Pemandangan wajib di Bali tiap hari macet
Penggalan lirik lagu Made Mawut, Fendy Rizk, dan Nosstress berjudul Macet Menggelora sangat relate dengan situasi di Bali saat ini. Macet, panas, dan padat. Sanur dan Ubud adalah dua wilayah dengan kondisi relate seperti lagu tersebut.
Melihat macet yang tak kunjung usai, World Research Centre (WRI) Indonesia bekerja sama dengan BaleBengong merespon dengan menyelenggarakan Kelas Jurnalisme Warga (KJW). Tema KJW kali ini yaitu Merespon Gejolak Kemacetan Sanur dan Ubud.
Berlangsung di Annika Linden Centre, Denpasar para peserta berasal dari kalangan muda di daerah Sanur, Ubud, dan beberapa lokasi di Bali. Lokasi lainnya seperti wilayah di Kabupaten Badung dengan masifnya pembangunan akomodasi pariwisata. KJW kali ini dilaksanakan pada Rabu, 19 Juni 2024.
Pelaksanaan KJW dibuka dengan pemantik dari WRI Indonesia yaitu Ngurah Termana. Ia menjelaskan ada cara pandang yang lebih sesuai terhadap mobilitas. Sejatinya, mobilitas berkaitan dengan pergerakan individu atau barang, bukan kendaraan.
Termana menjelaskan riset WRI Indonesia, ada yang disebut sebagai hierarki mobilitas. Tujuannya untuk menjelaskan prioritas yang harus dipenuhi dalam transportasi perkotaan. Tujuan utamanya mencapai mobilitas yang berkelanjutan.
Urutan yang harus diprioritaskan secara berturut-turut diantaranya adalah pejalan kaki, pesepeda, transportasi umum, kendaraan barang dan taksi, terakhir kendaraan pribadi. Tak hanya Termana, penerima hibah liputan Citizen Science AJW 2024, Lily Darmayanti dan Desimawaty juga menjelaskan tentang temuan selama liputan.
Mereka menemukan beberapa hal seperti beberapa difabel netra memilih jalan di badan jalan daripada trotoar yang berlubang dan digunakan pedagang. Trotoar dalam kondisi licin serta bus dan halte tak terawat, ini menyulitkan para difabel. Sehingga inklusivitas yang selama ini disematkan pemerintah dalam setiap agenda masih belum terwujud secara nyata.
Para peserta mencurahkan keresahan melalui tulisan dalam desain komik dan video podcast pendek. Sebelumnya membuat karya, para peserta dibekali materi tentang penggalian kisah atau informasi dan teknik pembuatan video pendek di media sosial. Pada akhir acara ada momen apresiasi dengan saling mendengar keluh kesah atas kemacetan di wilayah masing-masing. Karya para peserta KJW dapat disaksikan pada media sosial BaleBengong.