Sebelas tahun lalu Putu Sudiarta menghadapi pilihan sulit.
Sebagai dosen muda di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Surabaya, dia mendapat kesempatan untuk melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) Australia. Dia sudah membayangkan karier cemerlang setelah lulus S3 di kampus ternama itu.
“Setidaknya berkarier sebagai staf ahli atau semacamnya,” Putu bercerita.
Namun, sebagai anak tertua dalam keluarga Bali, dia juga harus meneruskan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Ayahnya sudah meninggal sejak dia masih SMA. Ada dua adik yang masih bersekolah, tak hanya secara ekonomi tapi juga adat sebagai orang Bali.
Menurut adat Bali, anak laki-laki tertua otomatis menjadi kepala keluarga secara adat ketika bapaknya meninggal sementara adik-adiknya masih kecil. Itu pula yang harus dihadapi Putu.
Sudiarta, saat itu tinggal di Surabaya sebagai dosen di almamternya tersebut, teringat salah satu petuah Mario Teguh, motivator ternama Indonesia yang saat itu sudah sering disiarkan Radio Suara Surabaya. “Ketika kamu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit, maka pilihlah hal yang tak tergantikan,” katanya menirukan Mario Teguh.
Anak tertua dari tiga bersaudara ini memilih hal yang menurutnya tak akan tergantikan, keluarga.
Dia pun kembali ke Bali, meninggalkan Surabaya, tidak meneruskan karier sebagai dosen, juga tidak melanjutkan kuliah ke Australia. Dia tinggal bersama keluarga di Denpasar.
Ditolak
Bermodal business plan, sesuatu yang dia pelajari sejak masih mahasiswa dan dia ajarkan ketika jadi dosen, Sudiarta memulai usaha sendiri dengan bendera PT Bamboomedia Citra Persada. Kantornya hanya kamar kos 3 x 3 meter di rumah sendiri di Jalan Akasia, Denpasar. Business plan tersebut pernah dia tawarkan ke salah satu investor di Surabaya dan ditolak. Namun, Sudiarta diundang mereka untuk belajar tentang pemasaran. Salah satu yang dia catat adalah bahwa dia harus membuat produk jika memang serius berbisnis.
Pada saat yang sama, Roy Laurens teman kerja Sudiarta ketika jadi dosen sedang kuliah di Carnegie Mellon University, Pensylvania, Amerika Serikat. Temannya ini rajin mengirim software dari negara Paman Sam itu dengan panduan dalam bahasa Inggris.
“Tapi, kenapa tidak ada panduan dalam Bahasa Indonesia?” Putu bertanya.
Eureka! Sudiarta pun menemukan ide usaha. Dia pun menerjemahkan panduan tersebut ke Bahasa Indonesia. Pada tahun 2002 dia membuat CD tutorial dengan judul Belajar Microsoft Word, Belajar Email Outlook, dan Belajar Sistem Operasi Windows 98. Tiga tutorial ini dia buat masing-masing 200 keping.
Karena CD tersebut berisi tutorial, dia mencoba menawarkannya ke jaringan toko buku terbesar di Indonesia, Gramedia. Setelah sempat tidak mengacuhkan, Gramedia kemudian menerima kerja sama itu. Sudiarta lalu membuat lagi lima tutorial lain. Isinya kurang lebih sama, bagaimana cara mengoperasikan program tertentu di komputer, seperti Office, Programming, Database, Website, dan lain-lain. CD tutorial pun produksi Bamboomedia dijual ke berbagai toko Gramedia di Papua, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di Indonesia.
Kini, CD tutorial Bamboomedia tak hanya dipasarkan melalui jaringan Gramedia tapi juga jaringan toko buku dan CD lain seperti Gunung Agung, Karisma, dan Disc Tara. Modal Rp 50 juta dari orang tua dan sedikit tabungan Sudiarta, untuk memulai usaha pun pelan-pelan kembali. Sekitar 1 tahun 6 bulan, modal itu pun sudah kembali. Dari kantor di kamar kos, dia mulai berani sewa kantor. Kali ini di Batubulan, Gianyar.
