• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, June 14, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Agenda

Sorotan Sinar UWRF untuk Penulis Muda dan Perempuan

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
1 November 2018
in Agenda, Berita Utama, Budaya
0 0
0
Sapardi mendapat penghargaan pencapaian hidup. Foto UWRF

 Bagaimana perjalanan dan arah lampu sorot festival sastra besar tahun ini?

UWRF menganugerahkan Lifetime Achievement Award kepada salah satu penulis paling dicintai di Indonesia yang masih berkarya hingga usia senja Sapardi Djoko Damono. Pembaca dan penulis belia mengenal dan menikmati karya penulis 87 tahun yang sigap berdialog dengan pembaca mudanya ini.

Penghargaan ini diberikan atas dedikasi Sapardi di dunia sastra Indonesia dan karya-karyanya yang luar biasa. Sapardi mengisahkan perjalanan sastranya dan mengungkapkan ucapan terima kasih kepada para penyunting buku-bukunya, yang baginya juga memiliki peran besar dalam karir kepenulisannya. Sapardi juga berharap UWRF menjadi festival sastra yang lebih besar dan dikenal. “Terima kasih atas penghargaannya dan saya berharap UWRF akan semakin besar dan dikenal di masa mendatang,” ujar Sapardi.

Pada Kamis (25/10/18) di Neka Museum, UWRF dibuka dengan sambutan dari Susi Pudjiastuti. Kehadiran Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia ini dalam panel diskusi Sink It juga menjadi magnet tersendiri bagi UWRF 2018. Dimoderatori oleh Rebecca Henschke dari BBC News Indonesia, sesi ini membahas berbagai hal menarik mulai dari kasus kapal pemancingan ilegal, pentingnya kekuatan maritim di Indonesia, polusidan limbah di laut Indonesia, hingga isu maritim internasional.

Menteri KKP Susi Pudjiastuti. Foto UWRF

Hari pertama UWRF juga semakin semarak dengan kehadiran Sapardi Djoko Damono, Warih Wisatsana, Gratiagusti Channaya Rompas, dan Andre Septiawan dalam panel diskusi Higher Self. Para penyair dari generasi berbeda ini mengungkapkan sumber inspirasi penciptaan puisi, penemuan jati diri lewat puisi, hingga isu-isu menarik yang bisa diolah menjadi sebuah puisi.

Pada Jumat (26/10/18), UWRF menghadirkan sesi Twenty Years Later bersama penyair sekaligus pegiat asal Bali Saras Dewi dan Presiden Direktur Mizan Group sekaligus penulis buku Islam: The Faith of Love and Happiness Haidar Bagir. Sesi ini secara khusus mendiskusikan mengenai hal-hal yang belum berhasil dicapai Indonesia dalam era reformasi, kebebasan politik di Indonesia, hingga tingginya tingkat intoleransi di negeri kita tercinta.

Sesi Envolving Islam yang menghadirkan Janet Steele, Sidney Jones, Haidar Bagir, dan Dina Zaman juga cukup menyita perhatian. Pembahasan mengenai kemiripan dan perbedaan Islam di Indonesia dan Malaysia hingga kebijakan politik yang dibuat berdasarkan Islam didiskusikan secara mendalam oleh para pembiacara ahli tersebut.

Di samping pembahasan politik dan agama, para pencinta film juga cukup dimanjakan dengan sesi mengenai film, yaitu sesi The Seen and Unseen bersama sutradara berbakat Kamila Andini. Sesi yang dimoderatori oleh Uphie Abdurrahman ini mengulik alasan Kamila membuat film yang emosional dan menyentuh hati, tema serta visualisasi film Sekala Niskala, hingga perjalanannya dalam mendanai film tersebut.

Pada Sabtu (27/10/18), UWRF menggelar sesi The Pledge di Taman Baca bersama peraih Online Indonesian Language Reviewer Award dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Ivan Lanin, penulis esai berbahasa Inggris In The Hands Of a Mischievous God Theodora Sarah Abigail, penulis sekaligus pendiri Comma Books Rain Chudori, penulis Myth, Magic dan Mystery in Bali Jean Couteau. Sesi ini mengulik penyebab kesalahan berbahasa hingga banyaknya generasi muda Indonesia yang kini lebih memilih untuk bercakap dalam bahasa asing di kehidupan sehari-hari mereka. “Akan sangat tepat jika di Indonesia ini diterapkan perencanaan bahasa.

