Memaknai karya-karya mumpuni Ismail Marzuki yang berulangtahun pada tanggal 11 Mei, Bentara Budaya Bali menggelar pentas musik keroncong “Memoar Ismail Marzuki bersama Orkes Sekar Dewata” pada Minggu, 12 Mei 2013 Pukul 18.30 Wita di Jalan Prof. Ida Bagus Mantra 88 A, By Pass Ketewel, Gianyar.
Orkes Keroncong Sekar Dewata akan menampilkan lagu-lagu gubahan Ismail Marzuki, seperti Aryati, Gugur Bunga, Melati di Tapal Batas, Wanita, Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, Bandung Selatan di Waktu Malam, Keroncong Serenata, Juwita Malam, Sabda Alam, Rindu Lukisan, Indonesia Pusaka, dll.
“Memoar Ismail Marzuki bersama Orkes Sekar Dewata juga diselingi dengan diskusi perihal ragam komposisi musik keroncong dan upaya alih generasi oleh para pemusik keroncong era kini.” Ujar Putu Aryasthawa, pengelola Bentara Budaya Bali
Sebagai salah satu musik rakyat di Indonesia, keroncong memiliki pertautan historis dengan musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Bentuk awalnya disebut moresco yang dimainkan dengan iringan alat musik dawai. Dalam perkembangannya di Nusantara, dipergunakan pula alat musik seruling serta beberapa komponen gamelan. Masa keemasan Keroncong bergulir hingga tahun 1960-an.
Ismail Marzuki adalah salah satu tokoh dan komponis keroncong yang tersohor di Indonesia. Lahir di Kwitang, Batavia, 11 Mei 1914, dan menciptakan lagu pertamanya, ‘O, sarinah’ yang berbahasa Belanda pada usia 17 tahun. Pada 1936, Ismail Marzuki bergabung dalam perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone dan harmonium pompa.
Keroncong Sekar Dewata pimpinan CL. Sumartono ini telah berpentas dan melakukan kolaborasi di berbagai pertunjukkan musik. Terdiri dari Agus Suharyadi (flute), Agus Sarwono (Bass), Suprih Prasmana (Cello), Yatno (Ukulele), Yoyok (tenor) dan Sefi I.P (vokal).
“Kegiatan ini tidak membebankan biaya bagi penonton. Semoga pentas musik dan diskusi ini dapat mengingatkan kita kepada peran dan karya Ismail Marzuki serta khususnya musik keroncong yang meredup akibat kian digemarinya musik-musik populer sejak tahun 1961 hingga sekarang” kata Putu Aryasthawa menambahkan. [b]