Menarik garis lurus dari jalan Sudirman ke jalan MH Thamrin di Jakarta sudah terlalu biasa.
Hal tidak biasa adalah menarik benang merah dari tiga isu berbeda yaitu kasus di Pulau Bangka, kasus di Manggarai, dan kasus Bali Tolak Reklamasi.
Semua kasus di atas tidak mengindahkan pelestarian alam dan jelas mengganggu tata nilai dari kehidupan masyarakat setempat.
Dalam kasus Bangka banyak elemen memberi perhatian terhadap pembelaan kasusnya seperti Slank, Greenpeace, Walhi, Tunas Hijau, LMND dan Change.org. Namun, sampai saat ini kasusnya masih berlanjut.
Di kasus Bali Tolak Reklamasi banyak tokoh penting menolak. Musisi papan atas, seniman, budayawan, masyarakat serta elemen lain menyatakan hal sama. Namun, massa aksi Tolak Reklamasi yang sering turun ke jalan ribuan orang tanpa dibayar terus saja tak digubris suaranya.
Ada pola kebuntuan yang sedang berlangsung, di mana pemerintah yang diamanatkan rakyat justru tak mendengar suara rakyat.
Hal ini dikatakan Nana salah seorang aktivis Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) yang pada Car Free Day kali ini mengkoordinir aksi Minggu kemarin.
Dalam aksinya selama tiga jam juga melakukan aksi simpatik, penggalangan dana untuk #savebanggaisland, teaterikal serta diakhiri Menolong dari aktivis Klub Indonesia Hijau regional 01 Jakarta.
Beberapa pembubuh tanda tangan ketika dimintai keterangannya memaparkan bahwa potensi yang ada justru harus dikembangkan, bukan dirusak. Eric pelaku Car Free Day mengharapkan agar alam pantai bisa lestari, tidak ada pengurukan seperti yang terjadi di Bangka, Pulau Serangan di Bali serta yang mau dilakukan investor pada Teluk Benoa.
Beberapa mahasiswa asal Sumba, Manggarai yang kuliah di UIN Jakarta juga mengeluhkan tentang seringnya pemerintah tidak mengundang masyarakat dalam membuat kebijakan.
Aksi Tolak Pengrusakan Lingkungan ini diakhiri pukul 11.00 setelah sebelumnya ditutup dengan Menolong.
Dalam menolongnya yang disampaikan aktivis KIH, ada pesan yang tersirat, bahwa selama ini proses pengerusakan lingkungan dilakukan di banyak tempat di Indonesia.
Benang merah ketiganya adalah permintaan pasar global, sehingga investor berdalih dengan alasan itu.
Yang berikutnya adalah penegakan hukum yang kurang serta faktor ekonomi masyarakat sehingga investor memgiming imingi dengan dalih kesejahteraan. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah masyarakat jadi tamu di tanahnya sendiri ungkapan terletup dari menolong sebagai penutup. [b]
Save the ocean for our future