19 tahun yang lalu terlahir tak sempurna, itulah Putu Restiti. Kelumpuhan pada kedua kaki membuat Putu tidak leluasa bergerak. Namun Tuhan YME masih memberi mata untuk melihat, kedua tangan untuk berkreativitas dan jiwa yang sehat. Putu Restiti adalah sulung dari lima bersaudara yang semuanya putri. Kondisi adik ketiga bernama Alit tidak seberuntung Putu Restiti, yaitu 11 tahun silam terlahir tak sempurna dengan bentuk organ tubuh yang tidak lazim. Namun, Tuhan YME masih memberikan mata, hati dan tangan yang sehat.
Semenjak Bapak mereka pergi dan kawin lagi, lima putri bersaudara tersebut tinggal dalam asuhan ibu tegar bernama Ni Ketut Widiyani yang sehari-hari bekerja sebagai penjahit di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Praktis, ibu Ni Ketut Widiyani adalah tulang punggung keluarga yang tergolong miskin tersebut. Namun sungguh bersyukur, Tuhan YME memberikan daya tahan dan imajinasi tinggi kepada kelima putrinya.
Terinspirasi dari sajian televisi, Putu Restiti lantas berjibaku dengan kain-kain bekas jahitan sang ibu. Dengan jemari dan daya imaginasi, kain bekas tersebut dirajut menjadi sebuah busana mungil beraneka model. Terciptalah busana kebaya bali, busana pesta, dan lainnya untuk mempercantik ujud boneka Barbie. Boneka mainan yang terkenal di dunia dan harga yang relatif mahal.
Boneka Barbie sangat mirip dengan wanita biasa nan cantik rupawan. Di toko yang khusus menjual mainan, banyak atribut Barbie yang dapat dicari. Mulai dari rumah-rumahan, mobil, teman, peliharaan, bahkan terdapat “butik mini” khusus busana Barbie. Putu Restiti rupanya berkiblat pada kearifan lokal Bali dalam menciptakan busana Barbie, yaitu busana kebaya Bali.
Ketika penulis dan para rombongan jurnalis warga Balebengong.net bertandang ke rumahnya (10 April 2011), si Putu Restiti membeberkan busana kreasinya. Ada yang sudah terpasang di boneka Barbie dan ada terpisah, siap untuk ditawarkan kepada pembeli. Rupanya, hasil karya Putu Restiti sudah diperjualbelikan di Denpasar, namun hanya di beberapa sekolah saja. Harga yang ditawarkan beragam tergantung dari tingkat kemampuan daya beli si pemilik boneka Barbie.
Harapan Putu Restiti adalah, bisa menularkan keterampilan membuat busana Barbie ke adik-adiknya dan masyarakat sekitar, agar mampu menjual lebih banyak lagi produk tersebut. Sehingga, bisa membantu menopang kebutuhan keluarga dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Sebuah keinginan yang mulia dari seorang manusia yang terlahir tak sempurna.
Untuk saat ini, hasil karya Putu Restiti bisa terlihat di website puturestiti.com. Banyak pihak yang kagum atas hasil karya Putu Restiti, berharap bisa mempublikasikannya ke dunia internasional dan mampu meningkatkan nilai hidup bagi dia dan keluarganya.
ini baru hidup. pak hendro ngasi web-hosting untuk website puturestiti.com, saktisoe marketing, iam an angel nyariin kursi roda, dan kami share link beritanya. hahaha..
@luhde: mau dong bantu motoin barbienya.. 🙂
Serius mau fotoin? *berkaca-kaca* PM saya ya? saya sayang banget sama orang baik hati kayak Masnya :’)
Serius. Tak PM ya..
luar biasa,Putu hanya perlu orang yang tepat yg bisa mengembangkan bakatnya.
Salut dengan semangat hidupnya.
Maju terus Putu 🙂
miris denger cerita ttg restiti jg adeknya (alit). oya alit jg bakat gambar lho.
semoga bisa go international!
go restiti go!
amin.
Hebat……..hebat……mengalahkan yang punya kaki kokoh…..sungguh luar biasa…
Waktu melali kemaren kok ga ketemu ya sama restiti dan alit
beda rombongan 😛
Rombongan yang pertama lagi nyantap ikan mujair,he
Kepada semua blogger kat luar… contohilah post nie… walaupun simple..
tapi berisi…