Karena tanpa perencanaan bahasa, membiarkan orang berbahasa seenaknya seperti membiarkan orang mengemudi seenaknya, ujar Ivan Lanin. “Para milenial menganggap rendah bahasa Indonesia dan bahasa daerah karena mereka tidak tahu apa yang bisa dibanggakan dari bahasa tersebut.
Untuk itu, kita harus mengingatkan kembali bahwa bahasa kita pantas untuk dicintai. Tidak hanya membuat mereka peduli pada bahasa kita tetapi yang juga kepada negara kita,” sambung Theodora Sarah Abigail.

Yang juga menjadi highlight dari UWRF 2018 adalah hadirnya lima penulis emerging yang dipilih dari Seleksi Penulis Emerging Indonesia yang datang dari beberapa kota di pelosok Indonesia, untuk tampil dalam sesi-sesi diskusi bersama pembicara-pembicara terkenal dunia dan meluncurkan buku Antologi 2018. Andre Septiawan dari Pariaman, Reni Nuryanti dari Aceh, Rosyid H. Dimas dari Yogyakarta, Darmawati Majid dari Gorontalo, dan Pratiwi Juliani dari Rantau hadir dalam sesi UWRF Indonesian Emerging Writers 2018 pada Minggu (28/10/18).

Yenny Wahid, anak perempuan Gus Dur di UWRF. Foto: arsip UWRF

Pada hari terakhir, UWRF 2018 juga menghadirkan Against All Odds bersama Yenny Wahid. Tingginya antusiasme dan banyaknya pertanyaan dari para peserta festival yang hadir membuat sesi tanya jawab dengan Yenny Wahid dilanjutkan di Green Room Neka Museum.

Panel diskusi penutup yang digelar di Indus Restaurant menghadirkan Fifteen Years of UWRF sebagai perayaan tahun ke-15 UWRF. Janet DeNeefe menjadi panelis sesi, ditemani oleh Ketut Suardana, Kadek Purnami, dan I Wayan Juniarta. Dengan dimoderatori oleh Alistair Speirs, sesi ini mengungkapkan bagaimana perjalanan UWRF sejak 15 tahun yang lalu, bagaimana program-program diolah sebelum disajikan untuk para pencinta sastra dan penggemar seni, bagaimana orang-orangdi balik festival bekerja keras untuk menghadirkan festival agar dapat diterima oleh semua kalangan dan generasi.

“Kami menghadirkan panel untuk melihat bagaimana efek dari sosial media terhadap lanskap sastra. Jika kalian melihat buku program kami tahun ini, kalian bisa melihat meningkatnya jumlah penulis muda dan penulis wanita dari yang sudah mendapat nama maupun yang masih merintis karir kepenulisannya. Meski orang-orang di balik festival ini menua, tetapi festival ini sendiri justru semakin muda. Kita mengadaptasi demografi baru para peserta festival. Festival ini pun tidak akan selamanya menjadi festival sastra, seni, dan budaya saja. Suatu hari nanti, bisa saja Ubud Writers & Readers Festival menjadi sebuah festival multidisiplin yang paling dinantikan di dunia,” ujar I Wayan Juniarta selaku Indonesian Program Manager UWRF.

“Bagi saya festival ini lebih dari sekedar festival kepenulisan. Ini juga merupakan festival yang membahas isu global seperti hak asasi manusia, festival yang juga menampilkan kesenian. Di sini, ada banyak hal yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Kami semua berharap festival ini akan semakin besar dan berkembang dengan program-program yang lebih kaya dan beragam,” tutup Janet DeNeefe selaku Co-Founder & Director UWRF.

Lima belas tahun yang lalu, Ubud Writers & Readers Festival diselenggarakan pertama kali sebagai upaya penyembuhan atas tragedi dari bom Bali. Kini, UWRF telah menjadi wadah bagi para penulis, seniman, sutradara, pegiat, dan cendekiawan dari seluruh dunia untuk merayakan gagasan, ide, serta kisah-kisah hebat mereka.

