• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup

Sinema Bentara tentang Edukasi Bencana

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
21 October 2018
in Gaya Hidup
0 0
0

Sinema juga bisa menjadi media pendidikan tanggap bencana.

Selama dua hari, 19 hingga 20 Oktober 2018, Bentara Budaya Bali (BBB) menghadirkan program Sinema Bentara yang secara khusus mengetengahkan film cerita dan dokumenter terpilih dalam bingkai tajuk “Kebencanaan, Mitigasi dan Kemanusiaan”.

Selain pemutaran film ada pula diskusi untuk menumbuhkan budaya sadar bencana dan mendorong publik sigap menghadapinya.

Tampil Shusi Susilawati, peneliti, pembuat konten dan praktisi Disaster Risk Reduction (DRR) sebagai pemateri. Ia juga penulis naskah dan produser film dokumenter Repdeman (Merawat Ingatan Tsunami Mentawai 2010), salah satu film yang turut ditayangkan pada program Sinema Bentara ini.

Adapun tematik Sinema Bentara yang dipilih kini terkait kejadian bencana di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah. Tujuannya membangun kesadaran sigap tanggap perihal kebencanaan, berikut upaya transfer pengetahuan yang diharapkan dapat mendorong adanya perubahan cara pandang dalam menyikapi fenomena alam tersebut.

Terlebih melihat kenyataan bahwa Indonesia memang secara alami dilalui dua rangkaian pegunungan besar dunia, yaitu Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik, serta menjadi titik pertemuan Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Indonesia rawan terhadap bencana gempa bumi, letusan gunung api, hingga tsunami.

Dengan demikian, bencana alam merupakan keniscayaan yang harus diterima dan dikelola agar dapat meminimalisir dampaknya.

Shusi Susilawati juga terlibat sebagai peneliti Ekspedisi Sesar Palu-Koro. Dia mengungkapkan bahwa melalui film Repdeman ini ia bersama sejumlah peneliti dan praktisi lain, termasuk jurnalis, berupaya mendokumentasikan aset pengetahuan dari masyarakat Mentawai tentang peristiwa Tsunami 2010 serta bagaimana mereka menyikapi bencana tersebut dan bertahan.

Ia menyebut film tersebut adalah inisiatif proyek independen dan swadaya.

Menurut Sushi aset pengetahuan tentang bencana penting untuk didokumentasikan, supaya tidak hilang, tetap terjaga dan terawat sebagai warisan serta pembelajaran bagi generasi akan datang. “Sebab bencana merupakan sebuah siklus dan pengulangannya belum tentu terjadi di generasi kita, tapi mungkin puluhan tahun yang akan datang. Maka penting agar aset pengetahuan dan pengalaman itu tidak hilang begitu saja,” ungkapnya.

Ia pun menyatakan keinginannya untuk suatu saat nanti dapat mendokumentasikan aset pengetahuan tentang kebencanaan di titik-titik lain di Indonesia, misalnya di Pesisir Selatan Jawa. Pendokumentasian melalui film ini juga salah satu upaya untuk menjembatani kesenjangan komunikasi dan pengetahuan antara praktisi dan peneliti, atau ilmuan, dengan masyarakat luas.

Sumber Spiritualisme

Selain Repdeman, yang disutradarai Dandhy Laksono, film-film lain di Sinema Bentara adalah La Soufrière (Jerman, Dokumenter, 1977, Durasi: 30 menit, Sutradara: Werner Herzog), Ekspedisi Gunung Agung (Indonesia, Feature-Dokumenter, Durasi : 44 menit, Produksi Kompas TV, 2017), Hafalan Shalat Delisa (Indonesia,Film Cerita, 2011, Durasi: 150 menit, Sutradara: Sony Gaokasak) dan Light Up Nippon (Jepang, 2012, Dokumenter, Durasi: 28 menit, Produksi The Japan Foundation).

Selain itu, ditayangkan pula video edukasi Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi Bencana produksi BNPB.

Program ini didukung Bioskop Keliling Kemendikbud RI – BPNB Bali, NTB, NTT, Goethe Institut Indonesien, Kompas TV, Watchdoc Documentary, BPPT, ITB serta Guerilla, JapanFoundation, juga Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) dan Udayana Science Club.

Melalui film Hafalan Shalat Delisa, penonton menyaksikan bagaimana Delisa, gadis kecil yang selamat dari bencana Tsunami Aceh, berupaya bangkit di tengah kehilangan dan kesedihan ditinggal orang-orang terkasihnya.

Sementara Light Up Nippon mendokumentasikan proyek peluncuran kembang api di 10 daerah yang terkena bencana secara serentak. Secara tradisional, kembang api di Jepang merupakan media untuk mengenang para korban dan juga merupakan simbol harapan serta doa yang bertujuan bagi pemulihan dan ketenangan jiwa.

Pemirsa Sinema Bentara juga dapat meresepi dan menghayati kearifan atau local wisdom melalui film feature – dokumenter Ekspedisi Gunung Agung. Gunung Agung memang sumber spiritualisme masyarakat Bali, namun juga terbilang masih aktif dan menyimpan potensi letusan yang hingga kini belum dapat diprediksi secara pasti sebagaimana terjadi tahun 2018 ini.

Sutradara legendaris Jerman, Warner Herzog, sempat merekam perjalanannya mengunjungi sebuah pulau ketika gunung api diperkirakan meletus melalui La Soufrière (1977). Bersama tim produksinya ia membentangkan tayangan jalan-jalan sepi seraya mewawancarai satu-satunya petani yang bersiteguh memilih tetap tinggal di pulau tersebut. [b]

Tags: BencanaBentara Budaya BaliSinema
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Menghormati “Ibu” lewat Pameran Ibu Rupa Batuan

Menghormati “Ibu” lewat Pameran Ibu Rupa Batuan

9 September 2019
Energi Kosmik Gigantik dalam Kanvas Sumadiyasa

Energi Kosmik Gigantik dalam Kanvas Sumadiyasa

28 July 2019
Oka Rusmini Lahirkan Buku Kembar Buncing

Oka Rusmini Lahirkan Buku Kembar Buncing

15 July 2019
Mengungkap Sisi Lain Bali lewat Seni Video

Mengungkap Sisi Lain Bali lewat Seni Video

19 March 2019
Menyajikan Keberagaman Arsitektur dalam Crafting the Archipelago

Menyajikan Keberagaman Arsitektur dalam Crafting the Archipelago

12 February 2019
Next Post
Sorotan Sinar UWRF untuk Penulis Muda dan Perempuan

Sorotan Sinar UWRF untuk Penulis Muda dan Perempuan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia