DPara pegiat penanggulangan AIDS Bali memilih pengurus forum yang baru.
Forum Peduli AIDS (FPA) Bali untuk kali perdana melaksanakan Musyawarah FPA Bali (MUSPA). Pertemuan yang digelar di ruang pertemuan PKBI Daerah Bali ini digelar dengan menggunakan protokol kesehatan pandemi Covid-19. Sebanyak 20 anggota FPA yang terdiri dari individu, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas ini mengenakan pelindung wajah, masker, dan tempat duduk pun dibuat berjarak.
Pandemi COVID-19 pun menjadi isu penting selama pertemuan tersebut selain agenda utama MUSPA I yaitu menetapkan dewan kehormatan kepengurusan FPA Bali periode 2020-2024 dan membahas penanggulangan epidemic HIV di tengah pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19
Untuk merespon kondisi ini, maka dalam MUSPA FPA Bali kali ini juga membahas secara khusus penanggulangan AIDS di tengah Pandemi Covid 19 dengan nara sumber utama Prof. DR. dr. Ketut Tuti Parwati Merati, SpPD-KPTI, FINASIM, selaku pendiri cikal bakal FPA Bali sekaligus sebagai penemu I kasus HIV di Indonesia.
Menurut dr. Tuti Parwati pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai segi kehidupan, termasuk kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kesehatan. “Di tengah pandemi Covid-19, penanggulangan epidemi AIDS memerlukan pendekatan dan strategi yang tepat, termasuk dalam kegiatan penjangkauan, perujukan, pelayanan kesehatan (pengobatan), dan pendampingan pasien HIV,” kata dr Tuti.
Menurut Prof Tuti, pandemi Covid 19 telah mempengaruhi proses penanggulangan AIDS, termasuk proses pelayanan pengobatan bagi orang dengan HIV AIDS (ODHA). Jika dilihat dari data yang ada, hanya sebagian kecil ODHA terkena covid (sekitar 1 persen). Jadi risiko terkena COVID-19 adalah sama untuk semua orang. “Untuk itu, protap kesehatan (cuci tangan, pakai masker, jaga jarak) perlu ditaati oleh semua orang, agar terhindar dari Covid 19,” lanjutnya.
Dokter Tuti menambahkan diperlukan koordinasi intensif antara penjangkau dan petugas layanan kesehatan. Selain itu, distribusi obat ARV juga aperlu diatur sesuai stok obat yang tersedia. Adanya pembatasan mobilitas di era Covid-19, distribusi ARV jadi terganggu, sehingga alokasi dan distribusi obat kepada ODHA juga diatur sedimikian rupa.
Pemerintah terus berupaya menjamin ketersediakan dan distrubsi ARV sehingga kesehatan ODHA tetap terjamain. Diharapkan, dalam situasi pandemi Covid-19 upaya pencegahan dan penanggulangn AIDS di Bali tetap dapat dijalankan secara efektif.
Pengurus Baru
Dalam pertemuan setengah hari itu, FPA membahas aturan organisasi dan kelengkapannya. Para peserta memilih Dewan Kehormatan yang terdiri dari Prof. DR. dr. Ketut Tuti Parwati Merati, SpPD-KPTI, FINASIM; I Ketut Sukanata, SH; I Made Adi Mantara, SH; Ni Luh Putu Nilawati, SH, MH; dan Anton Muhajir. Mereka berasal dari latar belakang termasuk dokter, praktisi hukum, aktivis, dan jurnalis.
Adapun Dewan Pengurus yang ditetapkan adalah Ketua dr Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS; Sekretaris Fais Abdillah; dan Bendahara Dra Flora Yuliana; Ketua Etik Ni Putu Ayu Cempaka R., S.Sos; dan Ketua Pendidikan Drs Efo Suarmiartha, M.Si.
Setelah ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengurus FPA Bali periode 2020-2025, Oka Negara menerima tongkat estafet dari dr Tuti Parwati sebagai pendiri dan Ketua FPA pertama. “Saya berharap forum ini bisa melanjutkan kerja sama apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 apalagi namanya Forum Peduli sehingga membutuhkan komitmen dalam penanggulangan HIV AIDS,” katanya.
Oka Negara melanjutkan bahwa jabatan ini juga menjadi tanggung jawab moral baru terutama dalam penanggulangan HIV AIDS di Bali. Sebab, Oka Negara meyakini bahwa ini sekaligus menjadi bhaktinya. “Ini kepercayaan besar bagi saya dan saya berharap bisa mengembannya dengan baik karena saya yakin seseorang berarti bukan dari gelar, jabatan, dan kekayaan yang dia punya, tetapi dari apa yang dia berikan kepada orang lain,” kata Oka Negara.
Tentang FPA
Forum Peduli AIDS (FPA) Bali merupakan organisasi sosial nirlaba yang beranggotakan pegiat HIV-AIDS (baik perorangan maupun lembaga) untuk mendukung upaya penanggulangan HIV di Bali. Di Bali, Forum lembaga peduli AIDS (FLPA) telah lahir pada tahun 1997. Gerakannya berbasiskan pencegahan, menghapus stigma dan deskriminasi. Dasar lahirnya FLPA waktu itu lebih karikatif dan empati dan berfungsi sebagai media koordinasi, kerjasama, dan media konsultasi.
Menurut Drs. Made Efo Suarmiarta, MSi, FLPA yang lahir tahun 1997, pada tahun 2019 menjadi Forum Peduli AIDS (FPA) yang orientasi gerakannya lebih komprehensif dan memiliki multi fungsi, yakni: sebagai media koordinasi, komunikasi, penguatan kapasitas, dan media advokasi. Diharapkan, FPA merupakan mitra pemerintah dalam mengefektifkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS di Bali.
Kepemimpnan FPA Bali didesain secara kolektif kolegial, mewadahi semua potensi masyarakat Bali untuk penanggualnagn AIDS di Bali. Disamping ketua organisasi, struktur kepemimpinan FPA Bali juga dilengkapi dengan ketua bidang etik dan ketua bidang pendidikan.
Selain itu, dalam operasionalisasi kegiatan program kerjanya, FPA Bali dilengkapi dengan 4 deputi meliputi Deputi Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya, Deputi Kemitraan, Deputi Media dan Advokasi Serta Deputi Penelitian dan Pengembangan (Litbang). [b]