struktur transplantasi karang akan ditenggelamkan menjadi taman laut.
Lokasi pembuatan struktur karang ICRG di Desa Bondalem terletak di hamparan lahan tak produktif. Sekitar 100 meter dari pantai yang makin dipadati akomodasi.
Pesisir ini juga banyak dikunjungi untuk wisata bahari. Tak heran pesisirnya sangat padat.
Warga yang terlibat dalam program ini nampak antusias saat pemasangan koran dinding untuk mengajak diskusi.
Sedikitnya ada 250 orang warga yang terlibat membuat aneka bentuk struktur. Mereka adalah pekerja yang terdampak Covid seperti dirumahkan, pekerja kapal pesiar yang belum bisa kembali berlayar, petani, pekerja supir pariwisata, nelayan, dan lainnya. Bentuk struktur beragam dan unik. Ada fishdome, rotibuaya, pasak bumi, dan patung-patung aneka rupa termasuk seniman mengenakan masker saat megambel. Kreativitas yang mengarsipkan kondisi pandemi Covid, saat program ini dilakukan serentak di enam desa untuk kawasan Buleleng. Bahkan ada patung penarik ranjau sebanyak 47 buah.
Kadek Ada Maja dari kelompok konservasi Bahari Prawara mengatakan pembuatan patung penarikan ranjau ini sebagai arsip sejarah desa karena sekitar 1940an ada ranjau terdampar yang ditarik warga ke daratan.
“Pariwisata adalah bonus. Kalau merusak tak akan disetujui, misalnya ponton jangkar,” jelasnya saat diskusi bersama warga lainnya di posko sementara. Saat ini, jenis wisata yang dominan adalah retreat atau yoga dengan length of stay panjang.
Kegiatan wisatanya seperti snorkeling, diving, perahu glass bottom, dan mancing dengan areal 100 meter dari pantai. Membuat struktur karang ini bukan hal baru karena pernah dilakukan beberapa kali misalnya pada 2008, koral yang tumbuh dominan acropora.
Mangku Widi, tokoh konservasi desa ini sebelumnya pernah ditahan di Sulawesi Tenggara ketika menangkap ikan hias dengan potasium. Ia kemudian berbalik menjadi penjaga laut bersama pecalang-pecalang laut yang melakukan patroli melalui Pokwasmas Pantai Bondalem.
Seperti pesisir lainnya, di masa lalu, terumbu karang ditambang untuk bahan bangunan dan kapur pamor. Warga dan pegiat konservasi berharap pemerintah juga menganggarkan dana pemeliharaan setelah struktur diturunkan. Agar terawat dan bisa ditumbuhi koral.
Desa ini sedang menyusun pengembangan seperti membuat tempat belajar budidaya karang dan edukasi. Melanjutkan usaha desa yang menyokong salah satu sekolah membuat ekstrakurikuler menyelam. Menyiapkan generasi muda sebagai tim konservasi dan pemandu selam andal.
“Generasi sekarang baru memahami, laut mengahsilkan oksigen juga,” kata Nyoman Sugiartha, Ketua Kelompok Pokwasmas Pantai Bondalem.