Dari Indonesia ke Jepang, Pakistan ke Inggris, Spanyol ke Vietnam, lebih dari 180 pembicara dari 30 negara termasukIndonesia berkumpul di UWRF untuk merayakan tahun ke-15 festival. Pada tanggal 24-28Oktober lalu, UWRF telah berhasil menghadirkan lebih dari 200 program acara mulai dari panel diskusi, lokakarya, acara spesial, pemutaran film, peluncuran buku, pameran seni, pertunjukkan musik, dan masih banyak lagi.

Dimulai pada hari Rabu (24/10/18) sore, UWRF menggelar Press Call di Desa Visesa Ubud bersama Founder Yayasan Mudra Swari Saraswati Ketut Suardana dan Janet DeNeefe serta pembicara-pembicara utama UWRF 2018 seperti salah satu penulis terbaik dari Inggris Hanif Kureishi, penulis dan jurnalis pemenang penghargaan Reni Eddo-Lodge, penulis sekaligus arsitek Avianti Armand, dan penulis muda Indonesia berbakat Norman Erikson Pasaribu. Pembahasan mengenai feminisme, keberagaman, kebebasan berekspresi, sastra yang berkembang dan manfaatnya yang meluas terangkat pun dalam tanya jawab bersama para pembicara dan jurnalis yang hadir dalam Press Call tersebut.

Selain itu, Press Call ini juga menjabarkan penjelasan menarik mengenai ‘Jagadhita’ atau ‘The World We Create’ sebagai tema yang diangkat tahun ini, yaitu tentang pencarian manusia akan kebahagiaan di dalam dunia yang kita ciptakan. Janet DeNeefe juga menceritakan perjalanan festival hingga telah memenuhi salah satu misinya menjadi jembatan bagi para penulis Indonesia agar karyanya lebih dikenal dunia.

“Ketika kita merenungkan 15 tahun terakhir dan bagaimana festival telah berkembang, ketika kita melihat kembali interaksi antara para penulis dan pembaca Indonesia dan internasional, sekiranya ada satu hal yang cukup jelas. Sebagian besar peserta festival awalnya mengatakan bahwa mereka tidak tahu apapun tentang penulis Indonesia, tetapi sekarang telah berubah. Orang-orang duduk [di panel diskusi UWRF] dan benar-benar memperhatikan,” ujarnya.

UWRF resmi dibuka dalam acara Gala Opening pada Rabu (24/10/18) malam di Puri Agung Ubud. Menteri Luar Negeri Indonesia tahun 2009-2014 sekaligus penulis Does ASEAN Matter: A View From Within Marty Natalegawa hadir dalam acara tersebut untuk memberikan sambutan dan membuka perayaan sastra, seni, dan budaya terbesar di Asia Tenggara ini.

Tags: festival sastra di indonesiaUWRF 2018
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

Ivan Lanin: Keminggris Itu Hal yang Lazim, Bukan Ancaman

Ivan Lanin: Keminggris Itu Hal yang Lazim, Bukan Ancaman

22 November 2018
Tragedi Penghilangan Paksa 1998 dalam Film Laut Bercerita

Tragedi Penghilangan Paksa 1998 dalam Film Laut Bercerita

2 November 2018
UWRF Turut Bantu Korban Gempa Lombok

UWRF Turut Bantu Korban Gempa Lombok

6 September 2018
Jagadhita, Tema Ubud Writers & Readers Festival 2018

Nama-nama Terkemuka di Pembicara UWRF 2018

1 August 2018
Jagadhita, Tema Ubud Writers & Readers Festival 2018

Jagadhita, Tema Ubud Writers & Readers Festival 2018

13 March 2018
Seleksi Penulis UWRF 2018 Telah Dibuka!

Seleksi Penulis UWRF 2018 Telah Dibuka!

7 December 2017
Next Post
Tragedi Penghilangan Paksa 1998 dalam Film Laut Bercerita

Tragedi Penghilangan Paksa 1998 dalam Film Laut Bercerita

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Penciptaan Ancaman di Pulau Para Jagoan

14 June 2025
Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia