Entah dari mana nama Gunung Abang itu berasal.
Gunung ini lebih tinggi dari Gunung Batur yang berhadapan dengannya. Gunung Batur setinggi 1.717 meter sementara Gunung Abang 2.252 meter.
Perjalanan kami mulai dari Denpasar dengan mengendarai tiga motor. Untuk mendaki Gunung Abang, kami menuju Kintamani, Bangli. Sesampainya di pucuk jalan kita mulai melipir ke timur mengikuti lekukan kaldera berukuran 13,8 x 10 km.
Menurut catatan sejarah kaldera Batur merupakan salah satu yang terbesar di dunia (van Bemmelen, 1949).
Patokan ke dua yakni menuju museum Geopark Gunung Batur. Dari sana kita bisa menuju Desa Abang, patokan jalan terakhir dengan menuju Pura Mangu. Di sini kami sampai tengah malam.
Tim terdiri dari Kris, Uti, Monika, Surya, Suta dan saya. Kami menghangatkan badan di sebuah rumah tua tempat kami memarkir kendaraan, dari sini 10 menit berjalan menuju pos penjagaan Gunung Abang.
Sepanjang perjalanan kami hanya melihat lampu dan Danau Batur yang tampak hitam, sesekali pohon pohon besar menghalangi bintang ketika kami memandang ke atas. Perjalan pertama medan cukup landai sampai menemui pelinggih. Kawan-kawan menyebutnya dengan Pos I Gunung Abang. Di sini kawan-kawan yang beragama Hindu bersembahyang sejenak.
Perjalanan baru terasa menanjak dari Pos I ke Pos II. Kami hanya bisa melihat pemandangan lampu lampu sekitar Danau Batur di sebelah barat. Jalurnya makin rapat. Sesekali akar besar menghalau jalan. Rumput rumput basah membuat celana kami kuyup sampai sebetis.
Satu jam menanjak kita bisa temui Pos II. Kris menyatakan bahwa Gunung Abang cocok untuk pemula. “Bagi yang berminat naik gunung bisa mencoba Gunung Abang sebagai start petualangan,” ungkapnya.
Usai pos II medan makin terjal. Jalurnya lebih rapat dan licin. Usai pos II saya rehat sebentar untuk sahur.
Kami istirahat sekitar 20 menit. Perjalanan pun dilanjutkan menuju puncak Gunung Abang. Keringat mulai keluar dari pori-pori. Badan mulai goyah melangkah menembus hawa dingin dengan melawan angin.
Jarak kami mulai berjauhan. Karena medan yang terjal dianjurkan agar berjauhan. Jika terjadi sesuatu tidak menimpa tubuh orang yang ada di bawahnya. Napas mulai tersengal, dari jarak yang tidak terlalu jauh kami mendongak ke atas, terlihat siluet gapura berlapis kabut, lumut dan tanaman bunga. “Kami tiba di puncak,” teriak Suta.
Kami mencapai puncak 5.55 dini hari.
Usai berpose ria kami istirahat di puncak. Ada yang masak, bicara tukar cerita sampai tertidur karena semalaman berjalan. Dari puncak Gunung Abang ke arah barat terlihat kilatan cahaya kamera dari puncak Gunung Batur.
“Pemandangan di Gunung Abang memang tidak seterbuka dari Gunung Batur, namun saya merasa nyaman di sini,” tutur Surya.
“Mendaki Gunung Batur harus memiliki guide local, sementara para guide dikenal tidak ramah pada pendaki lokal,” tambah Surya.
Usai istirahat di puncak Gunung Abang kami bergerak turun. Dalam perjalanan turun Uti memaparkan bahwa dia baru dua kali naik gunung. Hobinya menyelam bukan ke gunung.
Namun, menurutnya, saat mendaki Gunung Abang kita dihadiahi pemandangan cukup menakjubkan, jika berjalan turun di sebelah kiri kita bisa melihat Gunung Agung dan di sebelah kanan kita bisa melihat Danau dan Gunung Batur.
Pemandangan indah di Gunung Abang tidak berimbang dengan jumlah pendaki yang berkunjung. Hal ini karena di puncak gunung terdapat Pura.
“Biasanya yang naik gunung Abang hanya orang-orang yang ingin sembahyang,” papar Surya.
Lain halnya dengan Monika, wanita ini telah mendaki tiga gunung pada bulan Juli. Gunung yang didakinya adalah Batur, Rinjani di Lombok dan sekarang Gunung Abang. “Gunung Abang sangat nyaman didaki, baik siang maupun malam. Tidak terasa panas karena kanopi pohon menaungi para pendaki sampai ke puncak,” ujarnya.
Kelima pendaki memiliki harapan agar Gunung Abang juga menjadi sasaran pendaki karena pemandangannya yang menakjubkan, tidak panas bila mendaki, menembus hutan hujan tropis sampai ke puncak.
Semoga Gunung Abang bisa terjaga keasriannya. [b]
yup (y)
Batukaru menunggu.
salam kenal,
Kaldera gunung batur merupakan salah satu kaldera terbesar di dunia.
dalam bayangan saya, kaldera gunung batur itu merupakan Gunung api yang besar dan gunung abang merupakan bagian dindingnya. sama seperti teori gunung api purba di danau toba.
apakah itu mungkin ya?
Betul sekali. Sebetulnya Batur yang di tengah itu anakannya, sama seperti di Rinjani yang memiliki anakan. Di Bromo juga, dinding Tengger yang melingkari gunung Batok yang ada ditengahnya. Gunung yang sudah mati seperti di Toba serta Ngoro ngoro di Afrika, masih banyak contoh lainnya.