Daun pisang kering diolah dengan kreatif…
Rambut palsu berbahan cukup kasar dan panas dipasang di kepala…
Jangan lupa, pewarna merah di sekitar mata untuk menambah kesan seram…
Jadilah kamu Memedi!
Ada 10 Sekehe/ kelompok Ngelawang anak-anak yang ikut dalam Parade Ngelawang Galungan yang diadakan di Desa Sumerta Kauh, Kecamatan Denpasar Timur. Banjar Pagan Kaja di Jalan Plawa menjadi titik awal perjalanan mereka hingga berakhir di Banjar Kelandis, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar. Sebelumnya, mereka sempat menunjukkan keahliannya Ngelawang di depan para juri di Banjar Pagan Kelod.
Cerita yang dibawakan cukup variatif dan filosofis. Salah satunya, kisah kekinian tentang memedi yang dibawakan oleh Dananjaya Art.
Dulunya, manusia dan memedi hidup berdampingan secara damai. Namun, keserakahan manusia yang sampai menebang pohon, merabas hutan telah merusak rumah memedi. Mereka pun murka dan berbalik mengganggu manusia. Kisah ini dibawakan dengan kocak ketika memedi mungil ini lupa dengan koreografi tariannya.
Tarian Barong Memedi yang dibawakan oleh anak-anak ini seperti sebuah kerinduan sekaligus kekhawatiran kita pada tradisi penghormatan kepada alam yang semakin memudar.
Laut diurug, hutan beralih fungsi, sungai menjadi pembuangan limbah, dan sebagainya… Yah masa kini…
Muka polos itu saling toleh temannya yang ternyata juga lupa. Juri berwajah serius itu seketika berubah…
Ngelawang biasanya dilakukan sebelum hingga Galungan dengan berkeliling desa, mampir ke satu rumah ke rumah lain. Lawang dari Ngelawang berarti pintu, bahasa kerennya keliling door to door. Masyarakat Hindu Bali percaya, Ngelawang bisa menjauhkan manusia dari pengaruh roh jahat.
keren!!!