Sungguh lelah perjalanan pagi itu. Di Denpasar kami menunggu hujan reda agar perjalanan lebih aman. Berjam-jam menunggu, hujan tak kunjung reda. Kami memutuskan menerobos hujan deras dan berangkat ke Desa Baktiseraga, Kabupaten Buleleng. Benar saja jalanan pagi itu berkabut. Harus ekstra hati-hati agar tiba dengan selamat.
Tiba di Buleleng ternyata sama sekali tidak hujan. Betapa leganya kami, setidaknya Kelas Jurnalisme Warga (KJW) di Desa Baktiseraga dapat berjalan lancar. Menutup tahun 2024, KJW dilaksanakan di Desa Baktiseraga pada 21-22 Desember 2024.
KJW kali ini berkolaborasi dengan pihak desa. Mereka menyambut tim BaleBengong dengan hangat. Hari pertama dipenuhi wajah antusias peserta yang siap berbagi ilmu. Kurang lebih terdapat 15 peserta yang mengikuti KJW hari itu, mulai dari perangkat desa, ibu-ibu PKK, hingga muda-mudi.
Perbekel Desa Baktiseraga, I Gusti Putu Armada mengungkapkan rasa senangnya bisa berkolaborasi dengan BaleBengong. “Bagi saya jurnalisme itu menarik kalau teman-teman mampu menuangkan ke tulisan. Apalagi hari ini dunia medsos kenceng. Nggak main-main kalau kita bisa memanfaatkan. Di medsos siapa pun bisa menuangkan pemikirannya, tapi konsekuensi dari keterbukaan itu ada,” ungkap Armada.
Berbagai potensi desa menjadi pilihan topik liputan. Peserta paling banyak memilih potensi laut, mengingat Desa Baktiseraga memiliki konservasi alam bawah laut. Tiga kelompok memilih potensi laut, yaitu konservasi terumbu karang, pembersihan sampah bawah laut, dan pelepasan tukik. Ada juga yang memilih potensi di luar laut, seperti kesuksesan pedagang kelapa, pengelolaan sampah, bioflog ikan, dan program bumdes.
Kelas diisi oleh Kardian Narayana atau kerap disapa Cotex, jurnalis asal Buleleng. Ia mengenalkan hal mendasar hingga struktural. “Setiap warga adalah pewarta,” begitu ungkap Cotex, menegaskan slogan BaleBengong.
Usai kelas, waktu dimanfaatkan oleh peserta dan fasilitator untuk liputan. Saya berkesempatan mendampingi salah satu kelompok untuk liputan ke Pantai Penimbangan. Kami bertemu Gede Wiadnyana atau kerap disapa Pak Mangku, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Penimbangan Lestari.
Pak Mangku berbagi perjalanannya melestarikan kawasan konservasi Pantai Penimbangan sejak 2018. Mahasiswa hingga masyarakat telah ia latih untuk menyelam, demi meneruskan konservasi bawah laut Penimbangan.
Keesokan harinya, tak disangka-sangka hujan mengguyur Desa Baktiseraga. Panas berganti menjadi dingin. Kami tak bisa ke mana-mana. Janji dengan warga untuk liputan terpaksa diundur. Namun, hingga pukul 11.00 WITA, hujan tak kunjung berhenti. Mau tak mau kami menerobos hujan, kejar-kejaran dengan waktu karena hari itu bertepatan dengan acara Hari Ibu di kantor perbekel.
Ada yang menerobos hujan demi wawancara narasumber, ada juga yang mengganti angle liputan. Ternyata momen itu menjadi pelajaran berharga bagi para peserta. Mereka seolah merasakan kerja jurnalis saat mengganti angle liputan hingga mengganti narasumber.
Kerja keras terbayarkan, setiap kelompok saling mengapresiasi satu sama lain. Hujan tak menghalangi tugas mereka. Semua terselesaikan, bahkan dengan sangat baik. Dua kelompok terpilih sebagai tulisan terbaik dan video terbaik. Tulisan terbaik diraih oleh kelompok Wulan dan Era dengan topik pelepasan tukik, sedangkan video terbaik diraih kelompok Ajik dan Satria dengan topik kesuksesan pedagang kelapa mulung.
Acara ditutup dengan penyerahan hadiah kepada yang terbaik dan sembako kepada seluruh peserta. Tak lupa apresiasi juga diberikan kepada tiga relawan yang setia membantu tim BaleBengong di Desa Baktiseraga.
Siang itu kami kembali ke Denpasar dengan senyum cerah seperti cuaca siang itu. Senyum yang tentu ingin kembali lagi menginjak tanah Baktiseraga.
Ke mana KJW berikutnya berlabuh?