
Perempuan hari ini mendefinisikan diri lebih luas dari sekedar apa kata orang
Indonesia masih memperjuangkan kesetaraan gender untuk perempuan dari dulu hingga sekarang. Dulu Cut Nyak Dien seorang perempuan pejuang kemerdekaan yang ikut mengangkat senjata mengusir tentara Belanda. Atau Ruhana Kudus yang berjuang dengan tinta dan kertas menjadi jurnalis pada zaman Belanda mengangkat isu tentang nikah paksa di bawah umur dan pengekangan perempuan terhadap akses-akses ekonomi. Sampai Dewi Sartika dan Raden Ajeng Kartini yang mendirikan sekolah khusus perempuan untuk membantu perempuan mendapatkan akses pendidikan dasar seperti membaca dan berhitung. Permasalahan perempuan setiap zaman pasti berbeda, begitu juga bentuk perjuangannya. Permasalahan yang dialami perempuan jarang kita sadari, padahal dekat dengan kegiatan kita sehari-hari.
Pemiskinan Perempuan dalam Jati Diri
Tubuh perempuan dipandang sebagai komoditas produk kecantikan. Perempuan terobsesi memiliki tubuh langsing, hidung mancung, kulit bersih sehat, rambut lurus panjang, mata yang terlihat besar, bulu mata dan alis hitam tebal. Standardisasi sosial itu menjadikan perempuan mencoba berbagai macam cara untuk terlihat cantik, mulai dari mencoba produk kecantikan hingga melakukan hal yang bisa membahayakan mereka. Standardisasi sosial tersebut menjadikan perempuan kehilangan identitas dirinya, dan menyempitkan pemahaman mengenai cantik yang relatif.
Waktu saya kecil, saya adalah korban bullying di sekolah. Badan saya yang kurus, kulit saya yang berwarna coklat, hidung saya yang besar dan tahi lalat yang ada di hidung menjadi olokan teman saya waktu itu. Perasaan saya bercampur aduk ada emosi sedih, amarah dan kecemasan yang sering menghantui saya jika berpapasan dengan teman saya itu. Masa remaja saya isi dengan rasa takut menjadi berbeda, saya mulai mencari cara untuk terlihat cantik dengan membeli susu berprotein tinggi, mengikuti saran dari artikel yang saya baca tentang cara memancungkan hidung dan cara menghilangkan tahi lalat hingga menghilangkan daki dengan scrub dan batu kali. Jika saya merenungkan keadaan saya saat itu, seolah menjadi cantik itu harus menderita.
Saya bertanya ulang, sebenarnya untuk siapa saya menjadi cantik. Untuk kepuasan orang lain atau kepuasan pribadi. Jika saya ingin merasakan cantik dengan bisa menerima diri sendiri, tentu itu jauh lebih baik . Saya memilih untuk menjadi cantik dan bertanggung jawab, dengan bijak menggunakan produk kecantikan. Memilih produk lokal buatan rumahan seperti minyak kelapa untuk rambut, kulit dan bibir saya, walaupun dibilang ketinggalan jaman saya sudah merasa cantik karena bisa bertanggung jawab terhadap lingkungan saya dengan memilih apa yang saya gunakan.
Perempuan Hari Ini
Menjadi perempuan zaman sekarang tidak harus ikut berperang membawa senjata seperti Cut Nyak Dien. Menjadi perempuan modern berarti kita tidak usah takut untuk menjadi unik, atau tidak usah merasa takut terhadap stigma yang dibuat oleh masyarakat tentang perempuan yang ideal. Perempuan hari ini mendefinisikan diri lebih luas dari sekedar apa kata orang.
cerutu4d cerutu4d toto macau situs slot toto slot slot gacor