Dua tahun kemudian, salah satu produk Bamboomedia dilihat orang Microsoft di Jakarta. Mereka lalu mengundang Sudiarta untuk presentasi di kantor Microsoft di Jakarta. Waktu itu, bermodal laptop pinjaman, karena laptop sendiri sedang rusak, dan sistem operasi Windows bajakan, Sudiarta mempresentasikan produk Bamboomedia.
Otomatis
Gayung bersambut. Microsoft senang dengan produk-produk yang mengajarkan cara menggunakan aplikasi mereka, terutama Windows. Mereka pun sepakat bekerja sama dengan Bamboomedia. Kontrak pertama senilai antara Rp 30 juta hingga Rp 40 juta. Business modelnya sebagai berikut: Microsoft memberikan buku dan software mereka kepada Bamboomedia. Lalu, Bamboomedia membuat panduan penggunaan software tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Saat itu, order pertama dari Microsoft Indonesia ke Bamboomedia sebanyak 10 ribu keping. Dengan harga satu kepingnya Rp 35 ribu, maka total nilai kontrak adalah Rp 350 juta. “Yang paling menyenangkan itu kalau terima invoice dari Microsoft. Kita harus unduh langsung dari kantor pusat mereka di Redmond. Saya bangga sekali bisa dapat invoice langsung dari mereka dan pasti dibayar on time,” ujar Sudiarta.
Kerja sama dengan Microsoft pun terus berlanjut. Dari semula membuat tutorial, Bamboomedia kemudian membuat game resmi untuk Windows XP bernama Starter Edition. Game ini serupa game-game lain yang sudah ada otomatis di program Windows seperti Solitare, Tetris, dan semacamnya.
Setelah itu, Bamboomedia pun membuka pintu lain, aplikasi program bisnis. Ini menjadi divisi baru setelah divisi tutorial. Bamboomedia mulai mengembangkan aplikasi berbasis Windows untuk bisnis. Misalnya, Microsoft Access untuk daftar penjualan, pemasaran, akuntansi, dan lain-lain.
Aplikasi ini dijual sangat murah untuk ukuran saat itu, Rp 42.000 per CD yang bebas disalin isinya. Padahal, menurut Sudiarta, ketika itu satu program bisa dijual Rp 7,5 juta untuk satu komputer. “Karena itu saya dianggap merusak pasar ketika menjual program aplikasi tersebut,” ujarnya.
Toh, ketika dianggap merusak harga pasar oleh developer lain, Bamboomedia justru mendapat penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi karena dianggap membantu usaha kecil dan menengah (UKM). Produk aplikasi Penjualan dan Stok Barang tersebut memang murah dan terjangkau bagi pengusaha kecil.
Aplikasi yang bebas disalin dan diinstall di komputer lain itu membuat produk Bamboomedia makin dikenal. Mereka pun memproduksi makin banyak aplikasi untuk bisnis. Kini Harga Program Bisnis per CD-nya variatif, antara Rp 300 ribu hingga Rp 4,5 juta. Mereka menjual tidak hanya melalui jaringan toko buku tapi juga online. Bamboomedia juga membuka kesempatan kerjasama reseller.
Tak hanya dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, Bamboomedia pun mendapat penghargaan bergengsi lainnya. Pada tahun 2008, Putu mendapat penghargaan 1st Winner eLearning Award 2008 (Pustekom Depdiknas), 1st Winner Indonedia ICT Award 2008 (Depkominfo), serta 1st Winner MICSA Award 2008 (Management Image Customer Satisfaction). Pada tahun yang sama dia menjadi nominee Asia Pasific Software Contest. Setelah itu dia juga mendapat penghargaan sebagai Best Information Technology International Business & Company Award 2010 dan Primaniyarta Award Kategori Ekonomi Kreatif dari Kementerian Perdagangan RI pada tahun 2011.
