Oleh Anton Muhajir
Jalan Melati, di kawasan Kreneng, Denpasar memberi ide saya untuk membuat tulisan ini. Tiap hari saya melewati jalan yang menghubungkan jalan WR Supratman dengan jalan Hayam Wuruk ini. Jalan ini terbagi dua, separuh di sisi utara adalah jalan dua arah dengan pembatas jalan di tengahnya. Separuh lagi di sisi selatan, jalan ini satu arah. Sepanjang jalan ini ada dua gedung DPRD, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, instansi pemerintah, serta sekolah.
Banyak pohon di sepanjang jalan ini. Tiap pagi saya lewat, jam berapa pun, jalan ini nyaris selalu bersih. Rapi. Adem. Juga relatif sepi. Saya selalu seperti menemukan ketenangan ketika lewat jalan ini selepas dari jalan Supratman yang sering kali macet, terutama pada jam berangkat ke kantor, sekitar pukul 8 pagi. Lalu ketenangan itu kembali hilang ketika sudah masuk pertigaan jalan Melati – jalan Hayam Wuruk.
Maka, bagi saya, jalan Melati itu semacam persinggahan sementara antara dua jalan yang ingar bingar di Denpasar. Saya pun menjadikan jalan Melati sebagai salah satu jalan favorit saya di Denpasar.
Lalu, saya iseng mengirimkan pertanyaan, “Apa jalan favorit Anda di Denpasar?” ke beberapa milis seperti Bali Blogger Community, bali-bali, Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana, dan milis lain yang nyambung dengan Bali atau Denpasar.
Pertanyaan itu mendapat respon lumayan bagus dari anggota milis. Ada sekitar 55 email yang membalas thread tersebut. Hasilnya, sebagian besar menjawab kalau jalan favorit mereka adalah jalan raya Puputan Renon. Alasannya sama: jalan ini paling besar dan rindang di Denpasar.
Renon sendiri merupakan kawasan pusat pemerintahan Bali. Kantor DPRD Bali, Gubernur Bali, serta sebagian besar instansi pemerintah provinsi Bali ada di sini. Ada dua jalan besar yang membujur ke arah barat – timur yaitu jalan raya Puputan Renon dan jalan Tjok Agung Tresna. Di antara dua jalan besar ini ada jalan-jalan kecil, mirip kotak-kotak, yang semuanya memang rindang dengan pohon peneduh di kanan kiri jalan.
Rindangnya jalan inilah yang membuat banyak orang memilih Renon sebagai jalan favorit. Tapi ya tidak tepat juga ya? Renon kan kawasan, bukan nama jalan. Hehe.. Kalau begitu mungkin tepatnya jalan-jalan di kawasan Renon terutama jalan Raya Puputan.
Selain karena ademnya, banyak orang suka jalan di sekitar sini juga karena banyaknya restoran dan warung di sini. Bisa dikatakan Renon memang lengkap untuk tempat kuliner. Ada restoran-restoran besar seperti Warung Bendega, Restoran Renon, dan Ikan Bakar Cianjur atau restoran lebih kecil seperti Baruna, atau lebih murah lagi di sekitar lapangan Renon, atau malah mau warung kaki lima. Semua ada di sini..
“Saya suka jalan Niti Mandala Renon karena rindang, lebar, one way, dan hampir semua ada di sana (restoran, pom bensin, lapangan, kantor polisi, ATM, tambal ban, dsb). Jadi tenang kalo berkendara di sana,” tulis Agung Pushandaka di emailnya.
Jalan lain yang disukai banyak orang adalah jalan di depan rumah jabatan Gubernur Bali di jalan Surapati Denpasar. Alasannya tidak jauh beda. Jalan ini besar, satu arah, dan rindang oleh pohon asem di kanan kiri jalan.
Di luar dua jalan itu tadi, selebihnya banyak orang memilih jalan hanya atas dasar sentimentil belaka. Misalnya karena jalan itu punya kenangan terhadap masa lalunya. Oka Negara misalnya menjadikan jalan Waturenggong karena dia memang tinggal di sini.
“Jalan Waturenggong tempatku mengalami semuanya. Mulai dari jalan yg sepi banget hingga rame nggak ketulungan dan macet penuh dinamika,” tulis dokter muda yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini.
“Dinamika ini yang kusuka. Mulai dari tiduran di tengah jalan waktu kecil (saking sepinya), main bola di tengah jalan (waktu nyepi dulu), tabrakan dan senggol-senggolan (ini sekarang, karena ramenya). Dan segalanya ada di situ,” tambahnya.
Dari tulisan dr Oka ini pula saya baru tahu kalau Jalan Waturenggong dulunya bernama jalan Panjer.
Masih banyak alasan orang memilih jalan favoritnya selain persoalan adem, fasilitas, dan sentimentil tadi. Namun salah satu yang menarik bagi saya adalah pilihan jalan favorit atas dasar keragaman. Arif Nofianto, anggota BBC, memilih jalan Teuku Umar Barat alias Marlboro. Menurut Arif, jalan ini sangat beragam isinya.
“Di situ, salah satu titik indahnya Bali dalam hal penghormatan satu sama lain. Kalo jalan di sana, pas Maghrib misalnya pemandangannya beragam. Ada yang jualan kaki lima, jual tembako, ada yang pergi ke mushola, ada yang nongkrong minum, ada cewe kafe berangkat kerja…dan selama ini situasnya aman terkendali…” tulis Arif.
Begitulah. Tiap orang punya jalan favorit masing-masing dengan beragam alasan yang menyertainya. Lalu, apa jalan favorit Anda? Kenapa? [b]
Iya ya, saya salah.
Seharusnya saya bilang jaringan jalan di renon, yang mencakup Niti Mandala, Tjok Agung Tresna, Moh. Yamin, dan jalan-jalan yang berhubungan dengan 3 jalan besar tadi.
kalau pengen nyoba jalan yg adem, udara sejuk, bersih..cobain pagi2 melewati jalan danau tamblingan di daerah sanur, sepanjang hotel bali hyatt..wah, makyuss pokoke 😉
jl surapati… dulu waktu smp seneng banget jalan disana… adem 😀
waktu hamil enak juga jalan2 santai di seputaran lapangan puputan badung. Pohon asemnya asoiiii. bisa sambil ngemut asem yang jatuh.
Coba di kawasan ini ada tempat2 makan kecil yang sederhana. Yang penting kan diatur, dari pada sekarang kejar2an trus pedagang ma satpol PP. Capek deh…
wah kalo aku siy nggak tau tuh, coz ga pernah ke denpasar siy, tapi aku punya temen yang tinggal di jalan hayam wuruk n kerja di instansi pemerintah di sekitar jalan melati. Mungkin kamu pernah berpapasan dengannya. Orangnya agak tinggi, agak item, n agak.Namanya zaenal mutakin dari tegal.Eh kalo ketemu tolong salamin ya………..he…….