Teks dan Foto Anton Muhajir
Lupa menghidupkan lampu di rumah saat bepergian? Tak usah panik. Telepon saja ke hand phone atau telepon seluler (ponsel) di rumah.
Begitu menerima panggilan, ponsel di rumah akan mengalirkan getaran yang menghidupkan saklar di rumah. Otomatis semua lampu di rumah akan hidup. Anda tak perlu menyentuh saklar untuk menghidupkan lampu. Cukup menekan tombol di ponsel.
Untuk menghidupkan lampu lewat ponsel, Anda perlu alat ponsel penghidup ponsel karya siswa SMP 2 Denpasar. Belum ada nama generik alat ini. Jadi, sebut saja ponsel penghidup lampu. Fungsi utamanya memang untuk menghidupkan lampu menggunakan ponsel.
Alat ini dipamerkan murid SMP di jalan Gunung Agung Denpasar Barat tersebut dalam pameran Information and Computer Technology (ICT) Denpasar. Pameran selama tiga hari pada 3-5 September ini diadakan di depan Museum Bali, Denpasar. Selain berisi kegiatan seperti lomba blog, lomba fotografi, cerdas cermat teknologi informasi (TI), dan lain-lain, juga ada pameran produk-produk TI.
Berbagai instansi, lembaga pendidikan, ataupun pengusaha di bidang TI ikut serta dalam pameran ini. Selain SMP 2, lembaga pendidikan yang ikut dalam pameran ini, antara lain SMA 4 Denpasar, SMK 1 Denpasar, SMK TI Global, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Bali, dan lain-lain. Dari instansi pemerintah ada Perusahaan Daerah Air Minum Denpasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Denpasar, dan instansi lain.
Beberapa perusahaan TI di Bali pun hadir, baik jualan perangkat lunak (software), pengelola jaringan, hingga penyedia koneksi. Mereka memamerkan produk-produknya yang sebagian bisa diambil gratis selama pameran. Panitia juga menyediakan mobil layanan internet gratis milik Dinas Informatika dan Komunikasi (Infokom) Kota Denpasar.
Kalau bagi pengusaha pameran ini waktu untuk mempromosikan jualannya, maka bagi para siswa dan mahasiswa, inilah waktu untuk memamerkan karya-karyanya. Begitu pula dengan siswa SMP 2 Denpasar yang memamerkan ponsel penghidup lampu.
Alat ini mereka rakit sendiri berdasarkan konsep yang dibuat gurunya. Prinsip sederhananya, alat akan hidup jika ada sinyal masuk lewat panggilan ataupun pesan pendek. Begitu ponsel menerima sinyal, dia akan mengalirkan energi yang terhubung ke sakral dan mengaktifkan saklar tersebut. Kalau ditelepon lagi, saklarnya akan mati.
“Kalau kita jauh dari rumah dan ingin menghidupkan lampu, kita bisa langsung telepon ke alat ini,” kata Rizkyadi Faisal, siswa Kelas VIII SMP 2 yang membuat alat ini.
Bersama teman-temannya yang ikut pelajaran muatan lokal (mulok) Elektronika, Rizky juga membuat peralatan lain, seperti sensor cahaya. Alat ini berfungsi untuk memberikan suara keras seperti alarm ketika ada orang yang menutupinya.
“Dengan alat ini, kita bisa mengamankan rumah,” kata Putu Wahyu Yana, siswa SMP 2 yang merakit alat ini. Seperti halnya ponsel penghidup lampu, alat sensor cahaya juga dirakit sendiri oleh para siswa tersebut berdasarkan konsep dari guru mereka.
Hingga kini, alat-alat tersebut hanya dibuat untuk keperluan latihan. Para siswa itu belum membuatnya dalam jumlah massal untuk dijual. “Biayanya mahal,” kata Rizky. Ponsel untuk menghidupkan lampu, misalnya, butuh biaya sekitar Rp 300.000,- belum termasuk ponsel bekas yang dipakai untuk ditelepon.
“Kami membuatnya untuk praktik pelajaran saja,” tambahnya. [b]