Kupon bazar saat ini sudah menjadi tren untuk penggalangan dana di Bali.
Keperluannya macam-macam. Ada dana Pura, Banjar, sampai komunitas. Kupon bazar biasanya disebarkan melalui anggota atau krama pura, banjar maupun komunitas tersebut.
Masing-masing akan dibebankan sejumlah kupon bazar untuk disebar.
Kupon bazar ini ada yang bekerja sama dengan pihak ketiga maupun dengan mengadakan bazar sendiri, di mana biasanya truna-truni terlibat langsung dalam bazar itu sendiri. Muda-mudi (truna-truni) terlibat dari pembuatan tempat, mengatur untuk memasak makanan, sampai dalam menghidangkan masakanke pengunjung bazar yang telah membeli kupon bazar.
Penggalangan dana melalui kupon bazar ini sebenarnya sah dan baik-baik saja. Namun, yang menjadi “pengganjal” dalam diri saya adalah bazar yang bekerja sama dengan pihak ketiga, biasanya yang terkait dengan pengadaan paket makanan.
Sebenarnya oke-oke saja, mungkin dilihat dari segi praktis dan efisiensi waktu. Pihak pengadaan kupon bazar tinggal bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menyediakan paket makanan. Biasanya dengan pihak resto-resto sesuai dengan harga yang diinginkan.
Jika pihak ketiganya adalah resto-resto milik orang Bali asli sih saya suka-suka saja. Bagimana dengan kupon bazar yang bekerja sama dengan resto-resto waralaba besar yang sudah mencakarkan kakinya hampir di setiap lampu merah atau lokasi strategis?
Mungkin saya sendiri merasa sedikit galau, kalau bisa dikatakan demikian, dengan hal ini. Mereka ini sudah merupakan resto-resto bermodal besar, kenapa lagi harus didukung dan diuntungkan dengan kupon bazar ini?
Lihat saja penjualan kupon bazar Rp 35.000, mendapatkan paket hemat seharga Rp 25.000 – Rp 30.000. Pihak pelaksana bazar hanya mendapatkan Rp 5.000 – Rp 10.000 sedangkan pihak Resto Besar ini mendapatkan keuntungan lebih besar.
Bayangkan saja. Biasanya minimal kupon yang diedarkan adalah 500 kupon. Berapa keuntungan yang didapatkan oleh Resto Besar ini?
Kalau tidak salah ada beberapa bentuk kerja sama, ada yang berupa mengadakan sejumlah kupon di mana pihak yang mengadakan bazar harus membayar sejumlah kupon yang disebarkan entah laku atau tidak. Bentuk ini biasanya dilakukan oleh Resto Frenchise Besar. Ada juga yang memberlakukan membayar kupon sejumlah yang ditukarkan atau yang laku saja.
Bagaimanapun bentuknya ya tetap saja yang diuntungkan adalah Resto-Resto Besar ini.
Ironis meringis. Ingin menyumbang untuk banjar dan pura namun di sisi lain justru menyumbang “lebih” ke Resto Besar tersebut
Ironis meringis memang, di satu sisi ingin menyumbang untuk kepentingan banjar dan pura namun di sisi lain kita justru menyumbang yang “lebih” ke Resto Besar tersebut. Tidakkah ada cara-cara lain untuk mendapatkan sumbangan?
Bagaimana kalau pihak yang mengadakan sumbangan ini mengganti kupon bazar dengan kupon jumlah sumbangan? Misalnya, setiap kupon berharga Rp 2.000 atau Rp 5.000? Jadi setiap pembeli bisa menentukan berapa dia akan menyumbang sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Toh sama saja khan kalau dipikir-pikir. Beli kupon bazar Resto besar juga menyumbang Rp 5.000 – Rp 10.000. Yang membedakan hanya kita tidak perlu lagi “menyumbang” pendapatan ke Resto besar ini.
Untuk pengadaan Bazar langsung, diadakan oleh pihak yang mengadakan bazar, sih oke-oke saj. Selain untuk mencari sumbangan juga agar terjalin rasa persaudaraan terutama teruna-teruni yang terlibat dalam bazar tersebut.
Ayo, dong Pembaca. Kurangi mengadakan kupon bazar yang bekerja sama dengan pihak-pihak waralaba besar karena yang paling diuntungkan hanya mereka. Apalagi anda yang sering berkoar-koar anti kapitalisme, malah mengadakan penggalian dana dengan Kupon Bazar yang bekerja sama dengan waralaba besar. Kan kontra produktif toh? Hehehehe….
