Di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19 ini, ada satu hal yang pasti, adaptasi.
Sejumlah serial webinar yang dihelat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Gojek pada Oktober ini menyajikan suka duka, warna warni adaptasi media, warga, dan pelaku usaha menghadapi pandemi.
Banyak cerita menarik untuk refleksi. Misalnya di media, Rini Yustiningsih, Pemimpin Redaksi Solopos menceritakan dua sisi pandemi. Masih ada warga yang tidak percaya Covid dan kerap nyinyir dengan sajian data serta informasi media dengan tuduhan menakuti-nakuti, namun ada juga perubahan perilaku.
Warung Penyetan di Solo seperti sari laut Lamongan, biasanya menggunakan kobokan untuk cuci tangan, sekarang menyediakan wastafel. Wedangan yang masyur dan menggunakan gerobak juga pasang westafel.
“Budaya wedangan kan kuat, biasanya pesan es teh dan nasi bungkus, tapi saat ngobrol berjam-jam masker dilepas, walau masuknya pakai masker. Ini tantangan kami dalam sosialisasi,” kisah perempuan ini dalam Serial Webinar Regional Jawa-Bali yang menghadirkan dr. Irwan Heriyanto, MARS, Chief of Medical Halodoc dan Michael Reza Say, VP Regional Corporate Affairs Gojek pada 12 Oktober 2020.
Padahal pada 13 Maret adalah masa mencekam karena tiga kasus pertama Covid, salah satunya meninggal, ia pekerja di Pasar Klewer. “Warga heboh, Walikota menyatakan Solo kondisi darurat, situasinya seperti kota mati, sebelumnya hidup 24 jam,” lanjutnya. Pelonggaran mulai Mei, dan kini warung wedangan sudah beroperasi.
Pandemi ini menurut Rini mengubah media, mulai pola produksi, model bisnis, isu media, dan sosialisasi. Misalnya penerapan SoP protokol kesehatan dan wawancara jaga jarak, walau dalam praktiknya susah. Ada juga pembentukan Satgas Covid-19 penegakan protokol dan mitigasi potensi penularan di kantor.
Sistem kerja pun berubah, semua pekerjaan berbasis digital dilakukan dari rumah. Kecuali koran karena ada layout, koreksi, dan lainnya. Jika biasanya redaktur tiap hari ke kantor, dikecualikan bagi yang mukim di luar kota. Rapat redaksi pun dilakukan virtual, seperti proyeksi dan budgeting.
Sebagai siasat, event dihelat online misalnya UMKM Virtual, dan nyaris tiap hari livestreaming IG, FB, atau Youtube. Termasuk kunjungan virtual, karena dibatasi 5 orang saja jika ke kantor Solopos.
Konten media reguler adalah update Covid dan distribusi bantuan sosial. “Banyak warga tak percaya Covid misal saat memberitakan kluster rumah makan dikira mematikan usahanya. Tantangan kami mendudukan persoalan dengan data dan narasumber relevan,” lanjut Rini. Materi edukasi dibuat populer seperti Jon Koplo versi kartun dan game.
Catatan kritisnya, di SoloRaya yang terdiri dari 6 kabupaten dan satu kota belum ada sinergi penanganan. Misal jam operasi mall, ada yang menentukan pembatasan dan tidak. Tak heran, ada warga Solo ke Sukoharjo karena tidak menerapkan jam operasi mall. Di sisi lain, warga yang paling terdampak dengan terus meningkatnya kasus adalah kelas menengah ke bawah seperti buruh gendong dan pedagang asongan.
Di sisi lain, dr. Irwan Heriyanto, MARS, Chief of Medical Halodoc mengaku cukup miris dengan warga yang emoh dengan fakta Covid. “Pengennya kami tak percaya juga, tapi melihat rekan terkapar,” sesalnya. Banyak warga yang baru meyakini jika sudah kena, dan ini menurutnya harus dihindari. Bagaimana melindungi diri selama pandemi.
Penggunaan masker misalnya, kecenderungannya agar tidak ditegur, jadi karena budaya malu bukan untuk melindungi. “Coba hitung tetesan droplet di keyboard setelah bicara, banyak sekali. Belum aerosol, pasti lebih jauh lagi penyebarannya. WHO rekomendasikan jaga jarak ideal 1,8 meter,” jelasnya.
Kisah menarik lain juga muncul di Serial Webinar Regional Indonesia Timur menghadirkan Sunarti Sain, Pemimpin Redaksi Harian Radar Selatan, Anandita Danaatmadja, VP Regional Strategy – Gojek East Indonesia, dan dr. Theresia Novi, Sp.PK, Ketua Komite Medik Halodoc pada 16 Oktober 2020.
Sunarti Sain menyebut media tetap dituntut konten berkualitas, di sisi lain bertahan menghadapi disrupsi dan situasi pandemi ini. Perubahan di medianya selain work from home adalah mempelajari virus ini.
Termasuk perubahan yang terus terjadi, dari positif jadi terkonfirmasi suspect Covid-19. “Paling krusial, ada kelompok yang percaya teori konspirasi. Bagaimana menghadapi masyarakat yang tidak percaya Covid,” sebutnya.
