Ribuan bakal rumah ikan dan satwa lain di kebun bawah laut sedang dibuat oleh lebih dari 1000 orang warga di Kabupaten Buleleng.
Puluhan koordinator desa dan tokoh pelestarian laut di lima desa di Buleleng bersua dalam pelatihan program padat karya yang dikoordinir Yayasan Alam Lestari Indonesia (LINI) di Kabupaten Buleleng pada 29 Oktober dan 1 November 2020 di dua desa berbeda.
Mereka membahas bentuk struktur transplantasi karang yang akan dibuat, bagaimana memeliharanya, dan berbagi informasi ke warga. Yunaldi Yahya, Koordinator dari LINI mengatakan pemeliharaan bagian terpenting untuk memastikan struktur bisa merekrut koral-koral sampai jadi terumbu karang. Misalnya pembersihan dari sampah dan lainnya yang menghalangi pertumbuhan bakal rumah ikan ini di bawah laut.
Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan organisasi masyarakat melaksanakan program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) atau restorasi terumbu karang di Bali pada 2020 ini.
Program swakelola ini dikonsep padat karya untuk memberdayakan masyarakat pesisir yang terdampak pandemi covid-19.Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, dikutip dari website kkp.go.id berharap coral reef atau kebun karang ini bukan saja akan menjadi atraksi wisata bawah laut, tetapi dapat sebagai sarana edukasi, penelitian ataupun kegiatan riset lainnya. Ia meluncurkan program ICRG secara online, 7 Oktober 2020.
Menteri Edhy mengungkapkan ICRG di Provinsi Bali akan dibangun dengan anggaran APBN KKP yang bersumber dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp111,2 miliar. Adapun targetnya ialah pembentukan kebun karang seluas 50 ha yang terpasang di 5 lokasi yaitu Nusa Dua, Sanur, Serangan, Pandawa, dan Buleleng dengan melibatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 11.000 orang.
Rencananya, struktur transplantasi karang akan ditempatkan sesuai dengan habitat dan tema masing-masing lokasi. Berbagai metode transplatasi seperti hexadome/fishdome, spider, dan berbagai lainnya akan dipadukan dengan patung, diharapkan akan menambah keindahan kebun karang yang akan dibangun.
“Pembangunan ICRG akan melibatkan organisasi masyarakat yang memiliki kompentensi profesional dibidang restorasi karang dan masyarakat yang terdampak pandemi covid-19, baik pelaku usaha wisata, seperi hotel, dive operator, pemandu wisata, UMK dan masyarakat pesisir lainnya,” urainya.
Menteri Edhy memastikan, pembangunan ICRG tidak hanya berhenti usai kegiatan. Sebaliknya, program ini didukung oleh Indonesia Tourism Development Coorporation (ITDC), sekaligus akan dibangun “Museum Coral Garden” guna melengkapi kebun karang. Dia berharap kebun karang ini akan meramaikan kunjungan wisatawan dan memberikan harapan serta penyemangat untuk membangkitkan kembali sektor wisata bahari di Bali. Bahkan, dia menegaskan pengelolaan kawasan ini nantinya dapat dipadukan dengan program KKP lainnya seperti Desa Wisata Bahari atau Dewi Bahari agar masyarakat memperoleh nilai tambah ekonomi dari pemanfaatan jasa kelautan.
Mengenal Struktur Karang
Pembuatan struktur media transplantasi karang ini dilakukan warga dengan pelatih berpengalaman. Tiap desa memiliki instrukturnya masing-masing. Bentuk-bentuk struktur yang dikembangkan di antaranya fishdome, rotibuaya, pasak bumi, hexagonal, dan patung.
Tiap struktur memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Disesuaikan dengan karakter laut, arus, berpasir atau tidak, dan jenis koral yang tumbuh di pesisirnya.
Dr. Ofri Johan, M.Si, Peneliti di Balai Riset Budidaya Ikan Hias-Kementerian Kelautan dan Perikanan dikutip dari mongabay.co.id menyebut artificial substrate (substrat buatan) disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Apabila kondisi perairan berombak dan berarus kuat, maka substrat buatan yang direkomendasikan adalah model yang kuat dan kokoh menancap ke substrat dasar. Desain bagian kakinya agak runcing sehingga bisa masuk sekitar 50 cm ke dasar perairan.
Meskipun ada ombak dan arus, model substrat buatan ini tahan apalagi ada beban koloni karang dan substrat karang yang ditempatkan pada desain rak besi dan spider. Keunggulan lain, model ini dapat ditempatkan pada dasar perairan yang memiliki kemiringan tertentu.
Apabila perairannya keruh, berpasir (silt/sand) disarankan agar menghindari penggunaan jenis karang Acropora berupa karang bercabang ataupun karang berbentuk pertumbuhan lainnya seperti CF (Coral Folious). Sebaiknya karang yang digunakan pada perairan seperti ini karang dari kelompok non Acropora. Pemilihan jenis karang pun harus dicocokkan dengan keberadaan ikan pemakan polip karang yang ada di lokasi.
ICRG di Buleleng
Pelaksanaan di Bali difasilitasi Yayasan LINI yang sudah mengembangkan pusat pendidikan budidaya ikan hias di Desa Les bernama LINI Aquaculture Trainning Center (LATC). Program di Buleleng melibatkan warga Desa Les, Bondalem, Pacung, Penimbangan, Tukad Mungga, dan Kaliasem.
Warga yang menjadi pelatih pembuatan struktur transplantasi karang dan pembuatnya bertemu di sejumlah pelatihan untuk memantapkan cara pembuatan dan pemeliharaannya nanti. Model yang dikembangkan adalah fishdome, roti buaya, dan figur/patung.