Eh, tapi semuanya terserah Anda, sih. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi bahan pemikiran jika Anda akan mengadakan penggalian dana melalui kupon bazar. [b]
ae seken ajaan ne puk. bli bogel memang yahuddd
tiang belum kepikiran sampai sana, tp kalo dipikir iya sih bener…
orang yang sudah besar dibesarin lagi, apalagi itu milik usaha luar…
namanya bazzar untuk Pura misalnya, kan mestinya makanannya adat bali gitu… biar pas…
maaf jika terdapat salah kata, cuma opini 🙂
Untuk pengadaan kupon bazar, bisa kerjasama dengan kami, resto Amazy, waralaba lokal asli Indonesia. Gerai resto Amazy di Bali dimiliki oleh franchisee yang asli orang bali, sehingga bisa membantu menggerakkan ekonomi lokal, karena Amazy menggunakan bahan baku lokal, tidak import dari luar negeri. Saat ini gerai resto Amazy sudah tersedia di Monang Maning, Dalung, Nusa Indah, Sesetan, Diponegoro, Gelogor Carik (Denpasar). Ada juga di Sukawati, Sakah, Pantai Lebih, Astina Utara Gianyar, Mengwi dan Tabanan
selamat siang kami dari Pan Damar bumbu bali ingin menawarkan kerjasama Bazaar dengan menggunakan produk kami, keuntungan yang di dapatkan oleh penyelenggara bazaar lebih optimal. Karena visi misi kami adalah melestarikan bumbu bali (basa genep) sebagai bumbu khas pulau bali dengan tujuan bumbu bali dapat dikenal secara nasional.
info lebih lanjut mengenai kerjasama bisa kontak kami:
email : pandamarbali@gmail.com
tlp : 081337760881 / 087862288381
tidak salah perusahaan besar seperti MCD di besar2kan, karena sistem yang diajukan oleh mereka itu nyata dan memudahkan masyarakat, mereka besar karena cara mereka yang bagus. menurut saya artikel anda kurang bagus karena tidak ada solusi yang anda berikan, namun hanya ada kata hasutan di artikel ini, saya kecewa melihat artikel ini!!
tidak salah perusahaan besar seperti MCD di besar2kan, karena sistem yang diajukan oleh mereka itu nyata dan memudahkan masyarakat, mereka besar karena cara mereka yang bagus. menurut saya artikel anda kurang bagus karena tidak ada solusi yang anda berikan, namun hanya ada kata hasutan di artikel ini, saya kecewa melihat artikel ini!!
asd
menurut saya sih, yang diuntungkan Perusahaan Besar karena mereka memberi kemudahan kepada kita, tapi saya sebagai seorang siswa yang belum memiliki pendapatan menjadi sedikit dirugikan juga, apalagi jika ada kebijakan mewajibkan harus laku sekian kupon misalnya, jika saya tidak mengikuti kebijakan yang berlaku saya akan dianggap diistimewakan, apalagi jika trend menjual kupon bazzar seperti saat ini menurut saya sudah mulai turun karena adanya ojek online dan sudah tersebarnya perusahaan tersebut dimana-mana, apalagi saya yang sekolah dikota besar yang dekat dengan toko” tersebut, ya sudah pastilah mereka lebih memilih membeli langsung dibandingkan dengan membeli kupon saya yang lebih mahal, apakah karang taruna
Coba mari kita lihat dari kedua sisi ya, memang seperti yang diutarakan diatas benar juga adanya, tapi jangan lupa ada keuntungan juga bagi penyelenggara bazaar dengan memilih bekerjasama dengan waralaba besar seperti KFC & McD:
1. jika anda menyelengarakan bazaar local apakah anda bisa menjual kupon ke kota seberang (misal DPS-GIANYAR-TABANAN) ??? tidak kan? tapi dengan bekerjasama dgn waralaba besar hal itu mungkin dilakukan karena cabangnya sudah banyak tersebar. Efeknya apa? kemungkinan kupon yang bisa dijual bisa puluhan kali lipat! Pastinya penyelenggara ingin mendapat dana yang lebih banyak bukan?
Waralaba besar memiliki sistem yg jelas (dalam hal klaim/penukaran kupon, dan pembayaran). Tinggal menunjuk 1 koordinator dr panitia penggalian danapun bisa! Sedangkan kalau dengan warung/tempat makan lainnya. Tidak perlu DP dan guarantee, berapapun kupon terjual segitu juga yang dibayarkan, tidak ada resiko (dikedua belah pihak) resiko kupon hangus, maupun kekurangan bahan makanan krn stock banyak laku maupun tidak oleh kupon akan tetap dipakai jualan ke umum. Sepenuhnya kita serahkan urusan itu ke penyedia makanan, jd kita bisa fokus ke acar/penggalian dana lain.
(mari pakai usulan diatas, yaitu menggantinya dgn Kupon Sumbangan). Dgn bazaar org akan lebih tertarik untuk membeli, dibandingkan dengan menyumbang dgn membeli kupon sumbangan (kosong). Karna ketertarikan tsb kemungkinan org menyumbang lebih banyak drpd org yg menolak. Apalagi jika proposal/surat atas sumbangan tsb tidak resmi, org lebih dulu antipati, jangan2 yg minta sumbangan malah diusir dr rumah.
saya kira itu sih, jadi tidak perlu mendebatkan lebih baik pakai warung lokal/waralaba, kembali ke kesiapan masing2lah. keduanya ada untung tidaknya.