Dari segi bisnis, program yang dirancang 2020 banyak ditunda. Terjadi penurunan pendapatan, pemutusan kontrak, dan membatalkan rencana yang sudah dibangun. “Bisnis media beda dengan yang lain, harus tegak berdiri dan hadir memberi informasi,” yakinnya. Cara media beradaptasi seperti di Radar Selatan adalah menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat dan ikut membagikan safety kit (masker dan handsanitizer) kepada jurnalis lain.
Selain itu tidak mengizinkan tamu atau karyawan masuk kantor jika sakit, tidak menerima tamu di ruang redaksi, melengkapi jurnalis dengan APD termasuk hazmat di kantor jika dibutuhkan. Mitigasi di sektor keuangan pun dilakukan seperti efisiensi biaya, revisi target, dan menata ulang prospek iklan. Mengoptimalkan aturan relaksasi dari pemerintah dari pajak misal PPH 21, PPH badan, dan subsidi pemegang BPJS Ketenagakerjaan.
Konten yang memotivasi juga jadi perhatian. Ia menyontohkan gerakan guru mendatangi siswa di desa terpencil di Bulukumba. Tak ada akses internet, anak-anak harus tetap belajar, guru bergiliran ke rumah warga dengan mengenakan masker.
Ada juga Program Pangan untuk Semua, mengumpulkan sembako untuk 250 KK di Kabupaten Bulukumba. Komunitas pesepeda, Sepedawati urun menjahit masker kain dan dibagikan gratis pada jurnalis dan warga. Karena kesulitan masker di awal pandemi, harganya meroket.
Pihaknya juga membentuk 20 jurnalis warga di 20 desa tersebar di beberapa kecamatan di Bulukumba. “Pola citizen journalism ini jadi alternatif, warga dnegan kemampuan jurnalistik dasar ikut berperan dan mengisi media lokal,” sebutnya.
Tentang konspirasi Covid, dr. Theresia Novi, Sp.PK, Ketua Komite Medik Halodoc ini tak memungkiri karena banyaknya sebaran hoaks. Ia membahas sejumlah isu yang tersebar di masayarakat, misal gigitan nyamuk tidak menularkan Covid karena nyamuk bukan vektornya. Menggunakan masker saat olahraga kini ada rekomendasi terbaru agar sebaiknya tidak menggunakan masker tapi pencegahannya lebih ke jaga jarak. “Saat olahraga, kita lebih cepat basah, lembab, berkeringat, dan sulit bernafas,” demikian argumentasinya.
Penggunaan masker dalam waktu lama tidak menyebabkan kekurangan oksigen. Karena sudah pernah menghitung saturasi oksigen saat bermasker, dan cukup bagus untuk sejumlah jenis masker.
Tips jaga kesehatan diri, cukup mudah seperti sediakan cadangan masker dalam tas dan handsanitizer, hindari memegang masker dan wajah dengan tangan kotor, jaga imunitas tubuh dengan makanan bernutrisi, olahraga, dan istirahat cukup. Matahari dinilai bagus untuk mengaktifkan vitamin D.
Plaform kesehatan HaloDoc disebut menghubungkan ke sejumlah layanan kesehatan berlisensi. Menyederhanakan layanan dengan teknologi, dan menghubungkan lebih 20 ribu dokter. Ada juga chatbot AID untuk deteksi risiko dini Covid-19 dan menyediakan drive thru rapid test.
Anandita Danaatmadja, VP Regional Strategy – Gojek East Indonesia meyakinkan konsumen untuk peduli dengan adaptasi layanan digital. Gojek mengampanyekan J3K, jaga kebersihan, kesehatan, dan keamanan. “Upaya perusahaan memberi ketenangan saat memesan,” sebutnya. Penerapannya di seluruh ekosistem Gojek, layanan transportasi sampai pembayaran. Diikuti lebih dari 2 juta mitra driver, dan lebih dari 190 juta pelanggan. Pilar kesehatan melalui pengecekan suhu tubuh di posko aman yang tersebar di sejumlah titik, driver bisa rutin mengecek suhu tubuh.
Di pilar kebersihan, ada protokol kebersihan, pilihan informasi mitra yang menerapkan, dan titik disinfeksi kendaraan. Untuk keamanan zona nyaman bagi pelanggan, ada sekat pelindung di layanan GoCar, GoRide, informasi suhu tubuh dan status disinfeksi kendaraan di aplikasi. Selain itu pengantaran tanpa kontak fisik, nontunai, dan pilihan GoFood Pickup untuk pelanggan yang mengambil langsung.
Di masa ketidakpastian ini, adaptasi dan siasat terus berinovasi di layanan digital adalah harapan untuk terus berinteraksi dan saling memotivasi. Hal senada dilakukan BaleBengong, media warga yang mengajak warga membahas kebijakan dan perilaku menghadapi Covid di media sosial sejak awal pandemi hingga kini. Sebagai apresiasi untuk warga dan merespon aksi-aksi solidaritas dan saling bantu selama pandemi, Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2020 mengangkat tema Urun Daya Warga Menghadapi Corona. Hasilnya, hampir 100 karya teks, video, dan ilustrasi beragam tema dan pesan dari warga.
Tolong Pemerintah Bisa Bantu Kami pelaku usaha Transportasi dengan keringan Pajak Kendaraan.