Teks Ni Putu Adiari, Ilustrasi Anton Muhajir
Kegagalan panen meningkat. Harga beras terus naik. Ini menjadi fenomena yang ditakuti masyarakat.
Harga beras sudah melambung tinggi. Kegagalan panen banyak dialami petani. Salah satu faktor penyebabnya adalah cuaca yang tidak jelas. Kadang hujan, kadang panas. Tanaman padi yang sudah menguning, artinya siap untuk dipanen, dibiarkan mengering. Karena buahnya sudah rontok.
Kenaikan harga beras, menjadi fenomena yang ditakuti oleh masyarakat. Masalah ini juga dirasakan petani di Desa Ketewel, Sukawati, Gianyar. Banyak warga di desa ini mengurangi makan agar bisa bertahan hidup.
Wayan Nari, salah satu warga Desa Ketewel mengeluhkan tingginya harga beras. Dia harus menghemat pengeluarannya, agar bisa mencukupi kebutuhannya. Penghematan itu, termasuk membeli barang seperlunya saja. Hal paling parah adalah dia dan keluarganya harus mengurangi makan.
Harga beras sekarang naik. Dulu Rp 7.000 per kilogram, sekarang sudah Rp 8.000. Setiap hari Nari menghabiskan 1,5 kg beras. Dia seorang buruh. Gajinya Rp 30.000 per hari. Suami dia seorang buruh ukir. Gaji per harinya Rp 50.000 kalau sedang semangat bekerja. Kalau kondisinya sedang kurang enak, dapat kurang lebih Rp 30.000.
Nari dan suaminya mempunyai 2 anak. Anak pertama kelas 3 SMP sedangkan anak kedua masih kelas 3 SD. Pendapatan per hari mereka kurang lebih Rp 80.000. Untuk beli beras, lauk, biaya sekolah, untuk upacara, habis sekitar Rp 50.000. Belum lagi dia harus bayar utang.
“Jadi uang segitu tidak cukup dalam sehari. Makanya saya harus berhemat sekarang,” kata Nari.
Selain naiknya harga beras, kebutuhan yang lainya juga ikut naik. Seperti waktu ini harga cabai naik mencapai Rp 100.000 per kg nya. Gaji kita tetap segitu. Tetapi harga kebutuhannya naik. Inilah yang membuat kegelisahan dan ketakutan di mana-mana.
Pemerintah harus memerhatikan kehidupan petani. Walau pekerjaannya terdengar sangat rendah, tapi petani sangat berjasa. Jika tidak ada petani, dari mana kita bisa mendapatkan beras.
Sawah-sawah di Bali harus dipertahankan juga. Jangan semuanya dijadikan vila. Memang Bali daerah pariwisata, tapi kita juga harus memerhatikan petani-petani di Bali. [b]