Juli ini, Sinema Bentara kembali hadir.
Sinema Bentara menghadirkan aneka tematik serta film terpilih lintas bangsa. Agenda ini tak sekadar penayangan film yang berulang, namun dipadukan juga dengan diskusi atau workshop sebagai transfer pengetahuan bagi publik lebih luas.
Juli ini, Sinema Bentara kembali digelar dalam konsep Misbar atau layar tancap di open air Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No. 88A, Ketewel, Gianyar. Selama tiga hari berturut-turut pada Jumat-Minggu, Sinema Bentara memutar film dengan tajuk “Kisah Anak Segala Bangsa”. Tema itu sejalan dengan peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh setiap 23 Juli.
Sinema-sinema terpilih kali ini berkisah mengenai kehidupan sehari-hari, hingga beragam masalah yang dihadapi oleh anak-anak dari berbagai bangsa dengan latar kultur berbeda. Film-film ini juga pernah diputar di berbagai festival film dan meraih beragam penghargaan.
Film-film tersebut adalah Tembang Pulang (Indonesia, 2011, Koes Yuliadi); Rena Asih (Indonesia, 2014, Lingga G. Permadi); Pünktchen und Anton (Jerman, 1953, Thomas Engel); Life is Beautiful (Italia, 1997, Roberto Benigni); Taare Zameen Par – Like Stars on Earth (India, 2008, Aamir Khan); A Cat in Paris (Prancis, 2010, Jean-Loup Felicioli dan Alain Gagnol).
Program ini kali ini merupakan kerja sama Bentara Budaya Bali dengan Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Konsulat Jenderal India dan Indian Cultural Centre di Bali, Lelare Production, Endeavor Creative Media, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Française de Bali dan Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien.
Pada hari pertama misalnya, film yang disutradarai Aamir Khan, Taare Zameen Par – Like Stars on Earth diputar bersama sinema pendek dari Indonesia, Tembang Pulang (Koes Yuliadi). Like Stars on Earth meraih penghargaan film terbaik dan sutradara terbaik pada Filmfare Awards 2008 dan terpilih sebagai India’s official selection untuk Academy Awards ke-81 kategori Best Foreign Film.
Yang juga tidak kalah menarik yakni film Rena Asih karya sutradara Lingga G. Permadi, dikemas secara satire, kisah seorang anak bernama Damar dengan ibunya Asih. Film pendek ini merupakan peraih Karya Terbaik 1 Festival Film Edukasi 2015 Kategori Umum Tingkat Nasional, Film Terbaik Fiksi Pendek Festival Film Yogyakarta 2014, Film Terbaik Fiksi Pendek Malang Film Festival 2014. Sinema yang pemutarannya disandingkan dengan Life is Beautiful, salah satu film masterpiece Italia, akan ditayangkan pada hari kedua.
Sementara sebagai pemungkas screening hari ketiga akan diputar sinema hitam putih Jerman Pünktchen Und Anton dan animasi Prancis, A Cat in Paris.
Sinopsis Film
Rena Asih
(Indonesia, 2014, Durasi: 25 menit, Sutradara: Lingga G. Permadi, Kategori: SU)
Didukung oleh Endeavor Creative Media
Damar mempunyai keinginan membeli kaos tim sepakbola kebanggannya. Ia menabung setiap hari untuk membeli kaos bola tersebut. Di saat yang bersamaan ibunya yang bernama Asih mendapat surat tagihan biaya dari sekolah. Ibu Asih mencoba merahasiakan surat tersebut dengan berbohong karena Ibu Asih tidak mempunyai biaya. Ibu Asih mencoba menyembunyikan masalah tersebut agar tidak menjadi beban Damar. Hambatan datang silih berganti menimpa Ibu Asih, hingga pada akhirnya Damar dihadapkan dengan pilihan sulit antara memilih kebaikan atau kesenangan.
Tembang Pulang
(Indonesia, 2011, Durasi: 26 menit, Sutradara: Koes Yuliadi, Kategori: SU)
Didukung oleh Lelare Production
Yasmira sangat merindukan ibunya. Sekian waktu ia tak pernah mengenal ibunya dengan penuh. Hanya lewat telepon ia coba kenali Kadarsih, ibunya. Telah sekian waktu si ibu bekerja di luar negeri sebagai pembantu. Yasmira tinggal dengan kakek-neneknya yang telah renta, dan kakak perempuannya yang kini remaja. Yasmira selalu berharap ibunya segera pulang. Doa yang selalu ia ucapkan seusai sembahyang adalah tembang kerinduan. Tembang Pulang.