Game
Seiring makin masifnya perkembangan aplikasi bergerak (mobile applications), kini Bamboomedia juga membuka divisi di bidang mobile apps. Divisi baru ini melengkapi tiga divisi lainnya yaitu tutorial, aplikasi bisnis, dan game. Mereka pun merintis divisi lain lagi, education.
Di bidang mobile apps, Bamboomedia adalah satu-satunya developer di Bali yang membuat aplikasi untuk Apple. “Tidak mudah menjadi content publisher di Apple. Prosesnya rumit,” kata Sudiarta. Menurut bapak dua anak ini, dia harus menunggu hingga tiga bulan untuk bisa menjadi content publisher di Apple yang terkenal selektif dan eksklusif.
Dengan aneka aplikasi tersebut, produk-produk Bamboomedia pernah dipakai perusahaan besar seperti Newmont, Telkom, Intel Indonesia, dan lain-lain. Saat ini sumber pendapatan utama perusahaan justru dari Aplikasi Bisnis dan Apps Apple. Tutorial yang pernah dibikin hampir 200-an judul, aplikasi untuk bisnis sebanyak 20 judul, sedangkan aplikasi di Apple dan Android ada lebih dari 50 aplikasi.
Di Android, aplikasi Pintar Membaca sudah diunduh sekitar 350 ribu kali. Game Pemburu Koruptor sekitar 150 ribu kali. Jika aplikasi tersebut berbayar, maka pihak penyedia pasar aplikasi, seperti Android dan Apple, akan mendapat 30 persen sedangkan pengembang mendapat 70 persen. Harga aplikasi di Apple ini sekitar $ 1-3. Ada pula yang $ 5. Hingga saat ini, aplikasi-aplikasi di Apple sudah diunduh ribuan kali.
Tiap bulan, hasil penjualan aplikasi, tutorial, maupun game tersebut berkisar pada angka ratusan juta. Menurut Sudiarta, CD Tutorial paling banyak tentang web desain dan programming, untuk aplikasi bisnis paling banyak adalah Penjualan Medium Business, dan Apps yang paling banyak didownload adalah Cepat Membaca.
Di luar itu, bersama 30 staf tersebar di tiga kantor di Denpasar, Bamboomedia juga terus memproduksi game-game unik. Mereka menggabungkan nilai-nilai lokal Bali dalam permainan tersebut. Dua di antara sekian banyak game tersebut adalah D’Kala dan Live in Gajah Mada. D’Kala merupakan permainan menyusun puzzle yang terinspirasi dari patung raksasa ogoh-ogoh menjelang Nyepi di Bali. Adapun game Live in Gajah Mada tentang suasana di Jalan Gajah Mada, Denpasar.
Bagi Sudiarta, game-game tersebut hanya semacam special project karena bertujuan untuk mengenalkan budaya Bali (Nusantara). “Agar anak-anak bisa mengenal dan mencintai budaya mereka melalui permainan digital,” tambahnya. [b]
Thanks for the informations! surely helped my day!
Thanks for the informations! we are use this into our dataset collections
Thank you for the outstanding information you’ve shared on this website. Your commitment to educating and empowering others is truly admirable, and I’m grateful for the impact it has had on me. The articles are not only informative but also engaging, making learning a truly enjoyable experience. Hats off to the team behind this fantastic resource! Thanks! ID : CMT-D04Z077C8BTCTE2YGW
I simply wished to thank you very much once more. I do not know the things I might have carried out without the hints shown by you over this subject matter. Completely was a alarming setting in my position, however , taking note of a skilled avenue you dealt with it made me to jump over contentment. Now i’m happier for the guidance and thus sincerely hope you are aware of a powerful job that you are doing educating men and women through the use of your site. Most probably you haven’t got to know all of us.