Berikut lima desa yang mengampu program ini di pesisir utara Buleleng. Kelima desa memiliki potensi pesisir yang belum banyak dieksplorasi.
Secara berurutan, dari timur pulau Bali, desa-desa ini adalah:
Desa Les
Secara Geografis dan secara administratif Desa Tejakula merupakan salah satu dari 148 desa di Kabupaten Buleleng dan memiliki luas wilayah 1396 ha. Secara topografis terletak pada ketinggiaan 0-300 meter di atas permukaan air laut.
Posisi Desa Tejakula yang terletak pada bagian timur Kabupaten Buleleng berbatasan langsung dengan, sebelah barat Desa Bondalem, sebelah timur bebatasan Desa Les, sebelah Utara Laut Bali serta sebelah selatan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Lahan di Desa sebagian besar merupakan lahan perkebunan dan pertanian. (http://les-buleleng.desa.id)
Desa Bondalem
Desa ini terletak desa kira-kira 29 kilometer arah timur dari Singaraja (Kota) dan memiliki ketinggian 300 meter dari permukaan laut. Desa yang berpenduduk cukup padat ini pada tahun 1970an hingga 1985 terkenal dengan hasil jeruknya yang sangat manis, namun saat ini sudah tidak ada lagi. Hal ini dikarenakan adanya serangan Hama Peptisida. Desa Bondalem meiliki pantai yang sangat indah, dengan pasir hitam dan ombaknya yang berderu samar – samar. Sekarang desa bondalem dipakai sebagai tempat untuk pembudidayaan terumbu karang karena keadaan lautnya yang masih asri dan belum terkena pencemaran laut sehingga membuat terumbu karang berkembang biak sangat baik.
Kawasan bondalem merupakan kawasan wisata dimana banyak terdapat villa dan bungalow yang berdiri di pinggir pantai, ironis mengingat bahwa tanah-tanah itu sekarang banyak yang di jual dan di bangun untuk villa atau bungalow, sedangkan masyarakat bondalem sendiri tidak bisa menikmati keindahan pantainya, karena tanah-tanah di pesisir sudah di kapling-kapling dan dipersiapkan untuk di bangun dalam waktu dekat. Sehari-harinya penduduk memiliki mata pencarian sebagai pedagang, nelayan, petani namun kebanyakan penduduk dari desa bondalem ini merantau. (http://bondalem-buleleng.desa.id)
Desa Pacung
Desa Pacung yang merupakan salah satu dari 129 desa di kabupaten Buleleng memiliki wilayah seluas 666 ha yang secara administrasi terdiri dari 3 Banjar Dinas, yaitu Banjar Dinas Kubuanyar, Banjar Dinas Alassari, dan Banjar Dinas Anta Sari. (http://pacung-buleleng.desa.id)
Desa Baktiseraga
Pantai Penimbangan adalah salah satu objek wisata dan tempat warga berkumpul di Desa Baktiseraga yang jadi bagian wilayah kecamatan Buleleng. Dengan batas batas wilayah selatan Desa Panji dan Sambangan. Sebelah Timur kelurahan Banjar Tegal dan Banyuasri. Sebelah Utara adalah desa Banyuasri, dan Selatan Desa Pemaron.
Ada Pokwasmas Penimbangan Lestari yang sudah melakukan kegiatan konservasi penyu sejak tahun 2015 (http://baktiseraga-buleleng.desa.id)
Desa Tukad Mungga
Berdasarkan cerita para leluhur/sesepuh Desa Tukadmungga, konon Desa ini airnya bening sekali, akan tetapi sungai tersebut sangat angker. Sehingga penduduk tidak berani mandi di aliran sungai tersebut, untuk melewati sungai itu saja orang tidak berani karena keangkerannya.
Suatu hari konon ada putri teramat cantik datang melewati sungai dan tertarik dengan kebeningan air tersebut, dia merupakan titisan dewa yang bernama Dewi Ayu. Ayu kemudian tertarik mandi di aliran sungai yang bening tersebut, rambutnya yang panjang terurai terbawa arus sungai hingga ke muara pesisir pantai.
Seorang raja yang sangat tampan kebetulan berlayar melewati aliran sungai tersebut. Raja tersebut bernama Gempu Awang. Alangkah terkesimanya Si Gempu Awang melihat uraian rambut indah di muara sungai, kemudian membelokkan perahunya menelisuri mengikuti uraian rambut tersebut.
Si Gempu Awang mendekati sang putri tanpa ragu-ragu mengungkapkan isi hatinya serta berniat melamar Dewi Ayu untuk dijadikan istrinya. Melihat seorang laki-laki yang tidak santun mendekati Dewi Ayu saat sedang mandi dan ingin melamarnya membuat sang putri menjadi marah yang akhirnya dengan kesaktiannya sang putri mengutuk Si Gempu Awang dan perahunya menjadi sebuah batu besar dan menutupi badan sungai, sehingga air sungai menjadi meluap ke daratan.
Sungai yang meluap tersebut kemudian oleh orang di beri nama “Tukad Munggah” yang lama kelamaan menjadi Desa Tukadmungga. (http://tukadmungga-buleleng.desa.id)
Desa Kaliasem
Kaliasem terkenal dengan kawasan wisata Lovina. Pesisir yang tenang dan memiliki potensi terumbu karang. Salah satu atraksi langka adalah dolphin watching atau melihat lumba-lumba di habitatnya, laut. Jukung-jukung nelayan akan mengantar ke tengah laut jelang matahari terbit dan menunggu rombongan lumba-lumba.
Aktivis lingkungan mengajak nelayan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan lumba-lumba dengan menjaga jarak dan tidak menghalangi jalur berenang mereka. Setelah itu, turis biasanya diajak snorkeling di area dengan terumbu karang dan ikan hias.
Comments 3