Punktchen und Anton
(Jerman, 1953, Durasi: Sutradara: Thomas Engel, Kategori: SU)
Didukung oleh Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien
Meskipun kondisi sosial ekonomi berbeda, Luise yang akrab dipanggil Pünktchen, seorang gadis dari keturunan kaya, berteman Anton, seorang anak yang harus mendapatkan uang sendiri untuk membiayai kehidupannya sendiri serta merawat ibunya yang sakit. Bersama-sama mereka menjalani petualangan yang menyenangkan, bahkan hingga mencegah pencurian di rumah Pünktchen. Film ini meraih nominasi Golden Lion pada Venice Film Festival 1954 untuk Thomas Engel.
Life is Beautiful
(Italia, 1997, Durasi: 116 menit, Sutradara: Roberto Benigni, Kategori: PG-17)
Didukung oleh Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar
Pada tahun 1930-an di Italia, seorang Yahudi bernama Guido menikahi seorang gadis Italia yang cantik. Guido dan istrinya memiliki seorang anak yang hidup bahagia sampai saat pasukan Jerman menduduki Italia dan menangkap orang Yahudi. Saat Guido dan keluarganya dipenjara di Kamp Konsentrasi Yahudi, ia bersandiwara di depan anaknya bahwa ini semua hanyalah sebuah permainan perang-perangan berhadiah sebuah tank. Sandiwara Guido ini membuat si anak tidak merasa ketakutan selama berada di dalam kamp penjara.
Film ini mendapatkan 65 penghargaan di berbagai festival film internasional; di antaranya penghargaan sebagai film berbahasa asing terbaik, aktor terbaik, dan musik terbaik pada Academy Awards 1999, aktor terbaik pada BAFTA Award 1999, Grand Prize of the Jury pada Cannes Film Festival 1998, Film Berbahasa Asing Terbaik pada César Awards Prancis 1999, dan sebagainya.
Taare Zameen Par – Like Stars on Earth
(India, 2008, Durasi: 140 menit, Sutradara: Aamir Khan, Kategori: SU)
Didukung oleh Konsulat Jenderal India di Denpasar dan Indian Cultural Centre Bali
Film ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Ishaan, siswa kelas 3 SD yang dicap sebagai anak pemalas, nakal, dan bodoh. Orang tua Ishaan memindahkannya ke sekolah berasrama. Namun di sekolah yang disiplin dan tegas tersebut, dia tetap mendapat nilai yang buruk dalam semua mata pelajaran yang membuatnya depresi. Belakangan diketahui bahwa Ishan adalah anak dengan kebutuhan khusus. Akhirnya ada seorang guru baru bernama Ram Shankar Nikumbh, melatih Ishan sedikit demi sedikit hingga akhirnya Ishan bisa seperti layaknya anak anak lain.
A Cat in Paris
(Prancis, 2010, Durasi: 64 menit, Sutradara: Jean-Loup Felicioli dan Alain Gagnol)
Didukung oleh Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Française de Bali
Film ini bercerita tentang seorang gadis cilik bernama Zoe yang punya kesulitan bicara. Hal itu disebabkan tidak adanya orang yang rutin berinteraksi dengannya. Sang ayah adalah seorang polisi yang meninggal saat bertugas dan sang ibu sendiri adalah seorang polisi yang sibuk. Yang selalu setia menemani Zoe adalah kucing miliknya yang bernama Dino. Tapi tanpa diketahui oleh siapapun termasuk Zoe sekalipun, Dino punya kehidupan ganda. Selain sebagai kucing rumah peliharaan, Dino juga adalah partner dari Nico, seorang pencuri benda seni yang sangat jago dalam melancarkan aksinya. Bagaimanakah kelanjutan hubungan antara Zoe, Dino, dan Nico?
Film ini mendapatkan nominasi film animasi terbaik pada Annecy International Animated Film Festival 2011, César Awards Prancis pada 2011, European Film Awards 2011, Annie Awards 2012, dan Academy Awards 2012. Film ini meraih penghargaan film anak terbaik pada Warsaw International Film Festival 2011. [b]