Teks Riri Prabandari, Foto Ilustrasi Internet
Mojang geulis Bandung, Yurina Rahmanisa, membagi pengalaman tentang pentingnya skala dalam karya arsitektur.
Endin, panggilan akrabnya, menjadi pembicara dalam Architects Under Big 3 (AUB3) edisi kelima di Popo Danes, Denpasar Jumat malam kemarin. Dalam empat kali pertemuan sebelumnya, kegiatan bulanan ini menghadirkan arsitektur kaum adam.
Presentasinya yang diberi judul Size Does Matter membahas mengenai keterkaitan antara arsitektur dan master planning. Di malam AUB3, arsitektur muda ini bercerita tentang pengalamannya turut serta dalam mengerjakan beberapa proyek dengan skala berbeda.
Endin membagi fase arsitekturnya dalam empat bagian. Fase pertama adalah Arsitektur – Master Planning – Urban Context – Konservasi. Pada fase ini, Endin berbagi pengalamannya ketika bergabung dengan Pusat Studi Urban Desain pada tahun 2006. Di sini Endin sempat ambil bagian dalam proyek master planning revitalisasi kota tua Jakarta yang memberinya bekal pengetahuan mengenai planning dan pengalaman riset.
Kemudian di tahun 2007 Endin mendapatkan beasiswa untuk studi master di Universita Degli Studi di Torino, Italia. Di sini Endin memperoleh pengetahuan mengenai revitalisasi dari sudat pandang lain, ekonomi.
Fase kedua adalah Arsitektur – Master Planning – High Rise Building, di mana ia bergabung dengan SMC Alsop Singapore. Sewaktu bekerja dengan Alsop, Endin belajar mengenai porsi arsitek dalam mendesain parcel kecil dalam kawasan yang sangat luas.
Merasa cukup berada di negeri orang, selanjutnya pada pertengahan tahun 2009 Endin kembali ke Bali dan kembali pula bekerja untuk GM Architect dan merintis SSXL-Studio.
Fase selanjutnya adalah Arsitektur – Master Planning – Landscape. Dalam fase ini Endin menceritakan desainnya untuk sebuah kompetisi tentang pemanfaatan lahan rusak akibat pertambangan di Pulau Bangka. Proyeknya diberinya nama Babel Eco Park.
Fase terakhir -Fase Keempat yakni Arsitektur – Master Planning – Value Endin beserta kawannya mendesain suatu kawasan villa complex yang diberinya nama Lost Island Residence.
Ruang lingkup arsitektur pada konteks tertentu akan memerlukan sensitivitas spesifik bergantung pada skalanya. Pada skala master planning, peran seorang arsitek bisa sangat mempengaruhi proses dan hasil perancangan selanjutnya. Begitu juga sebaliknya, proses master planning akan ikut menentukan produk arsitektur pada tahap berikutnya. Melalui berbagai proses pada skala berbeda, seorang arsitek akan terbantu untuk dapat melihat dari sudut pandang lebih luas.
Proyek dalam skala master planning atau urban design adalah proyek yang dalam proses desain dan pelaksanaannya membutuhkan peran serta dari banyak pihak dari berbagai disiplin ilmu. Hal ini disebabkan oleh tingkat kompleksitas permasalahan yang ditemui. Hal positif di sini adalah di mana seorang arsitek dapat melihat sebuah isu dari berbagai sudut pandang, misalnya sosial, ekonomi, tata kota, master planning dan sebagainya.
Penyelesain kolaborasi dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu pun akan menjadi lebih bermakna, lebih dari sekadar perubahan fisik yang biasanya tidak akan memiliki keberlangsungan yang panjang.
Tentang Architects Under Big 3:
Architects Under Big 3 (AUB3) adalah sebuah kegiatan bulanan pada jumat pertama tiap bulan- yang dipersembahkan untuk arsitek muda usia dibawah 30 tahun. AUB3 telah ditetapkan menjadi agenda IAI Bali dan tiap peserta yang berprofesi sebagai arsitek akan mendapatkan sertifikat dari IAI Bali yang dapat diambil pada agenda AUB3 di bulan berikutnya.
Dalam kegiatan ini arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi santai. Peserta juga diberi kebebasan untuk memilih ruangannya sendiri -di halaman, ruang makan, rooftop, ruang galeri- dimanapun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya.
Melalui pendekatan ini, arsitek beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur. [b]